SATU

53 9 7
                                    


"Kau tidak apa-apa? Lukamu terlihat sangat parah, Yoon," lirih Ara menatap Yoongi. Wajah lelaki itu lembab.

Yoongi mendecih, "tch. Jangan ganggu aku, Ara. Aku tidak butuh bantuanmu," jawab Yoongi dingin.

"Kau berubah menjadi Yoongi yang seperti dulu. Hh, apa yang membuatmu berubah, Yoongi?" gadis itu menjambak rambutnya frustasi. Ia benar-benar mempunyai banyak masalah.

"Noona, kau tidak apa-apa?" suara lelaki mengejutkan Ara. Ara menoleh dan melihat adik lelakinya berjalan ke arahnya.

"Aku tidak apa-apa, Jungkook. Jangan terlalu mengkhawatirkanku," kata Ara tersenyum paksa.

Jungkook mengernyitkan alis. "Jika noona tidak apa-apa, mengapa sedari tadi aku memanggil noona tidak dijawab? Aku tahu, noona memikirkan Yoongi hyung."

Kau benar, Jungkook. Aku memikirkan Yoongi lagi. Batin Ara.

"I'm fine, trust me."

***

"Ara, aku harap kau besok dapat datang tepat waktu. Kau tahu, aku bisa saja memotong setengah gajimu jika kau terlambat lagi," kata pria paruh baya bernama Park Bong Pal.

"Ne, aku besok pasti datang tepat waktu." Ara menundukkan kepalanya. Rambutnya menutupi sebagian wajahnya.

"Ya! Kau takut? Tenanglah, Ara. Aku tidak akan memecatmu. Aku hanya memotong gajimu jika kau mengulangi kesalahanmu lagi. Baiklah, kau boleh pulang." Pria paruh baya itu meninggalkan Ara sendiri di dapur. Hanya tersisa Ara yang berada di dapur. Ini semua kesalahannya. Jika saja ia tidak terlalu memikirkan kekasihnya itu, pasti ia tidak akan mendapat masalah seperti ini.

Ara melangkahkan kakinya ke arah pintu keluar. Suara langkah kaki gadis itu terdengar seperti menyeret.

Sudah malam dan gadis itu masih berada di luar sendiri. Ia benar-benar memikirkan lelaki bernama Min Yoongi itu. Kekasihnya yang sudah menjalin hubungannya selama empat tahun.

Sejak orang tuanya meninggal, lelaki itu berubah. Tidak ada lagi Yoong yang lembut. Tidak ada lagi Yoongi yang perhatian padanya. Tidak ada lagi Yoongi yang gadis itu inginkan. Semua berubah karena  keadaan.

Tatapan Ara seketika kabur, dengan cepat Ara menghapus air-air yang menghalangi tatapannya.

"Aku rindu kau, Yoongi," kata Ara lirih.

"Ara noona, kau kenapa? Sedari tadi aku  mencari noona di restoran. Ternyata noona sudah pulang."

Suara lelaki itu. Tangis gadis itu seketika pecah.

"Kim Taehyung," lirihnya, diiringi isak tangis.

Taehyung tersenyum. Ia tahu, gadis itu selalu memikirkan kakaknya itu.

"Kau memikirkan Yoongi hyung lagi? Dia baik-baik saja. Tapi, kelihatannya Yoongi hyung bertengkar lagi dengan pemilik bar karena tidak membayar hutangnya dan--"

Tiba-tiba perkataan Taehyung terhenti karena saat ini Ara menjatuhkan tubuhnya. Gadis itu bersimpuh di atas trotoar. Sempat membuat lelaki itu kaget dan hendak mengangkat tubuh gadis itu untuk berdiri lagi.

"Maafkan aku, Taehyung," lirih Ara lagi.

Taehyung menggeleng. "Ini bukan salahmu. Aku tahu hyung benar-benar tertekan ketika orang tua kami meninggalkan kami untuk selamanya. Dan, ini salahku, karena aku tidak bisa menjaga baik Yoongi hyung. Maafkan aku, Ara noona."

Ara menarik napasnya dalam-dalam. "Ini salahku juga. Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Aku berjanji akan menjaga Yoongi dengan baik. Aku berjanji akan--"

"Jangan terlalu memaksa noona," sela Taehyung. "Ini semua bukan kesalahanmu. Noona sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga hyung. Terima kasih, Noona. Aku harap, noona jangan meninggalkan hyung karena masalah itu," lanjut Taehyung.

Ara mengerang, tangisnya semakin kencang. Ara berusaha membungkam tangisnya dengan menangkupkan telapak tangannya pada wajahnya. Namun caranya itu tidak berhasil.

"Terima kasih, Taehyung. Aku tidak akan meninggalkan Yoongi dan selalu menjaga baik Yoongi." Ara menatap Taehyung dengan matanya yang berair.

***

Gue nggak terlalu jago bikin narasi atau pun dialog.

Hepi riding.

Him [myg version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang