CHAPTER 1 : Who are you - 1 ?

79 4 5
                                    


Somi POV

Hari ini untuk kedua kalinya aku menginjakkan kakiku lagi di belahan bumi ini. Di Negara yang terkenal dengan julukannya sebagai negeri gingseng. Aku kembali lagi ke tanah kelahiran setelah sekian lama bersembunyi di negeri orang. Bukan sepenuhnya bersembunyi, melainkan mencari kenyamanan.

Mamaku adalah wanita korea yang menambatkan hatinya pada seorang laki-laki asal inggris. Mereka dipertemukan karena kuliah di universitas yang sama, di salah satu universitas yang ada di London, Inggris. Karena perbedaan negara, ayahku harus mengikuti mama tinggal di Korea dan karena tuntutan perkerjaan mereka juga membuatku harus tinggal terpisah dari kedua orang tua. Selama ini aku tinggal di London bersama nenek.

Sebelumnya aku sempat tinggal di Korea, sejak aku dilahirkan sampai saat umurku menginjak 10 tahun. Namun semuanya tidak berjalan dengan baik di sana. Selama 10 tahun aku tidak punya teman sebaya, kebanyakan dari mereka menjauhiku. Aku tidak tahu apa salahku, yang aku tau mereka semua tidak suka denganku. Karena di lingkungan tempatku tinggal di Korea, keluargaku lah yang paling mencolok gaya hidupnya. Keluargaku merupakan golongan dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Ayahku adalah seorang CEO sebuah perusahaan property di Korea sedangkan mamaku memiliki bisnis di bidang fashion, beliau memiliki beberapa cabang boutique di Korea. Sehingga kebanyakan dari mereka enggan berteman denganku, karena merasa tidak akan diterima atau pun karena mereka tidak suka dengan keberuntungan hidupku. Dan karena alasan itulah orang tuaku memutuskan untuk membiarkanku tinggal dengan nenekku di Inggris dan melanjutkan pendidikan disana, namun mereka tetap bekerja di Korea. Sesekali orang tuaku datang untuk menjengukku disaat mereka tidak sibuk dengan pekerjaannya.

Tahun ini adalah musim kedua dalam tahun pertamaku di sekolah menengah atas. Tepat di akhir musim pertamaku sekolah, nenekku tercinta meninggal dunia karena penyakitnya. Kanker liver yang selama ini ada di dalam tubuhnya telah sepenuhnya merenggut hidupnya. Saat ini beliau telah tenang di surga sana. Karena khawatir dengan kehidupanku di Inggris, akhirnya orang tuaku membawaku kembali ke Korea, dan melanjutkan sekolahku di sana (read : Korea) sedangkan kakekku kini tinggal bersama adik dari ayahku.



Bayangan akan dikucilkan, dihindari, dan tidak diterima terus berputar-putar dalam benakku. Aku ragu melangkahkan kakiku saat sopirku membukakan pintu belakang mobil yang sudah terparkir di halaman luas sebuah sekolah.

"Kita sudah sampai, agashi", ucap supirku saat membukakan pintu mobil.

"Ahh, ne ahjussi.."

Dengan sedikit keberanian aku melangkahkan kaki keluar. Saat itu lingkungan sekolah terlihat sangat sepi, karena jam belajar tengah berlangsung.

Perlahan ku tuntun langkahku mencari salah satu ruang di sekolah. Aku menemui kepala sekolah terlebih dahulu sebelum wali kelasku mengantarkanku ke ruang kelas tempatku belajar di sekolah yang baru.

Jantungku berdetak sangat kencang sebelum benar-benar sampai di ruang kelas itu. Bahkan aku yakin bila ada orang di dekatku pasti dia juga dapat mendengar detaknya. Darah terasa berhenti mengalir saat aku melewati ambang pintu itu. Seketika keributan yang tadinya terdengar dari luar mendadak hilang dan kelaspun menjadi sunyi.

Kulihat beberapa pasang mata mulai menatapku, entah itu tatapan suka atau tidak suka akupun tidak tahu. Kubalas dengan senyuman sebagai tanda santunku.

"Mohon perhatian semuanya, kita kedatangan murid pindahan baru dari London, Inggris", ucap wali kelas saat memperkenalkanku.

Seperti sudah menjadi hal biasa saat ada murid pindahan dari luar Negara Korea, karena pasalnya sekolah yang aku pilih ini merupakan salah satu sekolah terbaik di Korea. Sehingga mereka pun tidak menanggapi dengan reaksi berlebih dan hanya menganggapnya biasa saja.

Dari beberapa pasang mata yang menatapku, ada satu orang yang terlihat tidak begitu peduli dengan kedatanganku.

Laki-laki itu hanya fokus dengan buku bacaan bahkan saat wali kelas sedang bicara dan dia terlihat seperti orang yang tidak menyenangkan. Kulihat dia hanya duduk sendiri di salah satu bangku yang seharusnya diduduki oleh dua orang.

Kekhawatiranku pun muncul, aku takut jika ditempatkan satu bangku dengan orang itu.

Karena tak ada lagi bangku yang tersisa, dengan terpaksa ku tuntun badanku untuk duduk disitu setelah waki kelas mempersilahkanku.

"Annyeong" sapaku mencoba menghilangkan kecanggungan.

Namun dia hanya diam tanpa jawaban. Benar seperti dugaanku, dia benar-benar orang yang tidak menyenangkan. Bawaannya terlihat sangat dingin. Dia mematung seperti tidak ada pergerakan saat matanya terfokus pada sesuatu.

Samar terlihat nametag yang ada di baju bagian kirinya tertulis nama "JEON - JUNG - KOOK".

Tidak ada pergerakan lain selain dari bola matanya yang naik-turun mengikuti baris tulisan di buku itu. Lalu fokusku berpindah pada bagian lainnya. Kulihat tulang hidung yang panjang dengan bentuk rahang yang tajam. Bibir tipisnya terlihat berwarna pink natural, dengan tanda titik hitam di bagian bibir bawahnya.

"mungkin itu tanda lahirnya", bantinku.

Untuk ukuran laki-laki Korea, bentuk wajahnya sangat sempurna, bahkan dapat dikatakan bahwa dia tampan. Namun sepertinya dia orang yang sangat cuek dan dingin. Terlihat dari bagaimana dia fokus terhadap sesuatu dan mengabaikan orang disekitarnya.

"Apakah tidak bisa dibuat tidak terlalu terlihat saat kau sedang memperhatikan orang?" Tanyanya sontak mengejutkanku. Masih dengan pandangan ke arah buku.

Bagaikan tersambar petir, suara yang keluar dari mulutnya membuatku seakan-akan mati di tempat. Seperti orang yang ketahuan sedang berbuat kesalahan, aku hanya terdiam tanpa menjawab.

"Wae?, Apa wajahku terlihat seperti barang tontonan?" Kini dia memutar badannya dan melihat ke arahku.

"A..a..aniyo" jawabku terbata-bata.

Tidak ada kata lain lagi yang bisa ku ucapkan selain kata itu. Mataku hanya terfokus pada matanya saat berpaling ke arahku. Tatapan matanya sangat tajam, setajam belati baja.

Aku terdiam sesaat tanpa mengucapkan sepatah kata pun, hingga akhirnya aku pun tersadar dan meminta maaf padanya. Kemudian dia berlalu dan meninggalkanku.

Bahkan saat dia sudah pergi pun aku masih merasakan seperti ada sengatan-sengatan listrik di hatiku. Jantungku berdebar jauh lebih kencang bila dibandingkan dengan saat pertama kali aku memasuki ruangan ini.

Saat pertama kali melihat matanya, waktu seakan-akan berhenti berjalan. Tak tau pasti apa yang sebenernya aku rasakan. Yang jelas saat aku melihat mata itu, seluruh panca indraku selain mata tiba-tiba tidak dapat bekerja. Mata itu seperti belati yang telah menusuk jantungku.

To be continue...

A/N

Benar-benar masih dalam tahap belajar.
Untuk itu saran dan masukan sangat diperlukan ^^

Really need your feedback.

And don't forget to give me voment ^^

STUCK ON YOU [[TAEKOOK]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang