3. Introduction

4.1K 451 6
                                    

Aiden menatap wanita di hadapannya dengan intens. Gabrielle Brooke. Wanita ini menatap tulisan di hadapannya dengan kening mengerut.

Tangan Aiden gatal untuk menyentuh kerutan itu dan membuatnya kembali seperti semua.

Mereka beberapa kali berdebat. Gabrielle takut jika harga lelang terlalu tinggi, orang tidak akan mau menawar hasil tangkapannya.

Gabrielle mengenakan sweater rajut berwarna abu abu kebesaran dengan syal yang menutupi leher jenjangnya dan celana jeans berwarna putih yang membalut kaki mungilnya yang tidak terlalu besar.

Gabrielle merasa penghangat ruangan ini membuat tubuhnya gerah. Tanpa berpikir lagi, ia melepas syal yang menutup leher jenjangnya.

Aiden yang melihat kejadian itu hanya terdiam di tempat dan menatap leher Gabrielle dengan tajam.

Sialan. Terlalu sempurna. geram Aiden dalam hati.

Ia mengenyahkan pikiran kotornya terhadap wanita di hadapannya. Tetapi matanya terlalu penasaran dan tidak dapat di ajak berkompromi.

Ia mengamati wajah wanita di hadapannya. Matanya berwarna abu abu, sama seperti miliknya. Hidung mungilnya yang mancung menarik udara dengan rakus lalu menghembuskannya kasar selagi matanya menatap tajam tulisan di hadapannya. Bibirnya yang penuh dan menggoda. Rambut cokelat tebalnya yang bergelombang ia sanggul dengan asal tanpa jepit ataupun pengikat lainnya.

Terlihat seksi di mata Aiden.

Aiden menerka bagaimana rasa bibir yang memerah secara alami itu. Gabrielle mendongak dan menatapnya tajam.

"$100000." ucap Gabrielle langsung.

Aiden mengerutkan alisnya tak suka. Bibir wanita itu menggodanya hanya dengan berbicara saja.

"Apa? $2000000. Keuntungan apa yang akan ku dapatkan jika kau memasang harga serendah itu?" ucap Aiden sinis.

Gabrielle mendesah pelan dan mengusap lehernya perlahan lahan. Ia benar benar kebingungan sekarang. Hank berkata bahwa pilihan ada di tangannya.

Aiden yang melihat reaksi Gabrielle mengerang pelan. Sialan, membayangkannya saja bisa membuat miliknya menegang.

"Itu terlalu mahal." gumam Gabrielle pelan sambil menerawang.

Aiden mendengus kesal dan memanggil seorang pelayan. Ia memesan es krim untuk Gabrielle dan secangkir kopi hitam untuk dirinya.

"Hei, aku ingin kopi." ucap Gabrielle saat pelayan sudah menjauh.

"Kembali ke topik. Aku ingin $2000000 untuk gambarmu. Mereka tidak akan segan menawar dengan harga setinggi apapun jika hal yang di lelangkan sangat bagus dan menarik perhatian mereka." jelas Aiden sambil menahan geramannya karena Gabrielle sedang menggigit bibirnya kecil.

"Bagaimana jika tidak ada yang membeli gambarku? Kau berani bertanggung jawab?" desis Gabrielle pelan.

Aiden menaikkan alisnya dan mendengus pelan. Jika tidak ada orang yang mau membeli lukisan wanita bar bar di hadapannya ini, maka ia akan memaksa Branden ataupun Carter untuk membelinya. Masalah selesai.

"Pasti ada." ucap Aiden mantap.

Gabrielle tampak sangsi. Tetapi ia tetap menanda tangani perjanjian kerja di hadapannya. Aiden tersenyum puas dan menyesap kopinya yang baru saja datang.

"Sepertinya kau selalu membawa kameramu." ucap Aiden saat melihat Gabrielle yang sibuk dengan dirinya sendiri.

"Bukan urusanmu." desisnya pelan sambil melahap es krim yang terletak di hadapannya.

Tanpa sadar, ia menghisap sendok kecil itu dan membiarkan sendok itu ia jepit dengan bibirnya.

Aiden menggeram pelan. Menahan gairahnya mati matian. Sialan, ia merasa seperti remaja ingusan yang tidak pernah tidur dengan satu pun wanita di dunia ini.

Mungkin karena efek cuaca yang dingin. batinnya pelan.

"Baiklah, miss?" gumam Aiden bingung.

Ia mengernyit aneh. Bahkan ia tidak tahu nama wanita ini dan ia sudah membayangkan hal tak pantas di otaknya. Terkutuklah Aiden!

"Sialan." umpat Gabrielle pelan.

Ia melupakan sopan santunnya pada pengada lelang ini. Bagaimana jika pria ini membatalkan perjanjiannya?

Aiden berdehem pelan. Menahan dirinya agar berhenti memikirkan hal hal jorok di kepalanya.

Apakah ia berkata kasar saat bercinta? Terdengar seksi. batin Aiden sambil menatap Gabrielle intens.

"Aku Gabrielle. Panggil saja Elle." ucap Gabrielle tak nyaman.

"Hanya Gabrielle?" tanya Aiden sambil menaikkan kedua alisnya.

Gabrielle mengangguk dan menghabiskan es krimnya lalu mengenakan kembali syal nya. Ia mengemas kamera kecil yang ia bawa dan meninggalkan $100 di mejanya.

"Ah Tuan. Aku lupa bertanya, siapa namamu?" ucap Gabrielle saat ia hendak berdiri.

Aiden tersenyum puas dan melipat tangannya di depan dada bidangnya.

"Aiden. Aiden Matthew, dan Gabrielle, senang bertemu denganmu."

*

Gabrielle mendengus saat ia berjalan keluar dari restoran itu. Ia tidaklah bodoh untuk menerka tatapan yang di berikan pria bernama Aiden itu padanya.

Tanpa tahu malu, Aiden menatapnya intens dan beberapa kali menggeram kecil.

Pria itu sudah jelas ingin menarik kakinya untuk naik ke atas kasur pria itu dan menghabiskan sisa hari dengan bercinta.

Ia tidak bodoh.

Karena ia tahu, semua pria itu tidak ada bedanya. Terutama pria kaya dan arogan sepert Aiden. Sangat mudah di tebak dari gelagatnya.

"Hank! $20000 untuk satu satunya gambar milikku. Bagaimana?" tanya Gabrielle saat ia sudah masuk ke dalam studio milik Hank.

Hank menyemburkan air yang baru saja ia minum dan menatap Gabrielle seakan ia memiliki ekor di bokongnya.

"Kau gila!" pekik Hank tak percaya.

Gabrielle mengedikkan bahu tak acuh dan melempar syal yang ia kenakan ke atas sofa lalu berbaring di atas sofa itu.

"Pengada lelang lah yang menentukan harga. Ia menekanku habis habisan dan aku bisa apa?" gerutu Gabrielle kesal.

"Dan dengan percaya diri ia berkata pasti ada orang yang menawar dengan harga tertinggi." lanjut Gabrielle dengan nada jijik.

Hank hanya menggeleng tak habis pikir dan mengangkat tangan tak acuh lalu berjalan meninggalkan Gabrielle di atas sofa.

"Elle, apa kau tidak berminat ikut ke club bersamaku malam ini? Banyak pria tampan." ucap Hank dengan mata berbinarnya.

"Jika kau ingin mencari pria untuk memuaskan penyimpangan seksualmu, pergilah. Aku tidak ingin menyentu club sialan itu." jawab Gabrielle malas.

Hank tertawa kencang dan mendekatinya lalu berkata.

"Dasar perawan tua!"

***

Catch Me, A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang