1

17 0 0
                                    

Calum Hood. Kenapa juga kau memutuskan untuk mati? Apa sebenarnya yang ada di benakmu malam itu? Apa masalahmu?

Aku ingat kita semua mengenalmu sebagai anak SMU paling bahagia di hari apapun. Bahkan ketika mobil depanmu penyok karena Michael terlalu antusias memainkan stik golfnya, kau masih bisa tertawa dan membuat lelucon tentang penyokannya.
Semua orang tertawa setiap kali kau datang dan bergurau.

Dan kau tau, Calum?

Semua orang menangis saat pemakamanmu. Tak ada satupun yang terlewat bahkan guru bp yang biasa menghukummu sekalipun. Dan aku adalah salah satu orang yang dipaksa menguatkan diri atas kepergianmu untuk membantu ibumu yang seperti sekarat saat itu.

Mengapa, Calum?

Apa hidupmu tak lagi semenyenangkan dulu? Atau mungkin karena hidupmu memang tidak pernah menyenangkan?
Lalu bagaimana dengan wajah ceriamu setiap hari?

...

"menurutmu kenapa aneh rasanya ketika kita mempelajari distorsi waktu?" Katanya lugu. Ia senang sekali mempertanyakan sesuatu yang menyangkut sudut pandangnya. Dan akulah manusia paling senang untuk selalu menjawabnya.

"Karena kita terbiasa pada sesuatu yang tetap, Cal. Waktu di bumi misalnya." Ujarku.

Aku menoleh sedikit ke Calum yang tampak terdiam. Dan tak lama ia juga menoleh ke arahku.

"Hmm..." gumamnya.

Calum seharusnya masuk ke kelas bahasa inggris namun ia memutuskan untuk bolos sepertiku. Tak ada alasan, kita berdua memang menyukai daerah tanah lapang seperti padang rumput di samping sekolah ini.

Matahari selalu bersinar cerah dan kami biasanya lebih memilih berteduh di bawah pohon. Bahkan aku sudah membolos 2 pelajaran hari ini.

"Hei, Jill." Sahutnya. Aku hanya menoleh dan yang kudapatkan adalah tatapannya yang cukup serius.
"Apa aku betindak kelewatan saat kemarin mentertawai Michael?"

Aku terkekeh sebentar menanggapinya. Calum selalu saja begitu, ia akan merasa tidak enak hati ketika sudah melakukan hal yang menurutnya sangat salah padahal itu biasa saja.
Kemarin semua orang menemukan Michael tengah masturbasi di kamar mandi perempuan dan Calum adalah satu yang tertawa paling keras. Aku tidak bohong, itu memang lucu sekali.

"Tidak, Cal. Michael selalu baik2 saja dengan hal semacam itu. Bahkan tadi kalian mengobrol."

Calum terdiam. Ia selalu begitu ketika disini. Kurasa itu seperti mengevaluasi kelakuannya selama ini. Tapi ia hanya menunjukkan itu padaku. Biasanya ia sangat ceria, tapi ketika ia sampai di tempat ini bersamaku, maka itu berarti sesi mengoreksi dan merenungkan perbuatan dan perkataan. Aku tidak mengerti, bocah itu.

...

Sepulang sekolah ini seharusnya aku ke toko buku, tapi seketika aku jadi malas dan memilih pulang jalan kaki. Selain itu, aku mau mampir ke rumah Calum.

Jalanan komplek di sini memang sering sepi. Aku memberhentikan langkahku di depan rumah keluarga Hood. Tampak masih ada beberapa karangan bungan didepannya. Segala ucapan belasungkawa dari berbagai orang dan perusahaan. Orang tua Calum cukup terkenal di bisnis propertinya.

Tok tok tok

Tanpa menunggu lama Mrs. Hood sudah membukakan pintu dan memelukku dengan senyum khasnya. Serta memepersilahkanku masuk.

"Apa kabar Mrs. Hood?" Tanyaku ramah sembari membenarkan dudukku di sofa ruang tamu.

"Aku baik, sweety. Mau kubuatkan minum?" Aku selalu merasa ibu Calum berasal dari Tennesse karena memiliki aksen selatan yang kental.

"Tentu." Yah, ia tak perlu repot2 menanyakan ada apa aku kemari. Ini adalah hampir seminggu semenjak kepergian Calum dan setiap 2 hari sekali aku mampir.

Mataku seketika tertuju pada foto2 di dinding. Aku merindukan Calum.
Waktu berjalan terasa sangat lama tanpa Calum. Ini seperti distorsi waktu di duniaku. Aku selalu merasa aneh sejak ia tak ada. Seperti, semua keadaan berjalan tidak semestinya.

Itu memang tidak nyambung dengan distorsi waktu sebenarnya. Tapi mari biarkan saja karena toh aku bukan ahli fisika.

"Jill, apa Michael, Luke, dan Ashton sudah kembali bersekolah?" Tanya Mrs. Hood sembari menenteng cawan diatas nampan.

"Aku melihat Luke dan Michael tadi. Tapi tidak Ashton." Jawabku seadanya.

"Mereka bertiga kemarin tidak sekolah dan membolos untuk ke makam Calum."

Aku terdiam. Mereka bertiga memang sahabat dekat Calum sejak kecil dan selalu menghabiskan waktu bersama. Sementara aku hanya teman Calum sejak smp.

"Aku tidak tau kepergian anakku bisa membawa mereka sampai semerana itu."

Aku masih terdiam dan melihat ke lantai. Tidak tau harus berkata apa.
Yang kuingat mereka berempat memang sangat dekat dan aku pun cukup mengenal mereka bertiga.

"Anakmu pasti sangat berarti."

...

"Ibuku bilang seluruh hal didunia ini sementara." Ocehnya.

"Lalu?"

"Itu berarti aku pun sementara."

"Calum, kurasa ini bukan bahasan yang menyenangkan." Aku menautkan alisku.

"Ya, aku hanya mencoba serius, Jill."

"Hmm"

"Tapi kalau aku mati nanti, pastikan Luke, Ashton, dan Michael baik-baik saja."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hai! Aku literally gatau mau bikin cerita kayak gimana :(

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

No Words [CTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang