Hari ini cuaca nampak tidak bersahabat untuk Pelangi. Cuaca mendung nampak menyelimuti kota Malang. Setelah pulang sekolah Pelangi menyempatkan mampir ke toko buku untuk membeli novel yang sangat ingin ia beli dari kemarin.
Setelah keluar dari toko buku ternyata hujan turun dengan derasnya. Pelangi bingung mau pulang,tapi lupa tidak bawa payung,mau nerobos hujan takut mamanya ngomel.
Akhirnya ia memutuskan untuk duduk di bangku depan toko,berharap hujan segera reda.°°°°°°
Sudah hampir satu jam Pelangi menunggu hujan reda,bukannya reda malah makin deras,ia tak henti-hentinya menggerutu dalam hati,kapan ia pulang kalau hujannya makin deras,bisa-bisa dia tidur di emperan toko. Pelangi tak sadar dari beberapa menit yang lalu,bangku sebelah yang semula kosong sudah ada orang yang menempati dan melihat gerak-gerik Pelangi sedari tadi. Orang itu nampak bingung melihat gerak-gerik Pelangi sedari tadi.
Seorang cowok bertubuh tinggi dengan pakaian seragam yang sama seperti Pelangi,dan bisa di pastikan bahwa mereka satu sekolah. Setelah melihat badge sekolah yang di pakai Pelangi,akhirnya ia memutuskan untuk menyapanya terlebih dahulu."Hai." Sapa cowok itu.
Pelangi menoleh ke sumber suara yang menyapanya. Ia kaget mengetahui bahwa sedari tadi ia tak sendiri di sini. Pelangi nampak tak asing pada wajah cowok yang ada di sampingnya ini,Pelangi memperhatikan seragam dan badge sekolah yang cowok itu pakai,ternyata ia satu sekolah dengannya. Dengan ragu Pelangi membalas sapaan cowok itu.
"Hai juga,lo anak SMA Cendrawasih juga ya?" tanya Pelangi.
"Iya,nama gue Langit Davino Putra,anak kelas XI-IPS 1." Jawab Langit mengulurkan tangan ke arah Pelangi.
"Eehhh...maaf kak,aku kira tadi masih kelas X,soalnya baru lihat." Ucap Pelangi ragu dengan gugupnya ia membalas uluran tangan Langit,takutnya Langit marah karena tadi ia terlihat tidak sopan pada kakak kelasnya.
"Santai aja kali,manggilnya pakai gue-lo aja gak apa-apa kok,biar gak canggung."
"Iya kak. Nama kakak Langit?
Apa jangan-jangan kakak ya yang sering di bicarin sama temen-temen satu angkatanku?" Tanya Pelangi,memastikan bahwa Langit yang ada di hadapannya saat ini adalah orang yang sama dengan yang di bicarakan teman-teman satu angkatannya,yang katanya sih tampan,tajir,cerdas tapi terkenal cuek dengan cewek yang terang-terangam mendekatinya.Pelangi sih tak peduli akan hal itu,tapi hanya ingin memastikan."Iya,mungkin itu gue. Biasa aja lah. Lo gak usah canggung sama gue,panggil aja Langit biar lebih akrab. Manggilnya juga gak usah pakai aku-kamu,geli gue dengernya." Ucap Langit.
"Eehhh iya kak." Jawab Pelangi gugup.
"Panggil aja Langit,gak usah gugup." goda Langit tersenyum melihat Pelangi yang saat ini salah tingkah di hadapannya.
"Oh iya,Langit. Maaf gue belum terbiasa." Ucap Pelangi
"Lha gitu kan enak. O ya,gue belum tau nama lo. Curang dong,lo udah tau nama gue,tapi gue belum tau nama lo." Ucap Langit sewot.
Pelangi menatap Langit dengan heran,karena ia sering mendengar bahwa Langit itu orangnya cuek setengah mati,tapi kok mendadak jadi kayak anak kecil yang gak di beliin icecream sama mamanya. Pelangi tersenyum ke arah Langit
"Nama gue Pelangi Azahra ,biasa di panggil Pelangi." Ucap Pelangi memperkenalkan dirinya pada Langit. Langit tersenyum simpul ke arah Pelangi.
"Nama lo cantik,kayak orangnya." Ucap Langit menatap wajah Pelangi.
"Nama lo juga bagus,tapi kalau gue pikir-pikir nama lo kok ada kaitannya ya sama nama gue?" Ucap Pelangi
"Maksudnya?" Tanya Langit
"Langit dan Pelangi." Sahut Pelangi
"Mungkin kita jodoh!" Jawab Langit singkat,padat dan jelas. Tapi berefek besar bagi kinerja jantung Pelangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN
Teen FictionLangit,Hujan dan Pelangi. 3 hal yang tak sengaja saling berkaitan. Hujan yang mempertemukan mereka. Tapi, Hujan pula yang menjadi saksi perpisahan mereka. Akankah pada akhirnya Hujan juga yang bisa menyatukan mereka kembali?