TIGA

27 2 0
                                    


Yoongi tengah berusaha mengangkat kelopak matanya dengan susah payah. Cahaya pekat yang kini yang menyeruak dari luar seolah mendorong kelopak matanya, membantu untuk terbuka.

"Ssh... cahaya ini mengganggu sekali," desisnya pelan. Telapak tangannya menangkup pada kening, lalu memijat pelan pelipis kanannya. Wajahnya meringis, merasakan luka lebam yang terasa perih.

"Ara noona."

Samar-samar Yoongi mendengar suara dari luar. Awalnya ia tidak peduli, tapi semakin lama suara itu semakin jelas. Ia mendengar nama Ara. Ara, kekasihnya yang selama ini bersamanya selama empat tahun.

Yoongi beranjak dari tempat tidur untuk melihat siapa sebenarnya di luar. Apa benar Ara? Atau hanya halusinasinya.

Mata Yoongi membulat diiringi senyuman tipis di bibirnya. Itu benar-benar Ara. Ini bukan halusinasinya. Tapi Yoongi melihat Taehyung adiknya sedang asyik berbicara dengan Ara, begitupun sebaliknya.

"Tch, kenapa dia tidak bekerja? Malah asyik-asyikan berbicara bersama Ara." Yoongi berdecih menatap Taehyung. "Senyumannya terlihat menjijikkan," tambah Yoongi.

Yoongi membalikkan badannya, menuju tempat tidurnya lagi. Ia benar-benar muak dengan adiknya itu. Tidak tahu diri, sudah jelas Ara itu miliknya mengapa Taehyung masih mendekatinya? Dasar bodoh!

Samar-samar lagi, Yoongi mendengar ketukan pintu dari luar. Ia tahu yang mengetuk pintu adalah Ara.

"Yoongi, kau di dalam? Aku Ara. Yoongi, kau baik-baik saja?" suara dari luar bertanya dengan gugup.

Yoongi segera beranjak dari tempat tidur untuk membuka pintu.

Cklek.

"Yoongi... kau?"

Yoongi menarik tangan Ara untuk masuk ke dalam kamarnya. Yang Yoongi rasakan saat ini, tangan gadis ini basah dan dingin. Kenapa dengan gadis ini?

Yoongi membawa Ara ke tempat tidur, sebelum itu ia menutup pintu dulu.

"Ada apa, Ara?" tanya Yoongi to the point. Yoongi mengambil kursi lalu meletakkan di depan Ara. Saat ini posisi mereka saling berhadapan.

***

Langkah Ara terhenti di depan salah satu pintu kamar. Tatapannya tertuju pada pintu berwarna coklat, namun tangannya tidak kunjung bergerak mengetuk, malah saat ini Ara menggigit pelan jari tengahnya. Rasa tegang itu membuat tubuhnya kaku, tapi itu hanya akan membuatnya semakin terlihat bodoh. Lagi-lagi lututnya bergetar, menimbulkan getaran juga pada ujung celana jeans yang ia kenakan saat ini. Ia hanya menemui Yoongi. Kenapa ia menjadi segugup ini?

Penuh keberanian, Ara memanggil Yoongi. Menanyakan bagaimana keadaannya saat ini. "Yoongi, kau di dalam? Aku ara. Yoongi, kau baik-baik saja?" tanyanya sedikit gugup, ah bukan sedikit tapi dengan gugup.

Pabo! Kenapa tidak mengetuk pintu saja? Mungkin saja Yoongi masih tidur. Ini sungguh memalukan. Batin Ara memukul keningnya pelan.

Saat sedang berkecamuk dengan pikirannya, ia mendengar suara pintu dibuka. Ara mengangkat kepala dan matanya tertuju pada Yoongi. Matanya membulat seketika, Ara melihat luka lebam Yoongi cukup parah.

"Yoongi... kau?"

Ara terkejut saat tangannya ditarik masuk. Tangan itu, tangan yang selama ini ia rindukan. Sentuhannya hangat dan lembut. Ia benar-benar rindu lelaki ini bernama Min Yoongi.

***

"Kau pergi ke bar lagi? Kau bertengkar dengan pemilik bar? Lagi?" tanya Ara memberanikan menatap Yoongi.

Yoongi juga menatapnya, tatapan yang tajam. Ara mencoba tenang.

"Aku sudah bilang. Jangan ikut campur urusanku, Ara. Aku tidak butuh bantuanmu," Yoongi berucap dingin. Tatapannya masih tajam.

Ara meraih tangan Yoongi. "Aku tahu. Tapi bisa untuk saat ini aku mengobati lukamu itu? Kumohon, Yoongi. Kali ini saja," lirih Ara meremas pelan tangan Yoongi. Gadis ini benar-benar ingin memeluk Yoongi. Mencoba memberi ketenangan pada Yoongi.

"Kau dengar apa yang kubilang, aku tidak butuh bantuanmu, bitch!" Sentak Yoongi menghempaskan tangan Ara begitu saja.

Ara terkejut dengan ucapan Yoongi. Barusan lelaki itu berkata kasar padanya. Ia tidak pernah mendengar Yoongi berkata sekasar itu padanya.

Ini sangat menyakitkan saat orang yang kau cintai berkata kasar.

"... Kenapa? Apa aku punya salah? Aku hanya ingin membantu mengobati lukamu, Yoongi. Kenapa kau kasar padaku?" tanya Ara lirih dan kepalanya menunduk. Memejamkan matanya erat supaya air matanya tidak terjun dari kelopak matanya.

Yoongi mendesah nafas berat. Ia mengacak rambutnya frustasi lalu menarik tubuh Arah ke dalam dekapannya. Ini salah. Tidak seharusnya ia kasar pada gadis berhati rapuh ini. Seharusnya ia bersyukur, Tuhan masih mengirim sosok malaikat seperti Ara.

"Mianhae, Ara. Aku tidak bermaksud berkata kasar hanya saja aku tidak dalam kondisi yang baik. Kepalaku pusing," bisik Yoongi di telinga kiri Ara.

Ara mengusap punggung Yoongi. "Tapi apa harus kau berkata seperti itu? Itu sungguh menyakitkan."

Yoongi makin mengeratkan dekapannya. Mencoba memberi Ara kasih sayang.

"Aah, sudah cukup, Ara. Lupakan yang tadi dan aku minta maaf, okay? Aku sudah lama tidak mendekapmu seerat ini. Rasanya benar-benar berbeda." Yoongi memejamkam matanya dan wajahnya diletakkan di ceruk leher gadis ini. Nafasnya berhembus pelan di kulit Ara.

"Yoongi, tetap seperti ini."

***

Wah garing nih😂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Him [myg version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang