4. Memories (2) ✅

6.2K 350 25
                                    

🌟🌟🌟

Seperti rutinitas biasanya, sepulang sekolah Andrew selalu melangkahkan kakinya menuju rumah sakit. Andrew sekarang tau betul seluk beluk tempat rumah sakit itu terutama jalan menuju kamar Devina. Karena setiap hari ia selalu singgah kesana.

Sesampainya didepan pintu kamar Devina, Andrew berhenti sejenak. Ia melihat pintu kamar ruang rawat Devina tidak tertutup sepenuhnya. Andrew mengintip dari celah pintu untuk melihat keadaan didalam kamar. Didalam kamar ternyata ada dokter dan Rita, mama angkatnya Devina. Devina memang bukan anak kandung. Rita menemukan Devina ketika bayi didepan pintu rumahnya. Entah siapa yang menaruhnya.

Andrew mendekatkan telinganya ke celah pintu untuk mendengarkan obrolan mamanya Devina dan dokter. Meskipun apa yang dilakukan oleh Andrew ini bisa dikatakan menguping, namun ia tidak peduli. Rasa sayangnya pada Devina yang begitu besar membuat rasa ingin tau juga menjadi besar akan kondisi Devina.

"Ibu... kondisi Devina terus memburuk. Obat-obatan tidak membawa pengaruh yang signifikan untuk perbaikan kondisi kesehatan Devina. Satu-satunya cara agar Devina dapat bertahan lebih lama adalah transplatasi ginjal. Tapi tidak ada satupun keluarga yang cocok ginjalnya dengan Devina. Apakah ibu dan keluarga kandung Devina sudah berhasil ditemukan?" tanya dokter.

"Belum, Dok. Saya sudah mencari ke mana-mana dan mengerahkan semua jaringan yang saya punya. Tapi saya tidak menemukan keluarga kandungnya, Dok. Apakah ada cara lain untuk menyelamatkan anak saya ini, Dok? Saya mohon, Dok," tanya Ibu angkat Devina sambil berurai air mata.

"Maaf, Bu. Tidak ada cara lain. Mari kita berharap pada mukjizat Tuhan saja. Saya permisi dulu, saya harap ibu kuat, agar Devina juga tetap kuat," kata Dokter sambil menepuk bahu Ibu angkat Devina.

Kemudian dokter keluar dari kamar Devina dan tidak berapa lama Ibu Devina juga keluar dari kamar sambil masih terus menangis. Mungkin Rita tidak ingin Devina melihat air mata dan suara tangisannya, sehingga ia memilih untuk melampiaskan kesedihannya diluar kamar anaknya itu.

Andrew hanya terdiam di pintu. Dia begitu terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. Ia tidak menyangka bahwa Devina sedang dalam kondisi yang begitu buruk dan penuh kesakitan. Selama ini Devina hanya menunjukkan senyum dan keceriaannya kepada Andrew.

Dengan langkah yang perlahan Andrew memasuki kamar rumah sakit Devina. Devina terlihat sedang tidur. Andrew duduk disebelah ranjangnya dan memegang tangan Devina. Andrew menatapnya sambil membelai kepalanya dengan lembut.

"Kalau kamu menatap aku terus, ntar bisa suka lho hahaha," kata Devina tiba-tiba. Ternyata Devina tidak tidur. Ia hanya berpura-pura tidur didepan mamanya tadi.

"Udah kok," jawab Andrew sambil tersenyum dan dibalas senyuman oleh Devina.

"Kamu tadi denger kata dokter ya?" tanya Andrew.

"Iya aku dengar kok. Tadi cuma pura-pura tidur aja. aku pikir mama akan lebih nyaman mendengar perkataan dokter, ketika aku sedang tidur. Jadi mama tidak akan berpura pura kuat didepanku," kata Devina.

"Kamu juga sedang berpura-pura kuat didepanku. Sometimes it's ok to not be ok, Dev." Andrew menatap Devina dengan lekat. Seolah tatapannya bisa menembus masuk kedalam hati Devina.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Stay on My Side ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang