Second

14 2 0
                                    


"Hujannya makin deras saja." Gumamku seraya mengeratkan genggamanku pada payung yang kupegang.

Untung saja aku bawa payung..
Tapi aku lupa membawa jaket, uhh dingin sekali..

Aku berjalan ke tepi jalan, hendak menyebrang zebra cross. Aku masih sibuk menghangatkan tubuhku hingga seseorang berada disampingku. Aku menoleh ke arah orang yang ada disampingku lalu menatapnya kaget.

"N-nathan?" Ia hanya diam, tak menoleh sedikitpun.

Huhh sombong sekali dia, kita kan teman sekelas, apa disaat seperti ini juga tak mau bertegur sapa?

Dasar payah.. Umpatku dalam hati.

Kualihkan pandanganku kedepan karena tak ingin melihatnya. Mataku menangkap seorang nenek yang tengah kehujanan di sebrang jalan.

Lampu masih merah, huh kasian sekali nenek itu..
Baiklah aku akan meminjamkan payungku untuknya.

Ketika lampu sudah hijau, aku dengan cepat langsung berlari kearah nenek itu, namun sepertinya aku didahului oleh seseorang.

"Pakailah ini nek." Ucap orang itu.

Eh bukannya itu..

"Nathan.."

Setelah ia memberikan payungnya ke nenek yang sepertinya masih terkejut itu, ia langsung berlari menjauh tanpa menghiraukan nenek itu mengucapkan terima kasih.

Nathan...

Sejenak aku merasa...

Pandangannya yang masam..

Terlihat lebih ramah...

***

Author POV

Priiiit

Para siswa laki-laki pun mulai berlari dengan sekuat tenaga. Sementara siswi perempuan tengah duduk di tepi lapangan, menunggu giliran untuk tes lari.

"Anak laki-laki juga diukur kecepatannya ya." Ucap salah satu gadis berambut coklat, Amy.

"Kelihatannya begitu." Balas lawan bicaranya, Anitta.

"Sepertinya aku tidak akan mendapat nilai yang bagus untuk tes ini." Tambahnya. Melihat sahabatnya putus asa seperti itu, Amy langsung memberi semangat padanya. Ia tau kalau sahabatnya itu sangat lemah dalam mata pelajaran olahraga, khususnya berlari.

"Kau pasti bisa An!" Anitta menoleh kearahnya, tersenyum simpul.

"Thanks Am."

"Baiklah, berikutnya gelombang keempat. Tobby, William, Ryan, Donn, dan Nathan. Cepat ambil posisi!" Seru si pelatih. Yang dipanggil pun segera menempati posisi masing-masing.

Kini mata Anitta menangkap sosok lelaki berambut coklat tua itu, Nathan.

"Eh An, itu Nathan." Ucap Amy seraya menaik turunkan alisnya kearah Anitta. Anitta hanya memutar mata sementara Amy terkekeh.

"Baik, semua siap? 1...2....3!"

Mereka lari dengan sekuat tenaga. Mata Anitta dan Amy pun tak lepas dari Nathan.

"Wah kencang sekali larinya." Gumam Amy yang mana diberi anggukan oleh Anitta.

"D-dia mendahului Paul dari klub atletik!!" Seru Amy.

Beberapa siswi juga tak percaya melihat hal itu, mereka terus memfokuskan pandangan ke arah Nathan hingga garis finish. Namun bukan cuma mereka saja bahkan penasihat klub atletik, Mr. Charles juga ikut takjub.

"Nathan! Kau harus masuk klub atletik." Ucap Mr. Charles ketika gelombang keempat putra sudah berada di garis finish.

"Tidak." Jawab Nathan dingin.

"T-tapi kenapa? Kau kan punya kemampuan. Apa kau tak ingin mengembangkan bakatmu?" Bujuk Mr. Charles, lagi. Sementara yang diajak bicara hanya membalas dengan dingin, lagi.

"Aku tidak suka bersentuhan dengan orang lain." Ucapnya lalu pergi duduk di tepi lapangan, meninggalkan Mr. Charles yang masih diam.

"Baru kali ini Mr. Charles meminta siswa untuk masuk klub nya." Gumam Anitta pelan, Amy hanya mengangguk.

"Berikutnya siswi putri. Windy, Sara, Anitta, Rebecca, dan Jade. Ambil tempat masing-masing!"

Eh? Sial, umpat Anitta dalam hati.

"Anitta semangat!" Seru Amy, Anitta hanya tersenyum masam.

Ia sangat takut, jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya.

"Siap? 1....2....3!"

Priiiiit

Suara peluit si pelatih mengintrupsi mereka, Anitta berusaha sekuat tenaga. Namun apa daya, memang kelemahannya dalam bidang olahraga.

Amy tetap senantiasa memberinya semangat. Namun Anitta tetap tak bisa berada di posisi pertama, ia tertinggal jauh dibelakang. Ingin rasanya ia menangis saat itu juga.

Disisi lain, seorang laki-laki tengah serius memerhatikannya dalam diam, ya siapa lagi kalau bukan Nathan.

Dalam hati ia berkata, "Payah."

***

Wdyt?

Vomments please

Author

AstrophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang