Sang Hujan Menanti Pelangi

157 36 102
                                    

"Sampai kapan kau akan menunggu hujan?" Tanyaku

"Aku tidak tahu"

"Kenapa kau suka hujan?"

"Nada titik hujan diatas atap terasa seperti seruling alam yang mengantar dalam tidur panjang. Melodi hidup, aku menyebutnya seperti itu. Saat semua ketenangan bisa kudapatkan tanpa harus memikirkan apapun."

Aku hanya diam. Tak lama Rendi bertanya padaku

"Apa kau suka hujan Billa?"

"Tidak" kataku sambil berdiri menatap rintik hujan yang belum reda

"Kenapa?"

"Aku tidak suka hujan, hanya saja aku suka pelangi"

"Tapi.. Kau harus menikmati hujan sebelum menemukan pelangi" katanya.

"Aku tidak mau.. "

"Lalu untuk apa kau disini?"

Sejenak aku diam, memikirkan jawaban yang kian sangat berat kuucapkan, beberapa detik dalam keheningan, aku menjawab..

"Untuk mu.."

Ia memelukku dengan eratnya. Tawa kami terlepas disana. Kuambil secangkir teh hangat untuk kami.

"Aku paling suka teh buatanmu.." ia berkata seperti itu.

"Apa bedanya memang, ayolah sudah. Kau tak usah berkata seperti itu."

"Memang benar, di dalamnya ada beribu kemanisan cinta kan?" katanya sambil tersenyum.

"Kau berani berkata cinta? Ah gombal!" timpalku.

"Kau kan wanita yang selalu ada saat aku dalam keadaan apapun, bukan?" dia tersenyum sembari merangkulku.
Aku pun tertawa bersamanya. Entahlah ini benar atau salah, tapi Rendi memang seperti itu. Kami selalu seolah berkata tentang cinta, menghabiskan waktu bersama, namun tak selalu... Ada kalanya, Rendi menggenggam jemari kekasihnya...
Nara, sahabat baikku...

Aku dan Rendi berteman sejak kecil, suatu hari kukenalkan ia dengan Nara yang juga sahabatku. Dan kini mereka adalah sepasang kekasih. Rendi sangat mencintai Nara, begitu pula sebaliknya. Aku mencintai Rendi? Atau Rendi sebaliknya?  Bagaimana cinta sebenarnya? Mungkinkah cinta Rendi terbagi? Sedang ia hanya mempunyai satu hati?

"Hei Bill!" Aku terbangun dari lamunanku.

"Eh iya!??"

"Kau melamun?"

"Tidak.."

"I love you Billa, itu cukup enak untukmu?"

"I love you too.."

Tawa kami memecah hujan yang masih lebat. Entah tawa pertanda apa. Kami selalu mengumbar kata cinta, namun... Kosong, tak berisi apapun disana.

Tak lama, suara handphone Rendi memecah tawa. Terlihat 1 panggilan masuk dari 'Nara♡', Rendi langsung menjawabnya.

"Halo sayang..." terdengar suara Nara diujung sana

"Eh ada apa?" tanya Rendi

"Besok pagi kita jadi bertemu?"

Sebelum menjawab pertanyaan Nara, Rendi menatapku, dan aku menyuruhnya meng-iyakan ajakan Nara.

"Iya sayang.."

"Aku tunggu jam 8 di taman ya sayang"

"Iya, I love you Nara"

"Love you more, Ren"
Rendi menutup telephonnya dan menatapku.

"Mengapa wajahmu seperti itu?" tanyanya

Sang Hujan Menanti PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang