First

21 2 0
                                    


Brak

"Selamat pagi Anitta!" Suara perempuan menyadarkanku dari lamunan bintangku. Huh.

"Kau mengagetkanku Am!" Celetukku kesal pada gadis pirang ini. Ia hanya terkekeh.

Sebelumnya, namaku adalah Anitta, Anitta Jacobson. Dan gadis pirang tadi adalah Amy Anderson, sahabatku yang menyebalkan.

"Uh dasar, kau saja yang terlalu larut dengan lamunanmu itu gadis bintang." Ia memutar matanya seraya duduk disebelahku.

"Apa yang membuatmu sangat menyukai benda langit itu?" Tambahnya. Aku mengalihkan pandanganku kearah buku bintang yang sedang kubaca.

"Kau sudah menanyakan hal itu 151 kali Am, sudah kubilang aku hanya menyukainya tanpa alasan." Jawabku.

"Dan jawabanmu selalu sama, huh menyebalkan." Dengusnya, aku tak menanggapinya.

"Daripada kau sibuk terus dengan benda langit itu, bagaimana kalau kau melihat poster yang kubawa, keren kan!" Ucapnya semangat seraya menunjukkan poster boyband favoritnya, Cool Boys (boyband terkenal ceritanya).

"Bagaimana?"

Aku memasang muka datar lalu menggeleng pelan.

"Hmm." Gumamku, tak tertarik mengomentari poster itu.

"Hanya 'hmm'?? Kamu tak tertarik dengan mereka? Mereka semua tampan! Dasar gadis aneh." Cerocosnya yang mana hanya kutanggapi dengan mengidikkan bahu. Memangnya salah bila aku tak tertarik ya?

"Dengar ya Ann, kalau kau berada di sekeliling mereka lalu kau merasakan kehangatan mereka, hasrat mereka, dan mendengarkan suara mereka kau pasti langsung-"

"Iya aku pasti langsung tau kalau suara mereka tidak enak dan dingin, sama seperti namanya 'Cold Boys', benar kan?" Selaku.

"Anittaa!! Anyway, it's Cool Boys not Cold!" Teriaknya histeris.

"Huh, sudahlah berdebat denganmu tak akan ada habisnya." Tambahnya, eh dia kelelahan. Hahaha, gadis batinku tertawa renyah.

Amy lalu menaruh dagunya ke telapak tangannya dengan siku yang ia gunakan sebagai penopang.

"Memangnya kau sama sekali tak punya niatan untuk mencari lelaki?" Tanya Amy, aku tak tau kenapa hari ini ia sangat cerewet.

"Sudah kubilang aku-"

"Ya ya ya, kau hanya menyukai bintang. Aku sudah tau kau akan menjawab begitu." Ia memutar matanya kesal. Entah sudah yang keberapa kali ia melakukan hal itu.

"Sebetulnya kau ini tergila-gila dengan lelaki seperti apa sih?!" Aku menunduk, sejujurnya aku juga tidak tau pasti tipe laki-lakiku seperti apa, hanya saja... Ia, lelaki itu.. Aku tau ia sangat dingin, namun menurutku ia sedikit... Berbeda...

"Come back to the earth Ann!" Lambaian tangan Amy menyadarkanku.

"Aku bertanya padamu, namun kau tak menjawab, malah melamun."

"Kau ini bicara apa sih Am, aku tak tergila-gila dengan pria manapun. Sudahlah lupakan." Ucapku sembari menutup bukuku.

"Ayolah Ann, apa jangan-jangan kau sedang menyukai seseorang, ayo cerita. Aku ini kan sahabatmu."

"Eh, jangan keras-keras, semuanya melihat kearah kita." Amy terus mendesakku, sesekali menggoyangkan bahuku.

Pandanganku seketika mengarah ke sosok lelaki itu, ia sedang melihat kearah jendela kelas. Perlahan ia membalikkan tubuhnya lalu matanya menangkap tatapanku.

Deg

D-dia melihatku...

Gadis batinku berlarian mencari tempat untuk sembunyi.

"Ups, apakah ia sedang melihat kita Ann?" Bisik Amy, bisa kurasakan tubuhnya menegang sesaat setelah mengetahui kalau Nathan melihat kearah kami dengan tatapan yang tak bisa kuartikan, terlihat menyeramkan.

Nathan perlahan mendekati kami, bisa kurasakan tangan Amy segera memegang lengan kananku.

Tatapannya masih sama, sungguh membingungkan. Aku memberanikan diriku untuk menatapnya.

"Bukumu tadi terjatuh, ini ambilah." Nathan menyodorkan sebuah buku kepadaku. Aku menatapnya bingung tapi dengan segera aku mengambil buku itu darinya.

Aku baru ingat kalau ini adalah buku yang dari tadi aku cari, ternyata terjatuh.

"Terima ka-ehh kemana dia?" Ucapanku terpotong ketika kulihat Nathan sudah menjauh dan pergi entah kemana. Anak ini sangat dingin, batinku.

"Huh, aku kira ia ingin apa. Nathan itu memang menyeramkan ya, selalu saja melihat dengan tatapan mengintimidasi." Ucap Amy yang kini telah duduk di kursi semula, aku pun mengikutinya.

"Sudah satu bulan sejak ia pindah kesini, rasanya ia belum terbiasa dengan kelas kita.." Amy bercerita, aku hanya diam seraya menatapnya.

"Gosipnya sih di sekolahnya dulu dia anak yang selalu bermasalah, suka menentang guru, dan juga mogok sekolah.."

"Dan mungkin juga dia pernah-"

"Dia tidak seperti itu!!" Teriakku refleks, aku pun tak tau mengapa aku berteriak. Kini semua pandang tertuju padaku, banyak dari mereka yang berbisik-bisik. Sial.

"Eh? Ada apa Ann?" Tanya Amy bingung, ralat kebingungan.

"Eh-umm ti-tidak ada." Jawabku gelagapan. Amy menatapku dengan tatapan aneh, sedetik kemudian ia tersenyum miring.

"Sepertinya ada sesuatu." Ia menaik-turunkan kedua alisnya. Dia kenapa sih.

"Eh Mr. Ronald datang! Cepat duduk!" Sebuah suara mengintrupsi kami semua. Aku buru-buru duduk di kursiku.

"Selamat pagi anak-anak, saya akan mengabsen kalian terlebih dahulu." Ucap Mr. Ronald di depan kelas.

"Psst.. Psst.." Aku mendongakkan kepalaku ke depan.

"Ada kiriman dari depan." Ucap teman yang bangkunya berada didepanku. Ia memberiku secarik kertas. Aku mengambilnya. Tertulis disana....

Jam istirahat nanti kau harus menceritakan yang tadi secara detail ya!

Amy

"Anak ini..." Gumamku pelan.

Hmm, sebenarnya aku juga masih bingung dengan yang tadi..

Aku hanya refleks...

Tapi berbicara mengenai Nathan..

Aku menoleh ke arah lelaki dengan rambut berwarna coklat keemasan yang sedang fokus dengan bukunya.

Ia sangat berbeda..
Aku penasaran dengannya..

***

Jeng jeng jeng.. 😂

Wdyt??

Vomments please..

Author

AstrophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang