06.Blood, Sweat & Tears

520 69 0
                                    

"Hyung, bicaralah. Dan aku akan meminjam pangkuanmu. Bolehkah?"

"Tentu saja, Kook-ah"

Jungkook merebahkan kepalanya di pangkuan Suga setelah si empunya mengizinkan.

Jika kebanyakan dari mereka berkata dengan menundukan kepala, lain dengan Suga. Dia hanya memandang kosong ke arah depan, tepatnya pada jejeran tropi yang berdiri dengan manis di atas meja.

Sementara tangannya seperti tanpa sadar memainkan korek api.

dia debut dengan nama; suga. Dia Min Yoongi kakak yang paling pengertian dalam aksi diamnya.

"Sejauh ini banyak hal yang benar-benar luarbiasa" si kulit pucat memulai dengan tatapan yang tetap sama.

"Selain meyakinkan kepada appa tentang mimpiku, mungkin saat seseorang membenci kita, sampai berkata ingin menampar adalah alasanku untuk terus mengubah lagu hingga pagi"

Hanyab suara 'berat' itu yang mengiringi detik yang terus berjalan menunjukan waktu yang juga kian pergi.

Namun kali ini, mereka semua melayangkan ingatan ke beberapa waktu yang sudah berlalu. Waktu yang pergi dan membawa mereka ke detik saat ini, mereka mengingat saat-saat seperti betapa stres-nya mereka semua.

.

.

.

Hari itu Suga tidak melepas notebook dari genggamannya bahakan saat naik ke panggung dia hampir lupa meninggalkan benda itu.

Dan sampai tengah malam begini; tangannya terus menulis, menghapus, mencoret, bahkan tak jarang dirobeknya kertas yang dianggap tidak berguna.

"Hyung... Kau tidak tidur?" Jungkook memasuki ruangan gelap dengan segelas air ditangan, dan menghentikan umpatan kesekian kalinya dari mulut Suga.

Suga menoleh ke kiri, dan bergumam tidak jelas menanggapi Jungkook yang memposisikan diri di samping sang kakak, melihat apa yang tengah dikerjakannya.

"biasanya kaulah yang paling sulit dibangunkan. Ada apa?" tanya Suga tanpa mengalihkan fokusnya.

Jungkook hanya menggeleng acuh, bukam hanya Suga. Tapi maknae mereka satu itu juga paling pintar tentang menyembunyikan perasaan.

"Kau bohong, aku tahu itu!" tegas suga dan segera meletakkan notebook, ditangannya. Dia mengalihkan perhatian sepenuhnya untuk Jungkook.

"Hhh aku mengkhawatirkanmu. dan kalian semua!"

Suga tertegun oleh jawaban Jungkook. "Kemarilah!" pinta Suga menepuk pangkuannya, mengisyaratkan agar Jungkook merebagkan kepalanya di sana. "Katakan semua kekhawatiranmu!"

Suga tidak suka membuat siapapun khawatir, maka dia harus mendengarkan agar bisa memutuskan bagimana dirinya harus bersikap.

Jungkook menurut. dia seperti adik kecil yang akan menceritakan sesuatu kepada Suga. "Hyung sering tidur saat menjelang pagi, Namjoon hyung juga. dan yang lainnya tidak akan tidur dengan tenang, karena memikirkan satu sama lain. Ada apa dengan kalian? kenapa terus diam dengan rasa khawatir tanpa niat untuk berbicara? Bukankah kita adalah Bangtan, dan kita akan melakukannya bersama, kan?"

Suga hanya diam, tidak ada yang salah dengan perkataan Jungkook. Kenapa diantara para pria dewasa harus Jungkook yang mengatakannya?
Dan karena itulah; dia tidak bisa mengatakan apapun sebagai pria dewasa. "Tidurlah hm, hyung juga akan tidur"

Dan keduanya memang tidur dengan posisi tetap, sampai keesokan paginya dimana Jungkook hanya mendapati selimut tebal membungkus tubuhnya.

Dia terbangun dan berjalan menuju dapur, semua orang sudah siap di sana. tentunya dengan senyum masing-masing.

"Kemarilah Kook-ah kita akan melakukannya bersama-sama. Ayo pegi berusaha lebih baik lagi dan membuat banyak lagu" Taehyung berucap dengan cepat, disambut anggukan dari yang lain.

Jungkook tampak masih dalam mode bingungnya, kemudian melirik ke arah Suga yang membalas dengan senyuman "kita akan melakukannya bersama, kan?"

Dan seketika Jungkook tersenyum ceria. Cepat-cepat Dia bergabung dengan mereka mengelilingi meja makan. Mereka menunggu masakan Jin.

.

.

.

"Dan saat itu, aku tahu kita melakukannya bersama. Hingga sekarang, aku bekerja keras mengubah dan menulis semua lagu. bukan lagi karena satu tangan yang akan menampar, atau untuk mengenalkan pada oranglain nama kita -" Ucap Suga tetap dengan tatapan lurus sementara tangannya masih memainkan korek api.

"Karena Kita telah menghabiskan Darah, keringat dan air mata untuk mengumpulkan semuanya" sejenak Suga memperhatikan tropi di depan matanya.

"Tapi untuk mereka yang terus memgatakan; oppa kami bersama kalian, oppa kami mencintai musikmu, oppa untuk apapun itu, kami tetap akan di sini!
Aku juga ingin memberikan cinta melalui musik, untuk mereka; ARMY kalian luarbiasa"

Jungkook meniup api dari korek api di tangan suga. "Kita tetap akan melakukannya bersama kan, hyung?"

"Tentu saja Kookie"

.

Karena rompi anti peluru memang akan menerima peluru, yang artinya lebih dari sekedar tamparan. Maka jadilah kuat, Bangtan.
▪⭐⭐⭐▪

Big Love; Nana

TogetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang