prolog

84 10 1
                                    

-Minggu, 5 Agustus 2007-

"Mama, aku mau itu" seorang gadis cilik menunjuk boneka beruang berwana putih melalui kaca yang dilihatnya ditengah keramaian kota.

"Nak, mama belum punya uang, mungkin nanti kita bisa beli, tapi bukan sekarang ya nak" ucap seorang Ibu dengan senyuman tipis di bibirnya memohon untuk mengerti keadaan ekonomi yang sedang memburuk kepada si gadis kecil.

Menunduk adalah apa yang dilakukan Dania sekarang.
Hanya bisa pasrah dengan keadaan.

Melihat senyuman manis sang ibu  dania si gadis kecil mengerti apa yang ibunya rasakan sekarang.

Ia menatap boneka impiannya dengan penuh harapan yang tak kunjung terkabul.

                            ////
"Totalnya berapa mas?" seorang lelaki tua bertanya kepada kasir.

"Dua ratus lima puluh ribu rupiah pak" ujar sang kasir.

Dengan segera seorang lelaki tua mengeluarkan uang cash yang ada di dompetnya.

Seorang lelaki tua melihat anaknya yang sedari tadi tersenyum tak sabar ingin segera pulang dan bermain dengan mainan barunya.

Sang Ayah pun tersenyum melihat kebahagiaan yang ditampilkan melalui senyum dari anaknya.

Aiden melihat muka ayahnya dengan keceriaan bocah cilik berumur 5 tahun pada umumnya.

Keluar dari toko mainan, senyuman yang tadinya terpajang manis di wajah Aiden, hilang seketika saat melihat gadis cilik yang hanya bisa memandang dari jauh boneka beruang putih dengan muka memelas.

Tak lama ayah memanggilnya lalu menghampiri tubuh kecil Aiden yang terpaku melihat gadis kecil malang berjarak 2 meter dengan dirinya itu.

"Kamu kenal dia?" sang Ayah bertanya kepada anaknya dengan perasaan bingung yang bisa dilihat dari ekspresinya.

Aiden membalikkan badannya dan sekarang Ia sedang menatap Ayahnya yang tingginya 2 kali lipat dari badan mungilnya.

"Dad... can we just buy her a white teddy bear from toys store where we just bought these?" Aiden berkata kepada ayahnya sambil sedikit mengangkat tas yang berisikan mainan barunya.

Melihat Aiden, Ayahnya takjub kepada sang anak yang mempunyai simpati tinggi. Lagi-lagi sang Ayah tersenyum.

Aiden pun berlari memasuki toko mainan yang baru saja ia kunjungi beberapa menit lalu dengan ayahnya.

Dengan segera Aiden mengambil boneka beruang putih yang selama ini si gadis kecil inginkan.

// di saat yang bersamaan //

"Gimana kalo kita beli es krim" kata Andini kepada anaknya sambil menunjuk tukang es krim tepat didepan toko mainan.

Dania pun tersenyum lalu menggenggam tangan Ibunya dengan girang.

"Mas yang rasa strawberrynya 2 ya" kata Andini.

"PAKE TOPPING CHOCOCHIPS"
teriak Dania dengan girang.

Andini tersenyum melihat kelakuan anaknya yang bisa merubah ekspresi yang tadinya suram sekarang tersenyum kembali menampilkan lesung pipi di ujung bibir manisnya.

////                           

Aiden menghampiri gadis kecil dengan membawa boneka beruang berwarna putih.

Dania cemberut melihat boneka beruang impiannya yang sudah dimiliki orang lain.

"Nih buat kamu" kata Aiden sambil menyodorkan boneka beruang putih kepada sang gadis.

Dengan muka speechless dan bahagianya yang tak bisa di gambarkan, Dania langsung memeluk boneka beruang putih yang sekarang sudah jadi miliknya.

Ayahnya Aiden pun menghampiri mereka dengan senyuman. Ia pun berlutut hingga bisa sejajar dengan Dania.

"Terima kasih" ucap Dania.

"Jangan berterimakasih sama saya, berterimakasihlah sama anak yang ada di belakang saya ini"

ucap Ayahnya Aiden sambil mencubit pipi Dania, dan berdiri agar Aiden bisa melihat senyuman lebar yang terpajang pada wajah Dania.

Dania pun memeluk Aiden dengan erat penuh kebahagiaan dan senyuman lebar menghiasi wajahnya.

"Terima kasih"

Lepas dari pelukan hangat tersebut Dania langsung tertawa akan kebahagiaan yang Ia rasakan sekarang.

Aiden pun ikut senang karna bisa berbagi kebahagiaan yang mungkin tidak bisa dibeli dengan uang.

"this is the best day of my life" gumam Dania dalam hati.

__________

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang