Sepedah Hati

59 15 17
                                    

Secercah cahaya masuk lewat sudut cermin, mengalahkan rasa kantuknya. Ini adalah hari kedua ia berada di kampungnya. Ia lantas bangun dari singgasananya, dan memanjakan diri dengan air.

Ini liburan semester akhir, jadi dia memilih pulang kampung untuk mengobati rindu pada nenek dan sobat kecilnya. Kampungnya bertempat di Bogor, di sebuah desa yang masih hangat ramah-tamahnya. Dan pasti udaranya sangat sejuk, bertepatan di kaki gunung yang dengan sombongnya berdiri tegak. Seolah - olah mengingatkan bahwa manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan keagunganNya.

Setelah mandi ia pergi jalan - jalan dengan Via. Mereka bercerita tentang semua yang mereka sudah ceritakan lewat media sosial. Bukankah bercerita langsung sama saja dengan menoreh kata walau hanya setitik ?

"Zara, besok jogging yuk. Udah lama kan kamu ga keliling kampung. Padahal dulu kita termasuk 'Si Bolang' loh. Hehe"
"Ok, besok kamu ke rumahku. Pagi - pagi ya, jangan kesiangan."
"Jogging kan emang pagi, kalo ga pagi bukan jogging namanya."
"Lalu apa ?"
"Itu namanya orang yang lagi ngejar gorengannya Mang Asep biar ga keduluan abis."
"Hehehe, kamu bisa aja. Tapi nanti pulangnya beli gorengan Mang Asep ya."
"Siap teteh"

------------

Pukul 05.00 Zahra sudah bangun, ia lantas sholat dan mengaji sebentar.
Lalu, mandi dan bersiap untuk jogging. Tak lama kemudian Via datang, mereka pun berangkat dengan diawali Bismillah :)

Setelah merasa capek, mereka istirahat dan di dekat situ adalah surganya hijau. Terbentang sawah yang menyilaukan mata.
"Zara kamu tunggu sini, aku mau beli minum dulu. Kamu pasti capek"
"Iya, makasih Via cantik"
"Jangan alay deh. Hehe, ya udah tunggu yaa"
Setelah Via pergi, Zahra memandang jauh ke seberang sawah, gunung menjulang tinggi disana. Zahra memejamkan matanya, menghirup hawa sejuk yang dibawa oleh Sang Bayu, mencoba meresapi suasana damai dalam kalbunya.

"Suka hawa dingin dan suasana sepi kaya gini ?". Zahra terperanjat oleh suara yang tiba - tiba itu. Dia menoleh, sesaat kemudian mengalihkan pandangannya lagi.
"Iya, seperti yang kamu lihat kan. Suasana kaya gini tuh rasanya damai banget"
"Berarti kita samaan, nama kamu siapa ?"
"Namamu dulu siapa, baru aku beri tahu namaku"
"Aku nanya ko malah balik nanya. Yaudah, kenalin namaku Alif Serkan Ramazan" sambil mengulurkan tangannya.
Zahra melihat tangan itu, lalu tersenyum, "Namaku Azzahra Lamia Farzzana, double 'Z' ya. Hehe, lagian gausah jabat tangan gitu. Ini bukan pertemuan formal"

Alif pun ikut tersenyum, "Kamu tuh unik ya", sambil memasukkan tangannya lagi ke saku.
Deg ! Seketika Zahra terpesona dengan senyum itu. Senyum yang sangat manis, pikirnya. Cepat - cepat ia mengalihkan pandangannya.

Tiba - tiba
"Hallo Ra, aku pulang duluan ya. Nenek yang di Tasik sakit, aku harus ikut menjenguknya. Ke Mang Asepnya nanti aja ya, ini mendadak banget soalnya. Maaf"
"Iya gapapa Vi, semoga nenek cepat sembuh ya. Sampaikan salamku"
"Ok, nanti aku sampaikan"

"Kenapa ? Ada masalah ?", tanya Alif
"Iya gitu deh, yaudah aku pulang dulu ya"
"Tunggu, kamu pulang jalan kaki ? sendiri ?", Zahra mengangguk
"Bareng aku aja, mau ?"
Zahra tampak berpikir, mana mungkin ia bisa begitu mudahnya mempercayai Alif. Biasanya ia selalu hati - hati dengan orang baru.
"Hey, apa yang kamu pikirkan ? Ayo naik ke sepedahku. Apa kamu mau jalan sendirian dan nglamun di tengah jalan ?"
"Hmm, baiklah. Kali ini aku turuti permintaanmu", Zahra terkekeh
"Hey ini pertolongan bukan permintaan", cibir Alif

Akhirnya mereka pulang bersama. Diam diam Zahra tersenyum, ada yang berbeda kali ini. Seperti ada yang menggelitik di hatinya.

---------

Ditunggu selalu vomment nya. Yah walaupun diread doang udh bikin seneng, tpi klo di vomment tmbah semangat lagi bawaannya 😄 Bikin seneng orang dapet pahala looohhh 😉

Fajar TersenyumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang