14. Jealous

3.8K 392 14
                                    

Gabrielle menghampiri Maxwell yang duduk menunggunya di sebuah kedai kopi di pusat kota.

Maxwell tersenyum padanya dan menarik kursi agar ia duduk. Gabrielle tersenyum simpul dan menatap Maxwell yang sedang memesan minuman untuk mereka.

"Aku sangat hapal dengan minuman kesuakaanmu. Kopi hitam," ucap Maxwell padanya.

Gabrielle berdeham pelan dan melirik meja yang tak jauh darinya, Stella sedang duduk sambil meminum minuman berwarna pink miliknya.

"Maxwell, aku ingin kau berbicara jujur padaku." ucap Gabrielle membuka percakapan.

Maxwell melipat tangannya di depan dada dan menunggu kalimat selanjutnya dari Gabrielle.

"Kenapa kau meninggalkanku di altar? Kenapa kau tidak berbicara sebelum pemberkatan? Kau tahu betapa marahnya aku dulu?" tanya Gabrielle beruntun dengan suara bergetar.

Maxwell terdiam dan menatap Gabrielle sendu. Ia menggenggam erat tangan Gabrielle dan menatapnya dalam.

"Gabe, aku terlalu panik waktu itu. Kesley... ia mengandung anakku. Aku tidak mungkin menikahimu ketika wanita lain tengah mengandung anakku. Aku sangat mabuk ketika itu, aku mengira bahwa Kesley adalah kau yang mengunjungiku seperti malam malam lainnya." jelas Maxwell lembut.

Gabrielle benar benar ingin menangis dan berlari sejauh mungkin dari tempat ini. Ia tidak sanggup menatap mata Maxwell, ia hanya akan semakin bersedih.

"Maxie.." bisik Gabrielle pelan.

Ia menutup matanya erat dan menyerap semua rasa sakit yang menguar ketika ia mengingat kembali masa lalunya.

Tetapi ia tidak mencintai Maxwell.

Benar, rasa sakit itu masih terasa sangat nyata. Persis seperti luka baru yang di buat ketika terjatuh. Ia tidak bisa menerima semuanya begitu saja setelah dua tahun ini.

Ia tidak bisa.

Ia ingin pergi. Bukan dengan Hank atau siapapun. Ia ingin sendirian.

"Gabrielle." panggil sebuah suara.

Gabrielle mendongak dan mendapati Aiden menatapnya hangat. Maxwell mengernyit bingung ketika Aiden menggenggam tangan Gabrielle dan membantu wanita itu berdiri.

"Maaf tuan, kekasihku dan aku sudah berjanji untuk makan siang bersama. Maaf mengganggu." ucap Aiden dengan senyum sopan.

Gabrielle mengerjap beberapa kali ketika Aiden menggandengnya keluar dari kedai kopi itu dan masuk ke dalam mobilnya.

"Aku tidak ingin bertemu denganmu." ucap Gabrielle dingin.

Aiden menghela nafas dan melajukan mobilnya membelah jalan raya yang cukup besar dan ramai.

Mereka hanya diam di sepanjang perjalanan dan Gabrielle enggan untuk bertanya, ia lebih baik diam daripada memberontak.

Ia sudah lelah sekali.

Aiden membelokkan mobilnya masuk ke sebuah apartemen mewah di pusat kota. Ia membawa Gabrielle masuk ke dalam sebuah unit apartemen yang sangat besar.

Lebih tepatnya, penthouse.

"Apa apaan ini?" protes Gabrielle tak terima.

Aiden mendekat dan menuntun Gabrielle agar kembali duduk di sofa empuk miliknya.

"Aku minta maaf Gabrielle. Aku bersungguh sungguh. Demi Tuhan aku sangat menyesal atas perkataanku beberapa hari yang lalu." ucap Aiden seraya menggenggam tangan Gabrielle.

Gabrielle menggeram kesal dan menghentakkan tangannya. Ia berdiri dan Aiden pun ikut berdiri, wajahnya memerah menahan segala kekesalannya terhadap Aiden.

"Kau selalu menyesal setelah mendengar penjelasan dari orang lain. Kenapa Aiden? Kau menuduh tanpa benar benar tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku benci padamu, kau begitu bodoh. Kau berpikir bahwa aku berusaha menggoda Maxwell dan Dalton? Aku pasti gila jika melakukan itu. Perempuan bodoh mana yang ingin menggoda pria yang meninggalkannya di altar saat hari pernikahan mereka? Dan aku bukan wanita seperti itu!" ucap Gabrielle berapi api.

Aiden hanya diam mendengar kemarahan wanita di hadapannya. Ia bersumpah demi apapun, pria bernama Maxwell yang meninggalkan Gabrielle adalah pria terbodoh di dunia ini.

Nafas Gabrielle tersengal. Ia benar benar belum puas memarahi pria di hadapannya. Ia benci ketika Aiden dengan wajah angkuhnya berjalan seraya menggandeng adik tirinya yang bodoh itu.

Ia benci.

"Dan kau, berhenti menggoda adikku!" lanjutnya sambil memukul lengan Aiden berkali kali.

Aiden mengulum senyumnya dan menerima pukulan Gabrielle begitu saja.

Wanita ini cemburu pada adiknya.

Ketika pukulan Gabrielle berhenti, Aiden mendekat dan menarik tengkuknya untuk mencium wanita di hadapannya.

Gabrielle menggeram kesal dan membalas ciuman Aiden dengan kasar. Ia marah dan pria ini malah menciumnya, maka ia akan meladeni kemauan Aiden dan membuatnya jatuh terhempas.

Tangan Aiden bergerak menyusuri leher Gabrielle dan turun ke bokong wanita itu. Decakan bibir mereka terdengar di ruangan besar itu dan Aiden membawa Gabrielle berjalan masuk ke kamarnya tanpa melepas ciuman mereka.

Aiden menggigit kecil bibir bawah Gabrielle dan menghisapnya kuat. Gabrielle mengerang dan berkali kali memperingatkan dirinya sendiri bahwa apa yang mereka lakukan adalah hal yang salah.

Tetapi ia menyukainya.

Mungkin ia tidak akan sanggup untuk berhenti.

Tangan Aiden bergerak menyentuh blouse putih milik Gabrielle dan merobek kancingnya kasar.

Ia menangkup payudara Gabrielle menggunakan kedua tangannya dan memperdalam ciuman mereka.

Bra hitam Gabrielle terlepas ketika Aiden menyentak pengaitnya. Tangan Aiden bergerak lincah meremas dan memainkan payudara Gabrielle.

Seluruh tubuh Gabrielle adalah kesukaannya.

"Aiden.." erang Gabrielle ketika mulut Aiden menghisapnya keras.

Aiden tersenyum senang dan melepas kemejanya agar Gabrielle dapat menyentuh tubuhnya.

Gabrielle menatap takjub tubuh kecoklatan Aiden yang tampak begitu seksi. Tangannya bergerak menyentuh perut Aiden dan tiba tiba ia memeluk Aiden erat.

Tubuh bagian atas mereka yang terbuka saling bertabrakan dan Aiden mengumpat di dalam hatinya ketika merasakan payudara Gabrielle yang mengeras.

"Jangan lakukan ini pada Stella." bisik Gabrielle lembut.

Aiden tersenyum dan membalas pelukan Gabrielle tak kalah erat. Ia mengecup puncak kepala Gabrielle dalam dan menarik wanita itu ke kasurnya untuk tidur siang bersama.

Aiden tersenyum melihat pakaian Gabrielle yang hancur karena ulahnya. Gabrielle berbaring dan menutup tubuhnya dengan selimut lalu memejamkam matanya dan tertidur.

Aiden mengecup pipi Gabrielle dan ia terdiam. Ia sudah tidak pernah melakukan hubungan seks dengan wanita manapun setelah ia bertemu Gabrielle.

Dan seketika Aiden sadar.

Ia sudah menyukai Gabrielle.

***

A/N :

Itu si Gabrielle kalau gak mau sama Aiden sini kasi ke aku aja *pasangmukagenit*

Thank u readers sudah menyempatkan diri untuk membaca cerita aku.

Tinggalkan votes dan komen ya guys!

Catch Me, A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang