1. Intro

296 27 9
                                    

Aku Do Kyungsoo, siswi tahun kedua di SM Highschool. Banyak yang bilang aku ini pendiam, bahkan satu dua mengira aku mengalami gangguan berbicara saking jarangnya aku berbicara di kelas. Sialan memang. Mereka hanya tidak tahu, aku bahkan bisa lebih cerewet dibanding Baekhyun, siswi paling heboh dan berisik seantero SM Highschool yang notabene adalah sahabatku juga sejak Junior Highschool. Ironi bukan?

Kehidupan sekolahku berjalan seperti kebanyakan murid lainnya. Monoton. Datang ke sekolah pukul 7, duduk di bangku baris ke tiga, deret ke empat, dekat jendela. Tempat yang strategis menurutku. Jauh dari jangkauan guru, jauh dari keramaian teman-teman sekelasku -yang ramainya bahkan melebihi pasar ikan yang biasanya aku kunjungi setiap akhir pekan. Dengan begitu, aku jadi lebih damai untuk menyelami bakat menggambar dan bernyanyiku, atau ketika bosan aku dapat memandang murid-murid yang sedang bermain basket lewat jendela. Walau kadang -coret- sering mendapat omelan dari Baekhyun karena akses duduknya jauh dari grup bergosipnya -kami duduk bersebelahan omong-omong. Baekhyun bisa saja pindah tempat duduk, toh dia selalu berangkat pagi dan banyak bangku yang belum terisi ketika ia datang, tapi dia tetap memilih duduk di sampingku.

"Lalu kau bagaimana? Aku tidak bisa meninggalkan seorang siswi pendiam yang hanya punya aku sebagai temannya. Aku tidak ingin kau berubah kesepian dan akhirnya gila karena berbicara dengan udara kosong untuk membunuh sepinya." Begitu yang ia katakan setiap kali aku 'mengusirnya'. Kurang ajar memang, tapi itulah yang membuatku terharu memiliki sahabat sepertinya.

Namun sepertinya kehidupan sekolahku kali ini berubah drastis. Tidak lagi monoton, tidak lagi datar, tidak lagi itu-itu saja, namun itu belum berarti berubah ke arah yang lebih baik. Kehidupan sekolahku kali ini berubah menjadi menjengkelkan. Sangat. Dan itu semua disebabkan oleh seorang siswa yang duduk tepat di depan mejaku. Kim Jongin.

Pemuda sialan itu terus menggangguku setiap kali ada kesempatan. Ia sering kali melemparkan potongan kertas yang diremat hingga membentuk gumpalan kecil ke arahku tanpa sebab. Entah ketika kelas kosong, jam olahraga, saat aku sedang menggambar, hingga saat pelajaran sekalipun. Bahkan kami pernah dikira bekerja sama saat ujian matematika karena Jongin dengan bodohnya masih melempar gumpalan kertas padaku. Beruntung pengawas percaya kami tidak mencontek setelah ia membuka gumpalan kertas itu dan ternyata tidak ada tulisan apapun di sana.

Aku kesal, tentu saja. Setiap kali Jongin melempar gumpalan kertas itu, aku kembali melemparkannya pada Jongin. Namun ia kembali melemparkan untuk yang kedua kalinya padaku.

"Sudah kubilang, kumpulkan semua kertas yang kulemparkan padamu. Suatu saat nanti kembalikan lagi padaku," katanya setelah melakukan lemparan kedua. Dan begitulah, selama 8 minggu, Jongin terus melempariku dengan gumpalan kertas yang entah kenapa selalu aku kumpulkan. Berharap suatu hari nanti aku bisa membalas perbuatannya dengan kertas-kertas ini.

Namun siapa sangka, kertas-kertas inilah yang merubah dunia persekolahanku. Yang tadinya monoton, datar, dan tidak berwarna. Mengeluarkan sisi lain dari diriku. Mengubah duniaku dan menjungkir balikannya.

Menjadi penuh warna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My [Annoying] ClassmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang