Kata dia ,
Ingin menconteng warna bersamaku,
Berlari riang dengan gula-gula kapas,
Kemudian
Dakap awan bersama.
Kata dia lagi,
Sujud dia pada Tuhan,
Ada kawan semacam aku,
Teman dia ketawa,
Sapu air mata sebaknya,
Dan kata dia,
Pada yang lain,
Aku ini buruk semua seginya,
Mulutku jahat,
Hatiku pekat,
Dengan noda-noda hitam.
Seterusnya dia kata,
Tidak mengapa,
Kalau aku pergi,
Kalau aku mati,
Kawan, senangnya kau lontar lembing,
Tepat pada hati punya aku,
Sudahlah,
Putih boleh dicorak
Tapi hitam akan kekal begitu,
Sama dengan jiwa kamu.
YOU ARE READING
Memo Hati
Poetrysekadar puisi biasa hasil tulisan gadis juga yang biasa-biasa . Terus daripada hati yang satu :)