"Hmm, baiklah. Kali ini aku turuti permintaanmu", Zahra terkekeh
"Hey ini pertolongan bukan permintaan", cibir AlifZahra naik, karena tidak ada tempat duduk jadilah ia berdiri.
"Nona Lamia, tampaknya aku baru kali ini melihatmu disini"
"Aku memang tinggal di Bandung, dan aku kesini untuk berlibur sekaligus 'temu kangen' sama Nenek. Oh ya, jangan panggil aku 'Nona Lamia', aku belum tau kau baik atau tidak, jadi jangan sok akrab", Alif hanya ber'oh' ria.
"Memangnya aku memiliki tampang orang jahat ?"
"Aku masih bingung, kenapa tiba - tiba kau menemuiku. Dan sekarang mengantarku pulang pula"
"Aku hanya ingin berkenalan dengan orang yang sehobi denganku. Dan kebetulan itu kau"Mereka pun sampai
"Aku pulang dulu Nona, kalau kita bertemu lagi aku traktir gorengannya Mang Asep nanti. Hehehe"
"Ok, janji harus ditepati"
"Siaaapp, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"—————————————
Sudah 3 hari berlalu, tiba - tiba kakinya mengantarkannya pada tempat itu. Tempat saat pertama kalinya Zahra jatuh. Jatuh ke dalam kawah yang Zahra tidak ketahui apa itu. Semacam jatuh pada kata 'rindu' mungkin. Yah, mungkin rindu.
"Hai, Nona Lamia"
Zahra terkejut, baru saja ia memikirkannya, "Oh kau lagi, kau mengikutiku ya"Zahra memasang wajah sebalnya, padahal tidak sesuai dengan suasana di hatinya.
"Tak ada gunanya aku mengikutimu, aku hanya lewat sini lalu melihatmu berdiri seperti orang linglung. Lagian kenapa kau selalu sendiri, kamu ga punya teman ya. Dan, nih gorengan Mang Asep", sambil menyodorkan gorengannya
"Hmm, ga ada apa - apanya kan di gorengannya. Kau tampang orang jahil, jadi aku harus berhati - hati padamu"
"Yaah terserah kau mau berpikir apa, yang pasti kau selalu memikirkanku kan", tebak Alif sambil menaikturunkan alisnya
"Jangan terlalu percaya diri. Lalu sedang apa kau disini, kalau tidak ada alasan logis, berarti memang benar kau mengikutiku", sambil mengambil gorengan di tangan Alif"Memang iya"
Damn! Apa - apaan ini. Atmosfer di hati ku semakin tak karuan.
"Benar - benar aku harus berhati - hati pada mu"
"Lupakan, aku tak seserius itu", Alif terkekehOk, sudah cukup dia mempermainkanku.
Karna tak baik kalau makan dipinggir sawah, akhirnya mereka pergi ke sebuah lapangan dekat situ.
Sebenarnya itu bukan lapangan, hanya tanah kosong yang tidak digunakan. Entah tanah itu diwaqafkan untuk umum atau tidak, yang pasti tanah itu sekarang menjadi tempat untuk bermain, berolahraga, atau sekedar duduk - duduk saja.Mereka duduk di sebuah kursi sambil melihat anak - anak bermain. Sesekali mereka terlihat tertawa ria. Entah lelucon apa yang dibuat oleh Alif sampai Zahra terlihat sangat bahagia.
"Jadi aku boleh main kerumahmu nih ?", tanya Alif
"Yaah, aku sudah menganggapmu teman. Jadi kuizinkan kau main kerumahku, lagipula nanti kuajak Via juga ko"
"Via ? Sahabatmu ya, lalu kenapa kau tadi pergi sendiri kesana, kenapa tidak kau ajak Via ?"
********************
Seminggu kelamaan ga sih nunggunya ?
Tapi kayanya gaada yang nunggu ceritaku juga sih, hehe :vAbis part ini kalo aku sempet, aku bakal update ceritanya seminggu 2 kali. Yang pasti jadwal tetapnya hari jum'at 😊 nnti 1 harinya lg kapan aja bisa, wkwk 😂 *kalo sempet yaa*
Don't forget to vomment sob *sok inglish* 😅
Vomment itu ibarat makanan dalam dunia menulisku, kalo gaada makanan pasti badan lemes kan. Nah kalo gaada vomment bukan badan lemes, tapi nulisnya males, hehe *abaikan kealayan saia* 😂😇
Maapkeun kalo makin kesini ceritanya makin ngawur. Masih amatiran 😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Fajar Tersenyum
Teen FictionZahra, gadis yang sangat menyukai pagi. Katanya "Pagi itu ibarat bunga yang baru mekar, harumnya menjadi penenang bagi si penghirup". Saat waktu yang sangat disukainya pula, ia bertemu dengan seseorang yang begitu mudahnya melukis hati di hatinya.