----------------Duduk di bawah pohon rindang di salah satu RPTRA di daerah ibukota bisa sedikit menenangkan pikiran Farah. Entahlah, menurutnya ketenangan pikiran saat ini lebih penting. Kadang ia ingin menumpahkan semua keluh kesahnya, tapi dengan siapa? Apalagi ini menyangkut privasi keluarganya. Sebagai anak tertua kadang ia bingung harus bagaimana menentukan sikap sebagai orang yang dituakan adik-adiknya. Katakanlah ia tak tegas walau usianya kini sudah layak untuk memiliki kartu tanda penduduk.
Lamunannya tersentak karna seseorang seperti menyentuh bahu kanannya. Ia menoleh,
dahinya menyerit bingung
"Hm, kenapa ya? "Lelaki itu menunjuk bahu kirinya "i-itu ada ulat bulu, lo ga nyadar? Dia nempel di baju lo"
Matanya membulat "Aaaaa... ini gimana! Aduh.. " ucapnya panik.
"Mas-mas boleh minta tolong ga buangin uletnya, saya geli pegangnya" sambil menunjuk hewan kecil di bahunya.
"Duh gimana ya, gue juga geli pegangnya " lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Aduhh ini gimana, mas boleh minta tisu nya ga? " mata Farah ke tangan lelaki itu.
Lelaki itu memberikan secarik tisu kepada Farah. Dengan tisu itu Farah mencoba memegang hewan mungil nan gendut itu dan membuangnya.
"Whoaaaa! Eh lo yang bener dong buangnya jangan sembarangan. Ini jadi nempel di gue " tunjuk lelaki itu geli.
Ternyata hewan kecil itu berpindah ke baju lelaki yang memberi Farah tisu.
Farah tak dapat menahan tawanya "Hahahaaaa, pffftt... hahahaha "
"Mba tanggung jawab lo" tuntut lelaki itu.
Pundak Farah menjauh, biar lah dikata tak tau terima kasih. Karna tangannya sudah gatal-gatal walau ia memegang hewan kecil itu dengan tisu.
(19 juni 2017)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tired To Falling In Love
Teen Fiction"Ya layaknya jatuh, jatuh cinta itu sakit. Dan seseorang yang kamu sukai tak tau itu, dan lebih menyedihkannya lagi ia tak punya perasaan padamu." - Farah bertahun-tahun ia menjalankan prinsipnya itu. Tapi apakah ia akan melepas dan membuang prinsip...