[1] Broken heart

178 83 28
                                    

"Gue suka sama lo." ucap laki-laki itu dengan lantang.

Jantungku berdebar dengan cepat. Suaranya terdengar jelas dan tegas ditelingaku. Sangat jelas.

Suasana disekitarku semakin riuh dengan sorak-sorai kerumunan siswa-siswi yang semakin ramai.

Dia terlihat begitu percaya diri menyatakan perasaanya. Pancaran matanya memperlihatkan seberapa seriusnya dia dengan ucapan yang baru saja terlontar dari bibirnya.

Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya berdiri kaku.

Dia menarik nafasnya dengan dalam lalu terucaplah kata-kata yang membuatku hampir meneteskan air mata. Kemudian dia berlutut sambil mengulurkan setangkai bunga mawar merah.

"Lo mau gak jadi pacar gue?"

Hanya itu yang ku dengar. Hanya suara dalam itu yang begitu jelas kudengar. Suara sorakan yang semakin riuh tidak lagi terdengar.

Apakah ini mimpi?

Kutepuk kedua pipi. Rasanya sakit. Ini bukan mimpi. Ini nyata. Kenyataan yang hampir membuat tubuhku limbung.

Tapi tidak. Aku tidak akan pinsan atau apapun didepannya saat ini. Aku tidak akan mempermalukan diriku.

Sorakan 'terima terima terima' semakin berkoar-koar disepanjang koridor. Memberi semangat dan dukungan agar cepat menerima permintaan laki-laki itu.

Tidak. Aku tidak bisa terus berada disini. Aku harus pergi. Aku harus pergi saat ini.

"Gue mau."

Tepat sebelum aku melangkah pergi suara malu-malu gadis di sampingku menjawab dengan pelan.

Bukan aku. Bukan aku gadis yang dia suka. Bukan aku gadis yang dia inginkan untuk menjadi miliknya. Bukan aku gadis yang dia cintai.

Tapi sahabatku yang kini sedang menjadi pusat perhatian.

Aku melangkah mundur dari kerumanan itu lalu berlari dengan air mata yang tidak lagi dapatku tahan.

• • • • • • • • • • • • • • •

SM (13-6-17)

RENAISSANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang