Chapter 1.

125 18 2
                                    

Kulepaskan bandana konyol ini dan mulai kuikat rambut panjangku menjadi gulungan di atas kepalaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kulepaskan bandana konyol ini dan mulai kuikat rambut panjangku menjadi gulungan di atas kepalaku.

Bel yang menggantung di atas pintu berbunyi, menandakan ada pelanggan.

"Selamat pagi, nyonya Hawkins! Bagaimana kabarmu?" Sapaku pada seorang nenek berumur akhir enam puluhan.

"Pagi, Liz. Aku baik-baik saja, suamiku juga dalam keadaan sehat. Semua anak dan menantuku tidak ada yang sakit. Oh, ya, seminggu lagi Merry akan melahirkan cucuku yang ke empat belas!" Jawabnya bersemangat.

"Ada yang bisa kubantu?" Tanyaku berusaha seramah mungkin.

Begitulah kehidupan sehari-hariku di toko florist ini. Hanya ada aku dan Patricia, seorang kasir wanita berumur empat puluhan yang kini sedang tertidur dan mendengkur di atas mejanya.

"Aku ingin seikat mawar," Ya Tuhan, apakah dia tidak memiliki kalender di rumahnya? Atau salju yang sedang turun menandakan ini bulan April? Mawar apa yang tumbuh di awal Januari disaat salju sedang turun ini?

"Maafkan aku, nyonya Hawkins. Tapi mawarnya belum tumbuh," Aku memasang ekspresi menyesal.

"Mengapa belum tumbuh? Kurasa tiap kali aku kesini belum ada bunga yang tumbuh," kritiknya kesal. Rasanya aku ingin meneriakinya kalau dia di London hanya setiap musim dingin untuk merayakan natal bersama anaknya.

Aku menahan keinginan untuk memutat bola mataku.

"Mungkin kau bisa kembali lagi saat musim semi tiba, semua bunga kami dalam keadaan terbaik!" Kuharap dia tidak datang saat musim semi tiba.

"Tidak, aku sudah kecewa. Akan kuberi tahu teman-temanku saat aku kembali ke Cheshire kalau toko florist ini adalah yang terburuk." Tapi tetap saja dia datang. Tanpa menunggu jawabanku, ia langsung keluar begitu saja.

"Toko florist mana yang buka pada musim dingin?" Tiba-tiba saja aku mendengar suara Patricia. Ketika aku melihatnya, ia sedang mengelap tisu pada ujung bibirnya yang dipenuhi air liur itu. Ew.

"Aku berpikir untuk berhenti, Pat." Jawabku jujur.

Matanya langsung terbelalak kaget. "Jangan berani-beraninya kau meninggalkanku di toko florist terkutuk ini," Suaranya meninggi.

Aku menggeleng. "Tidak dalam waktu dekat, tentunya aku harus mencari pekerjaan dulu." Aku mulai melepas apronku dan menggantungnya di dalam lemari penyimpanan. Kutarik mantelku dari dalam sana dan mulai memakainya.

"Oh, ya, aku akan mengambil cuti besok dan lusa. Jadi aku takkan hadir dalam dua hari kedepan." Kuambil tasku dari atas meja.

Dahinya berkerut. "Mengapa? Katamu kau takkan berhenti dalam waktu dekat?"

"Aku hanya mengambil cuti, bukan berhenti. Para model harus fitting baju untuk Pekan Mode bulan ini di Oxo Tower Wharf lusa. Aku dam lima temanku masuk tim Amanda Wakeley di sana." Jelasku.

FamousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang