DUA

35 5 0
                                    


"Aku pulang."

Ara masuk ke dalam rumah dengan wajah kusutnya. Matanya sedikit bengkak dan rambutnya acak-acakan.

Tadi gadis itu diantar pulang oleh Taehyung. Tapi sebelum pulang, Taehyung menawarkan untuk membeli makanan. Ara menolak.

"Kumohon, Noona. Terima tawaranku," mohon Taehyung.

"Tidak. Terima kasih, Taehyung. Aku ingin langsung pulang saja," tolak Ara selembut mungkin.

"Noona, kumohon."

Ara tersenyum. "Ya, aku terima tawaranmu. Terima kasih sekali lagi."

Di ruang tengah ada kakaknya dan adiknya. Sepertinya mereka sedang bersantai. Mungkin juga sedang menuggu Ara.

"Ya! Aku pulang! Kenapa tidak menyambutku?!" Ara berteriak ke arah mereka berdua.

"Noona sudah pulang? Mianhae, Namjoon hyung mengajakku bermain catur," kata Jungkook tanpa dosa.

Namjoon masih sibuk dengan papan catur miliknya. Alisnya terangkat dan wajahnya menunjukkan bahwa pria itu sedang bingung.

Ara menggeram. "Kakak! Aku sudah pulang!" Sekali lagi Ara berteriak.

Namjoon terkejut lalu menatap Ara. "Oh, kau sudah pulang," katanya santai.

Sambutan macam apa itu? Mereka tidak bisa melihat bahwa Ara terlihat acak-acakkan. Mereka tidak lihat mata gadis itu bengkak karena menangis? Jahat sekali.

Ara mendengus. "Kalian tidak mau makan malam? Kalau begitu, aku akan menghabiskan sendiri." Ara berlalu dari ruang tengah menuju ruang makan.

Rumahnya memang tidak sebesar Yoongi ataupun teman-temannya. Tetapi, ini satu-satunya warisan dari kedua orang tuanya.

Kedua orang tua Ara sudah meninggalkan mereka sejak adiknya Jungkook duduk di bangku sekolah menengah pertama. Itu menjadi beban bagi adiknya. Karena, saat mendengar bahwa orang tuanya meninggal Jungkook terus-menerus mengurung diri di dalam kamar. Begitu pun kakaknya, Namjoon. Itu adalah dimana peristiwa yang paling menyedihkan dan menyakitkan bagi keluarga Kim.

"Eomma, Appa...," lirih Ara.

"Ara, are you okay?" tanya Namjoon dibalik punggung Ara.

Gadis itu mengerang pelan. Entah mengapa saat ini Ara merasakan rasa rindu yang luar biasa. "Kak, apa yang harus lakukan?" lirihnya. Gadis itu membalikkan badannya dan berlari untuk memeluk kakaknya. Ia kembali mengerang, membuang rasa rindu yang ia pendam selama ini.

"Kau mengingat ayah dan ibu lagi? Mereka disana sudah bahagia. Mereka akan sedih melihatmu seperti ini," lirih Namjoon kali ini.

Mereka berdua terlarut dalam tangis. Tangis kerinduan. Tangis yang selama ini mereka pendam.

***

"JUNGKOOK! CEPAT BANGUN! KAU MAU TERLAMBAT LAGI HAH?! CEPAT BANGUN!" teriak Ara dari bawah. Gadis itu sudah berkali-kali memanggil adiknya tetapi tidak sahutan sama sekali. Kemana anak itu?

"Ada apa noona?" suara lembut itu membuat Ara memasang wajah datar andalannya.

Gadis itu membalikkan badan dan menatap Jungkook yang sudah rapi dengan seragamnya. Bukankah tadi Jungkook masih di dalam kamar? Bagaimana bisa?

Ara memandang Jungkook datar. "Kau dari mana saja? Bukankah kau tadi di dalam kamar? Kenapa tiba-tiba kau ada di sini?" tanya Ara datar.

Jungkook menggaruk tengkuknya. "Anu, tadi aku sudah bangun pukul empat pagi noona. Mianhae noona." Jungkook mencoba memegang pundak Ara tapi Ara tepi lalu meninggalkan Jungkook dengan perasaan sebal.

***

"Noona nanti tidak usah menjemputku. Aku pulang larut malam," ucap Jungkook dari luar pintu mobil.

Ara hanya mengangguk. Pasalnya ia masih marah pada Jungkook atas kejadian pagi tadi. Sebenarnya Ara tidak ambil pusing soal urusan Jungkook akan pulang larut malam. Toh, adiknya itu memang jarang pulang. Sebentar lagi adiknya itu akan melaksanakan ujian kelulusan. Jadi wajar saja Jungkook jarang pulang.

"Ara noona masih marah padaku soal kejadian tadi pagi?" Hati-hati Jungkook bertanya pada Ara yang sudah bersiap-siap meninggalkannya.

"Tidak. Cepat. Masuk. Jungkook." Tekan Ara disetiap kalimatnya.

Setelah mengatakan itu Ara langsung menancapkan gasnya untuk pergi. Pagi ini ia akan mengunjungi Yoongi setelah itu ia akan pergi ke kampus karena ia memiliki jadwal.

Dalam perjalan menuju rumah Yoongi, Ara menyempatkan untuk membeli bingkisan. Tidak banyak, Ara hanya membeli makanan kesukaan Yoongi.

"Terima kasih." Ara tersenyum, menyodorkan uang pas, lalu meraih bingkisan miliknya. Lalu Ara melangkahkan kakinya untuk menuju parkiran.

Dan, ia akan langsung menuju rumah Yoongi. Kemarin Taehyung bilang padanya bahwa Yoongi babak belur, jadi ia akan mengunjungi rumah Yoongi yang membutuhkan waktu tiga puluh menit.

Sesampainya dirumah Yoongi, Ara turun dan berjalan ke pagar rumah Yoongi.

"Sepi sekali. Dimana penjaga rumahnya," gumam Ara menatap pagar rumah itu. Biasanya penjaga rumah itu akan membuka pagar dan mempersilakan Ara untuk masuk. Tetapi ini tidak ada tanda-tanda.

Ara masih bingung, bagaiman ia akan menemui Yoongi jika penjaganya tidak ada?

"Ara noona." Tiba-tiba seseorang sudah berada di sampingnya. Ara sejenak menatap lelaki itu, menatap lelaki yang kini berdiri di samping kirinya.

"Oh, Taehyung, kau tidak bekerja?" tanya Ara.

Ternyata lelaki itu Taehyung.

Taehyung menggeleng. "Tidak noona. Ngomong-ngomong noona ada keperluan apa? Ingin bertemu Yoongi hyung? Kenapa tidak langsung masuk saja noona?" kali ini Taehyung bertanya dengan pertanyaan bertubi-tubi.

"Aku harus menjawab yang mana dulu?" Ara memiringkan kepala dan mengkerutkan dahinya.

Taehyung mengangkat bahunya. "Entah. Yasudah noona mari aku antar ke kama hyung. Sejak tadi malam hyung terus memanggil nama noona," jelas Taehyung pada Ara.

"Oh, begitu." Ara menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Taehyung berjalan ke pagar untuk membuka kunci. Setelah pagar terbuka, Taehyung mengajak Ara untuk mengikutinya.

Saat masuk dalam rumah Yoongi dan Taehyung, mata Ara berbinar kagum. Rumah ini begitu mewah. Dengan gaya khas Eropa, rumah ini terkesan seperti kerajaan. Sudah berapa lama Ara tidak kesini? Ia sampai terperangah melihat isi rumah ini.

"Noona, kau bisa ke kamar Yoongi sendiri 'kan?" tanya Taehyung membuyarkan kekaguman Ara pada rumah ini.

Ara langsung tersadar dengan pertanyaan Taehyung. "Ne, aku bisa sendiri. Gomawo," kata Ara tersenyum lalu melangkahkan kakiknya menuju tangga.

***

Hepi riding.

Kalo ada yang kurang srek atau typo komen gaes :)

Him [myg version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang