Seorang gadis terlihat gelisah dalam duduknya. Sekitar 1 menit sekali, gadis itu melirik jam tangan biru muda yang melingkar di tangan kirinya. Entah kenapa ini jadi 2 jam pelajaran terlama yang pernah Kinanti lalui.
5 ... 4 ... 3 ... 2 ... yes!
"Tolong ketua kelasnya siapkan."
Setelah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia keluar, Kinanti buru-buru memakai tasnya dan berjalan dengan terburu-buru menuju ruang Bu Nani. Tidak menghiraukan teriakan Metta yang memanggilnya karena bingung kenapa Kinanti semangat sekali.
Padahal biasanya, Kinanti adalah makhluk terakhir yang berada di kelas. Entah melakukan apa, gadis itu sepertinya tidak suka pulang buru-buru.
"Maaf Bu, saya telat." Napas Kinanti tersenggal karena terlalu semangat untuk bertemu Bu Nani. Ralat, bertemu Seno hingga tak sadar ia berlari kecil di koridor yang lumayan ramai dan jaraknya cukup jauh dari koridor kelas 11.
Bu Nani tersenyum, "gak apa-apa, silahkan duduk dulu," Kinanti mengangguk kecil. Sebelum duduk, matanya melirik Seno yang sama sekali tidak melihat dirinya.
"Ini, materi yang akan di buat olimpiade. Tanggal 25 bulan depan, kalian berangkat ke Jogja buat wakilin sekolah kita." Keduanya sama-sama memperhatikan Bu Nani dengan serius, walaupun kadang Kinanti mencuri lirik pada Seno yang diam saja.
Setelah menjelaskan panjang lebar tentang bagaimana olimpiade itu dilaksanakan dan tetek bengek lainnya, Seno dan Kinanti keluar ruangan dengan masing-masing memegang kertas-kertas soal di tangan.
Seno berjalan begitu saja melewati Kinanti yang menatapnya penuh minat. Melihat dirinya kembali ditinggal, Kinanti menghentakan kakinya sebelum berlari menyusul Seno.
"Wait, wait, wait. Seno wait," Kinanti menghadang jalan cowok itu karena tidak menghiraukan panggilannya.
Dengan napas yang kembali tersenggal, Kinanti menatap Seno lekat yang dibalas cowok itu dengan kerutan di dahi. Sekita 6 detik saling pandang, Seno berdecak pelan membuat Kinanti melebarkan senyumnya.
"Kita mau latihan di mana?" Tanyanya kelewat semangat. Seno mendengus mendengar kata gadis itu.
"Gak ada belajar bareng," kata Seno datar. Kinanti melebarkan matanya. Apa-apaan! Kalo Bu Nani tau, dia bisa dimarahi karena tidak belajar bersama. Bagaimana bisa menang nanti? Bagaimana, bagaimana bisa dekat kalau kayak gini caranya!"Gak! Gak bisa. Bu Nani tuh nyuruhnya kita belajar bareng! Lagian ini olimpiade berpasangan bukan tunggal. Kalo kita kalah gimana? Emang lo mau tanggung jawab?" Kinanti menggembungkan pipinya sebal.
"Gak akan kalah," Seno berujar sambil menyingkirkan Kinanti yang menghalangi jalannya ke parkiran.
Sombong! Benar juga sih. Seno kan manusia jenius se-SMA Nusantara.
Sial!
Dengan tak terima, Kinanti kembali mengejar Seno dan menarik tangannya.
"Bodoamat. Mau lo pinternya kek apa juga harus latihan bareng pokonya! Lagi sombong banget sih jadi orang. Gue tau lo pinter, tapi kan gak semuanya bisa lo hadapi sendiri. Gue gak mau sekolah kita kalah," Seno kembali mendengus. Menatap Kinanti dengan pandangan sedikit meremehkan.
"Emang pernah yah gue malu-maluin sekolah? Inget. Pulang tanpa penghargaan aja gak pernah." Seno memang murid terpintar di sini. Setiap ada kegiatan lomba, atau pun olimpiade, guru-guru mengandalkan Seno sebagai perwakilan. Dan hasilnya sungguh memuaskan.
Kinanti memberengut. "Pokoknya latihan bareng!" Kinanti menghentakan kakinya seperti anak kecil yang meminta diajak main. Membuat Seno mengerutkan alisnya.
"Ya ya ya?" Kinanti memasang puppy eyesnya, memohon pada Seno. Dan untuk ke tiga kalinya, Seno mendengus di depan cewek itu. "Kalo lo gak mau, gue bakal terus ngintilin lo di manapun."
Seno menghela napas, "terserah," ujarnya lalu kembali berjalan menuju parkiran.
Kinanti yang mendengar itu mengepalkan tangannya dan meninju udara seraya mengucapkan yes tanpa suara.
--------
Segini dulu. But please give me your vomments.
![](https://img.wattpad.com/cover/103370077-288-k74211.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate
Teen FictionBenci jadi cinta? Udah biasa. Gimana kalau cinta jadi benci? Cover by Soufi