Prolog: Awal Mula Awan

1.2K 7 0
                                    


Namanya adalah Awan. Dia adalah anak kelas 3 SMA. Saat orang lain sudah sibuk dengan masa-masa indah romansa seperti di film-film, Awan malah tenggelam di dalam perasaan yang dinamakan kesepian. Ini adalah cerita yang Awan bagikan kepadaku saat dia sudah kuliah sekarang. Ini terjadi setahun yang lalu.

Semua dimulai di kelas 3 yang tengah ramai akan perbincangan anak-anak dari berbagai kalangan. Mereka yang populer tengah berbincang dengan yang populer, bersenang-senang dengan cara mereka dan bersendagurau guna mengisi kosongnya waktu. Mereka yang terpinggirkan membentuk kelompok sendiri dan mulai membicarakan hal-hal yang tidak begitu penting juga.

Sementara itu, ada juga golongan orang yang terdiam di bangkunya dan melakukan aktivitasnya sendiri. Jumlah kelompok ketiga amatlah sedikit. Dan salah satu diantara kelompok yang paling dikit itu, adalah Awan.

Awan bukanlah anak populer. Dia juga tidak begitu jago dalam berbicara dengan semua orang. Temannya tak begitu banyak, tapi di sisi lain, dia juga tidak begitu peduli. Apa yang ia inginkan untuk sekarang sebenarnya adalah lulus dari sekolah ini dan pergi ke pusat kota. Di situlah tujuannya untuk berkuliah sekarang.

Dalam keramaian, Awan terhanyut dalam dunianya sendiri. Buku tulis ia gunakan sebagai kanvas untuk menumpahkan imajinasinya. Ia tau kalau apa yang ia lakukan sebenarnya tidak ada gunanya. Bahkan beberapa gurunya pun sering menasihatinya karena hobi Awan yang tidak penting. Namun, dia tidak begitu peduli.

Toh sejak awal, Awan hanyalah seorang beta yang tidak pernah bergaul dengan teman-temannya. Ia puas dengan hidupnya yang begini. Walau terasa sedikit monoton tanpa rasa, apa yang bisa dikomplain dari seorang anak tanpa prestasi? Awan tak bisa protes karena sejak awal, dialah yang memilih jalan ini.

Lalu ia mendengar suara tawa perempuan itu. Dia sebenarnya hanyalah siswi biasa di kelas si Awan. Tapi, kalau kau memerhatikan lebih seksama, siswi normal itu selalu tersenyum ceria di depan teman-temannya. Bahkan mungkin, gadis itu akan selalu tersenyum di depan semua orang. Tentu saja bukan untuk meninggalkan kesan kalau dia memiliki suatu masalah dengan otaknya.

Senda gurau memenuhi kelas tanpa guru. Sang Awan hanyalah satu-satunya murid yang tidak memiliki teman. Tetapi, ia tidak mengeluh. Ia juga tidak peduli. Sampai apa yang ia gambar itu selesai, yang bisa dilakukan Awan hanyalah diam dalam fantasi yang tidak akan pernah terjadi.

Ngomong-ngomong, gadis berkacamata dan berambut panjang yang tadi dilihat Awan adalah seseorang yang nantinya akan mengubah hidup Awan. Yah, tentu saja, untuk sekarang, sang karakter utama dalam cerita ini pasti akan memilih waifu ketimbang perempuan 3D. Itu sudah hakikat seorang beta sejati.

Tiap harinya Awan selalu melihat gadis itu lewat tiap kali jam istirahat tiba. Disaat semua anak-anak kelas pergi menuju kantin, Awan dan makanannya malah memilih ke tempat sepi untuk makan. Ia memiliki lokasi sendiri yang tidak pernah diketahui oleh orang lain. Lagipula, sudah tiga tahun sekolah, tentu saja Awan begitu hapal tentang tata lokasi sekolahnya.

Kehidupan yang sepi dan monoton selalu mengikuti Awan di awal-awal semester kelas 3. Hingga hari itu tiba. Hari dimana sang Awan mulai dekat dengan gadis berkacamata.

Romansa Dan DifabelWhere stories live. Discover now