Bab 1

27 6 0
                                    

Pagi yang cerah di hari senin sering kali dianggap sebagai sebuah bencana bagi beberapa kalangan, salah satunya kalangan pelajar. Matahari yang bersinar terang menjadi musuh bagi para pelajar yang berkewajiban mengikuti upacara bendera.
"Hoi, bro. Semua perlengkapan lo udah kelar? Gue denger - denger osis kali ini galak - galak semua" tanya seorang laki - laki yang menggunakan seragam SMP sambil memeriksa satu persatu perlengkapan MOS yang wajib digunakannya hari ini.
"Gue sih santai aja, Yo. Perlengkapan gue udah siap dari semalem tapi sohib lo tuh si Bara, kayaknya ada yang kurang tuh. Buktinya dari tadi merengut aja" jawab Rico - salah seorang diantara - sambil menatap salah satu sohibnya yang sejak 10 menit yang lalu memasang wajah masam.
"Lo kenapa, bro? Jangan merengut terus, entar kesambet baru tahu rasa"
"Hedeh, gue lupa bawa topi. Gimana nih? 10 menit lagi upacara dimulai dan gak mungkin gue balik ke rumah cuma buat satu topi. Yang ada bisa - bisa gue telat"
"Hmm, gini aja. Karena gue itu sohib lo yang ganteng plus baik hati dan tidak sombong, jadi ikut - ikutan gak pakek topi aja" ujar Rico dengan PD-nya.
"Heh, lo mau bantu anak orang aja pakek narsis segala. Iya deh, sekalian aja nih topi gue simpen di tas" Rio yang merasa tidak mau kalah itupun melempar topinya ke dalam tas.
Begitulah makna sesungguhnya dari hubungan persahabatan yang selama ini telah mereka jalin sejak 9 tahun yang lalu. Tidak ada satupun diantara mereka yang akan membiarkan sahabatnya menanggung beban seorang diri karena mereka tahu bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain.
*****
"Aduh, si Ify ke mana sih, Dre? Tinggal 10 menit lagi upacara pembukaan dimulai dan batang hidungnya belum muncul juga dari tadi. Mana telponnya gak diangkat lagi. Terus juga 5 menit sebelum upacara, panitiakan udah harus standby" tanya Cindy dengan tidak sabar. Setelah bertahun - tahun Ify pergi berobat ke Singapura, sekitar 1 tahun yang lalu iapun pulang dengan membawa sebuah janji yang dulu pernah terikrar di hadapan kedua sahabatnya.
"Sabar, Cin. Lo kayak gak tahu kebiasaannya Ify aja. Lagian lo kenapa juga mondar - mandir kayak setrikaan disitu" jawab Audre dengan ekspresi tenang seperti biasa.
"Eh, si Ify udah datang? Dicariin tuh sama Gabriel. Katanya, si Ify disuruh siap - siap jadi MC" Belum selesai kepanikan yang melanda Cindy, salah seorang rekan kerjanya di osis sudah datang memberi masalah baru.
"Udah, lo balik aja sana. Bilang ke Gabriel kalo Ify belum datang dan perlu pengganti sementara" Ucap Audre dengan ekspresi yang masih saja tenang disaat salah satu sahabatnya menghilang tanpa kabar. "Dan Cindy, mending sekarang lo temenin ke lapangan buat nungguin tuh anak" imbuhnya sambil menarik lengan Cindy.
*****
"Duh, ini gara - gara mobil ayah nih. Pakek acara mogok di saat - saat kayak gini" gerutu Ify sambil turun dari bis lalu bergegas menuju sekolahnya yang berjarak 15 meter dari halte bis. Oleh karena sifatnya yang tidak sabaran ditambah waktu yang sekarang menunjukkan pukul 06.51, membuatnya harus mengeluarkan bakatnya yang terpendam, yaitu lari. Sebagai atlet lari kebanggaan sekolahnya yang memecahkan rekor melebihi atlet tingkat provinsi, ia harus malu jika tidak dapat mencapai gerbang sekolahnya dalam waktu 4 menit. Ah, tidak. Sekarang sudah menunjukkan pukul 06.52 dan dia harus segera bergegas menuju pintu gerbang sebelum gerbang itu ditutup.
'Ya Allah, semoga hambamu yang cantik jelita dan baik hati serta tidak sombong tapi narsis ini masih sempat melewati gerbang jahanam itu dalam waktu 3 menit' batin Ify berkata di tengah perjuangannya menuju pintu gerbang.
"Aduuuuh! Lo kalo jalan tuh liat - liat dong! Gak liat nih gue lagi buru - buru!" Disaat masalah gerbang telah terlewati, datang masalah baru yang membuatnya harus mencicipi rasa malu dan sakitnya jatuh di depan para peserta MOS. Setelah dapat mengusai tubuhnya, Ifypun beranjak pergi meninggalkan salah satu peserta MOS yang dicapnya sebagai tersangka penyebab datangnya masalah baru.
'Siapa juga tuh cewek? Dia yang lari trus gak liat - liat, eh malah gue yang disalahin' batin Rio yang tidak lain merupakan peserta MOS yang bertabrakan dengan Ify.
"Eh, lo gak apa - apakan?" tanya seorang gadis setelah membantu Rio untuk berdiri. "Pasti sakit" imbuh sang gadis.
"Oh, gak apa - apa kok. Eh, lo peserta MOS juga? Dari gugus apa?"
"Gue Annabel Azita dari gugus Imam Bonjol dan lo bisa panggil gue Anna. Nama lo sendiri siapa?"
"Gue Orion Bintang Adrinata dari gugus Pattimura. Biasanya gue dipanggil Rio" jawab Rio sambil menunjukan sebuah papan identitas yang terbuat dari kardus dan tergantung apik di lehernya.
"Yo!" seru seseorang memanggil nama Rio. Sang pemilik namapun melambaikan tangannya dan mengisyaratkan keberadaan kepada sang pemanggil.
"Lo dari mana aja sih, Yo. Gue kirain lo hilang digondol setan penunggu toilet. Abisnya ke toilet aja lama amat" ujar Rico - sang pemanggil tadi - setelah berada tepat di depan Rio.
"Yo, kayaknya sekarang gue harus balik ke gugus gue. 5 menit lagikan upacara dimulai" Setelah berpamitan, Anna langsung bergegas mencari keberadaan gugusnya.
"Siapa tuh, Yo? Gebetan lo, ya? Widih, punya gebetan cantik gak bilang - bilang" tanya Rico seenak jidatnya.
"Ya bukanlah. Lagian nih ya, kalo sampe itu gebetan gue, mending lo gak usah dikasih tahu. Soalnya yang ada tuh gebetan lo embat sendiri" jawab Rio lalu beranjak pergi membentuk barisan bersama Bara dan rekan gugusnya yang lain.
*****
Ruang osis yang tadinya damai dan tentram berubah menjadi gaduh setelah kedatangan Ify yang disambut dengan amarah dari sang sahabat. "Lo dari mana aja sih, Fy? Ditelpon gak diangkat. Disms, di WA, di Line juga gak dibales. Hampir aja posisi MC di ganti sama orang lain kalo sampe lo telat semenit aja tadi" ujar Cindy memarahi sohibnya yang hobi telat itu.
"Sudahlah, Cin. Lagian sekarangkan dia udah datang. Jadi, beri dia waktu untuk mengambil nafas dulu" Disaat - saat seperti ini, Audre selalu menjadi penengah yang baik diantara mereka.
"Iya, iya. Udah ah, gue mau ambil nafas dulu terus siap - siap ke lapangan" kata Ify lalu beranjak pergi menuju lapangan.
*****
Setelah waktu menunjukkan pukul 06.57, bel sekolahpun berbunyi memenuhi seluruh bagian sekolah. Para peserta MOS tahun ini mulai membentuk barisan dengan tertib.
"Assalamualaikum dan selamat pagi, adik - adikku sekalian. Sesuai agenda kita pada pagi hari ini, upacara akan segera dimulai dalam 3 menit lagi. Nah, tapi sebelum itu kakak akan mengecek siapa saja yang tidak memakai perlengkapan sesuai dengan apa yang telah ditentukan sebelumnya. Bagi yang merasa tidak lengkap, silahkan membentuk barisan tersendiri di sisi kiri lapangan" Sebagai panitia yang ditugaskan untuk mengemban tugas sebagai Tim Tatib, Cindy tentunya harus tegas dalam menjalankannya.
"Oh, jadi kalian berempat yang tidak lengkap hari ini. Bagus ya kalian. Dihari pertama MOS kalian udah buat kesalahan" kata Cindy sambil menatap satu persatu peserta MOS yang membuat kesalahan
"Eh, Cin. Ini ada buku titipan dari Irva. Katanya, kalo ada yang gak lengkap ditulis aja namanya disitu" Ujar Ify yang tiba - tiba datang menyerahkan sebuah buku lalu menatap keempat peserta MOS yang saat ini berbaris dengan tertib di hadapannya.
Ketika hendak pergi ke podium, langkah Ify tiba - tiba terhenti lalu kembali menatap salah seorang diantara keempat peserta tadi. Sang peserta - Rio - yang merasa diawasi ikut menatap balik.
"ELO?!" seru Ify dan Rio bersamaan.

I Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang