Merantau ke Deli

127 2 0
                                    

Baca di http://my.w.tt/UiNb/87QDFx8XQD

Saya senang bukan kepalang menemukan cerita klasik ini. Cerita yang sejak saya baca sampai sekarang masih berada di urutan pertama klasik ini memang pantas diacungi jempol.

Setelah membaca kisah ini saya jadi mengerti mengapa Buya Hamka menjadi salah satu sastrawan legendaris Indonesia. Kemampuannya olah kata itu lho, luar biasa. Beliau juga tidak ragu mengkritik adat Minangkabau yang sebenarnya merupakan suku beliau. Sulit lho mengkritisi budaya yang sudah menjadi akar kita.

Peringatan: paragraf berikut bisa merupakan spoiler, hindari membaca jika ingin penasaran saat membaca ceritanya by yourself.

Saya salut pada penggambaran tokoh Pariyem dalam kisah ini. Tokoh yang diperkenalkan secara biasa-biasa saja namun kemudian menjadi salah satu tokoj sentral cerita. Bagaimana Hamka menulis dari sisi perempuan meskipun beliau laki-laki. Keraguan, semangat, kegalauan Pariyem digambarkan dengan begitu apik dari awal ketika ia menerima pinangan calon suaminya, kesedihan saat tahu suaminya ingin berpoligami, sampai kemarahan saat ia bertengkar dengan madunya. Kalau bahasa anak muda zaman sekarang "Pengen ikut ngegamparin itu madu ga tahu diri."

Tentang tokoh suami dan madunya Pariyem? No comment ah. Saya sebal
dengan mereka berdua. Tapi saya sedikit bersyukur karena di akhir cerita mereka hidup susah lagi setelah ditinggalkan Pariyem.

Sudah? Ya, itu saja review saya tentang cerita ini. Yang jelas cerita ini menjadi pembuka bagi saya untuk mencari-cari karya Buya Hamka yang lain. Love it so much.

Book Review by Maria KristiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang