Universitas?
Lulus?
Proyek?
Tangan pucat Sehun menghapus semuanya dengan sebuah nama, "Luhan".
Sehun harus berterima kasih pada Kyungsoo dan Chanyeol dan Baekhyun, sungguh. Oh, dan juga pada sepupu Kyungsoo dan kekasihnya, Joonmyeon-hyung dan Yifan-hyung. Tanpa mereka, Sehun yang lemah takkan bisa duduk di dalam Korean Airlines menuju Beijing secepatnya.
"Sehun, mau minum?"
Sehun menggeleng, tetapi Kyungsoo tetap memaksakan segelas jus dalam genggaman.
Ia tidak mau jus. Ia mau menggenggam tangan Luhan.
"Sebentar lagi kita sampai," Chanyeol dari depan menoleh, memberitahunya.
Sehun tidak mengangguk.
Joonmyeon menyambut hangat mereka di rumahnya. Ia mempersilahkan Kyungsoo, Chanyeol, dan Sehun masuk dalam apartemen satu lantainya. Dan yang dimaksud satu lantai, ia benar-benar memiliki satu lantai penuh dari apartemen paling elit di Beijing itu.
"Hyung!"
"Kyungsoo-ya, selamat datang! Masuk, masuk!"
Kamar tamu itu lebih luas dari kamar-kamar yang pernah Sehun lihat selama hidup. Chanyeol menempati kamar di depannya. Kyungsoo dua kamar dari mereka. Yifan dan Joonmyeon lima kamar dari mereka.
"Gila," Chanyeol bersiul. "Dasar orang kaya. Kamar sebanyak ini untuk apa, coba? Mereka mau menyewakan jadi penginapan? Eh, Sehun. Jangan seperti orang mati begitu." Ia menendang pantat Sehun yang melamun ke luar jendela. "Setelah ini kita akan ke rumah sakit."
"Aku hanya... Hyung, aku tidak tahu," Sehun memejamkan matanya. "Apa keputusanku benar, langsung datang kemari? Maksudku, urusanku di kampus belum selesai."
Hening lama.
Ketika Sehun menoleh, jantungnya mencelos melihat ekspresi keras Chanyeol.
"Sehun."
Andai tatapan benar-benar dapat membekukan—baru kali ini Sehun melihat sahabatnya yang terkenal dungu tanpa bisa marah itu seperti ini.
"Hyu—"
"Jangan membuatku memukul kepala kosongmu itu, Sehun." Gigi sempurna digertakkan marah. Tak percaya akan pendengarannya. "Dasar hati batu. Kita jauh-jauh ke Beijing karena kekasihmu koma dan kau malah mengkhawatirkan studimu? Yang benar saja! Bangun, Sehun! Kau mau kulempar dari sini? Ingat alasanmu kemari!"
Penekanan penuh ancaman. Pria pucat terkesiap akan letupan sahabatnya.
Sehun tertunduk.
Kita jauh-jauh ke Beijing karena kekasihmu koma dan kau malah mengkhawatirkan studimu?
Chanyeol benar. Sehun betul-betul malu.
"Hyung... Maaf, aku—"
"Jangan padaku. Kalau mau minta maaf, minta pada Luhan."
Sehun menelan ludah. Kepala Kyungsoo yang menyembul dari balik pintu menyuruh mereka ke bawah menyelamatkan baik Sehun maupun Chanyeol dari situasi kikuk.
"Aah, sudah datang?" Yifan menjitak Kyungsoo pelan. Yang dilukai merengut. "Apa kabar, Kyungsoo? Kau masih pendek, ya. Sama seperti kakakmu."
Mengabaikan pekik marah Kim bersaudara, Yifan menoleh pada dua orang asing yang berdiri kagok di samping ("Masih calon, Hyung!") adik iparnya.
"Ini Oh Sehun dan temannya, Park Chanyeol"
Keduanya membungkuk. Yifan mengangguk. "Wu Yifan. Senang bertemu kalian. Dan aku sudah dengar semuanya," Sehun mendongak. "Aku turut berduka. Sungguh. Semoga Luhan cepat sadar."
YOU ARE READING
Artificial Love [HunHan]
FanfictionDetak jantung Luhan berhenti. Sehun berpacu dengan angka seratus demi mendengarnya untuk yang terakhir kali. [HunHan ChanBaek KrisHo]