Magis 1

31 1 0
                                    


Magis pov's

"Ah mimpi lagi" ucapku

Sudah sepekan aku mempikan dia, sepekan itu juga aku harus bangun dengan keadaan was was. Sebenarnya kejadian itu sudah lama, tapi otakku nampak ingin memulihkan kenangan buruk itu.

Dia kembali.

Flasback on

06.09.2012

Siang itu, di sebuah cafe berisikan manusia yang kehausan atau kelaparan, ada kedua insan yang nampak diam. Pelanggan yang lain mengira "mungkin sedang bertengakar" . salah, mereka bukan bertengkar melainkan meluruskan hubungan. Kedua insan itu sedang berpikir "dari mana harus memulai?" begitu pikir mereka. Kaedua insan itu terus terdiam , hingga tak sadar sore telah tiba. Aku yang menyadari langit sudah berwarna jingga, menoleh ke jendela. Seolah olah mengerti cara pandangku dia berbicara.

"ini kesian kali , dan kita masih terdiam." Begitu ungkapnya

Aku yang sedang berkelut dalam pikiran, segera menoleh dan mendapati kedua matanya yang menatapku intens. Seperkian detik aku larut tapi segera ku putuskan pandangan kami. Nampak dia terdiam dan menghela. Aku pun tak ingin berlarut lagi dan berkata

"kita harus apa?" Tanyaku

Dia terdiam, kutatap matanya yang kelihatan gusar dan nampak lelah, kerutan keningnya bermunculan, alis tebalnya kian menyatu. Setelahnya yang kulihat adalah senyuman, kecil tapi menusuk.

"kita harus kembali" Jawabnya

Aliran darahkku mempercepat jantungku, desiran di dadaku nampak membuatku grogi. Kutatap matanya, tak ada kebohongan yang kulihat adalah sebuah kepastian. Aku menoleh kepada pelayan dan meminta secangkir es batu untuk mendinginkan kepalaku. Dia masih menatapku meminta jawaban. Lidahku kalut , otakku ku sedang bertarung dengan hatiku. Hatiku berkata "ini kesempatanmu" tapi otakku mengatakan "kamu mau hattimu hancur lagi?".

Hati itu bodoh, otakmu lebih pintar, tapi tidak bisakah diperbaiki?

Pelayan datang mengantarkan secangkir es batu , segera kuletak gelas itu diatas kepalaku, merasakan dingin yang menusuk. Dia masih menunggu dengan setianya.

"aku akan memperbaiki kesalahanku" Ucapnya

Mudah mengucapkan memperbaiki, tidak tahu aku hancur saat itu. Aku menghela napas, memantapkan pikiranku , menatap kedua mata hitamnnya.

"aku tidak tahu" Jawabku

Dia tertunduk, hanya beberapa menit setelah itu dia melihatku. Matanya menyiratkan kekecewaan terdalam dan kepedihan.

"tidak bisa dimulai dari awal?" Ucapnya

Aku mulai kebingungan, mencari jawaban di otakku tapi sialnya otakku tak mampu menjawab. Seperkian menit aku terdiam dan mulai menatapnya.

"kita tidak bisa lagi" Jawabku

Dia nampak kaget, tapi aku melihat smirk diwajahnya. Aku tahu dari dulu dia mempermainkanku, tapi salahkan hatiku yang sembarangan menaruh hati pada pria kejam ini. Dia memegang tanganku, mengelus dengan lembut, aku melihat wajanya yang nampak kesal.

"pikirkan baik baik, jika ingin bantuan datang ke aku." Itu jawabnya

Aku mengangguk dan melepaskan pegangan tangannya. Dia tersenyum dan berpamitan duluan. Diluar aku melihat wanita cantik sedang duduk di kursi luar cafe, dia nampak memeluknya hangat dan mulai meninggalkan cafe.

Haruskah?

Flashback off

Author pov's

Magistrlia ningsih, seorang perempuan berdarah sunda dan ausie. Ayahnya adalah keturunan ausie sedangkan ibunya berdarah sunda. Magis berumur 23 tahun, memiliki perawakan sedang kira kira 169cm, tubuh kurus dan rambut sepundak. Wajahnya dan badannya menampilkan bak sunda, ausienya hanya terlihat di kedua matanya , rambutnya dan hidungnya. Saat ini magis bekerja di sebuah grup company blackgarden, sebuh grup yang bekerja dibidang arsitek, dan kebutuhan rumah tangga.

Kejadian 5 tahun lalu seolah berputar di kepala magis. Sekuat tenaga magis menghapuskan ingatannya, magis pun membunuh perasannya. Tuhan berkehendak lain, ketika magis meminta menghilangkan dia didalam otaknya, otaknya malah memproduksi ingatan tentang dia. Sakit itulah yang dialami magis, setelah dicampakkan malah mengingkan kembali. Bertahun tahun magis menjauh dan pindah kota, tapi hatinya tetaplah keras yaitu mengingkan dia.

MagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang