Hate - 3

12 3 0
                                    

Dua orang dengan seragam SMA terlihat sedang fokus menatap kertas yang berada di atas meja di pojok Cafe. Ditemani dengan secangkir Cappucino serta Green Tea Latte dan sepotong Cheescake.

Sebenarnya yang fokus kepada kertas yang berada di atas meja hanya laki-lakinya saja. Bukan berarti sang perempuan tidak fokus. Ia fokus. Tapi fokusnya kepada Seno yang sedang mengerjakan soal latihan.

Kinanti menopang dagu, menatap Seno yang benar-benar tidak menghiraukan keberadaannya. Tadi memang laki-laki itu setuju untuk belajar bersama. Tapi setelah berhadapan dengan soal, Seno mengabaikan sekitar.

Ini sih bukan belajar bareng namanya!

Kinanti terkekeh sebentar melihat Seno yang benar-benar tidak memperdulikan dirinya sebelum menyenggol tangan cowok itu dan membuat Seno menoleh seraya menaikan alisnya, bertanya.

"Ini kita belajar bareng apa gue nemenin lo belajar?" Bagaimana bisa Seno lupa ada seseorang di sebelahnya? Kebiasaan memang kalau sudah fokus lupa sekitar.

"Sorry," ucap Seno datar membuat Kinanti membelalakan matanya.

"Gue dibiarin kayak orang bego ngeliatin orang belajar selama sejam dan lo cuma bilang sorry?" Seno hanya mengedikan bahunya dan kembali menatap soal-soal yang kelihatannya lebih menarik dari pada Kinanti.

Dasar manusia lempeng!

Keduanya kembali fokus pada kegiatan masing-masing. Seno dengan soal latihannya, dan Kinanti dengan Cheescake yang memenuhi tenggorokannya.

Beberapa menit tanpa suara hingga akhirnya pertanyaan Kinanti membuat Seno kembali menghentikan latihan soalnya.

"No, kenapa lo mesen Green Tea? Biasanya yang gue tau, cowok-cowok bakal pesen kopi. Tapi kok ini tebalik ya. Gue yang kopi, lo Green Tea." Kinanti terkekeh.

"Gue suka Green Tea," jawab Seno sebelum memasukan seluruh alat tulis dan kertasnya ke dalam tas. Kinanti yang melihat itu mengernyitkan dahi bingung.

"Mau kemana?" tanyanya melihat Seno sedang memakai jaket hitamnya.
"Pulang. Udah sore," Seno berjalan ke kasir, membuat Kinanti buru-buru membereskan barang-barangnya dan mengikuti langkah Seno yang sudah berada di luar Cafe.

"Padahal kita belum belajar bareng," gumam Kinanti seraya menunduk. Membiarkan rambutnya yang tergerai menutupi sebagian wajahnya yang mendadak mendung.

"Apa?" Seno bertanya karena ia tidak mendengar jelas apa yang Kinanti katakan. Kinanti buru-buru menggeleng dan mengangkat wajahnya menatap Seno dan tersenyum.

"Besok latihan di mana?" Tanya Kinanti dengan senyum tak lepas dari wajahnya. Tidak apa lah dia dicuekin. Yang penting kan bisa dekat-dekat.

"Istirahat ke dua di taman belakang," ucap Seno dan segera berlalu menuju motor hitam besarnya tidak menghiraukan Kinanti yang berteriak 'Ok' dengan semangat.

Setelah melihat Seno meninggalkan Cafe dengan motornya, Kinanti masuk ke dalam mobil merah miliknya dengan senyum yang masih menghiasi wajah.

-----------

Seno mengemudikan motornya dengan kecepatan sedang. Membiarkan angin sore membelai wajahnya yang tidak memakai helm hingga ia merasa tenang.

Kenapa mesen Green Tea?

Karena gue suka...

Percakapan itu kembali berputar di kepala. Membuat ia bertanya-tanya.

Suka? Bodoh. Bahkan itu minuman gak gue minum.

Seno tersenyum miring sebelum menaikan kecepatan motornya. Melaju dengan kencang membelah jalan raya yang entah kenapa terasa lenggang. Berusaha menghilangkan bayang-bayang yang sudah selama 3 tahun -berusaha- dilupakan.

------------
Oke pendek lagi. Keknya gue bakal ubah deh kebiasan gue yang menargetkan harus dapet paling engga 1000 words dalam satu part. Karena itu malah bikin gue males. Jadinya bakal gue pendek-pendek aja gitu biar g males. Hehehe.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang