kejujuran

488 18 0
                                    

Di sebuah sekolah menengah atas, ada seorang anak yang sangat beda dari kebanyakan anak sma pada umumnya. Anak itu bernama Aryan.

Aku, termasuk anak yang pintar dikelas dan juga duduk sebangku dengan Aryan. Sedangkan Aryan, ia anak yang tidak begitu pintar maupun tidak begitu bodoh tapi kalo soal ketampanan dia lumayan tampan ketimbang aku. Aku merasa dia anak yang aneh. Disaat anak anak suka membolos pada jam pelajaran. Dia hanya duduk dibangku pelajaran, sesekali membaca catatan yang ia punya.

Aku pernah mengajaknya membolos sekolah, tetapi dia tetap tidak mau. Aku menanyakan pada dia mengapa dia tidak pernah mau membolos. Dia hanya menjawab "suatu saat kamu akan tahu sendiri." Aku hanya diam dan langsung pergi meninggalkan dia seorang diri. Aku tidak pernah mengetahui kehidupannya, padahal aku teman sebangku dia. Aku juga tidak pernah main kerumahnya, saat satu kelompok belajar dengan Aryan, ia selalu memilih untuk mengerjakan di rumah temannya.

Ketika pulang sekolah, aku pernah mengajak Aryan jalan jalan, entah pergi main, ataupun kerumah ku. Ia tidak pernah mau untuk pergi ke hal seperti itu. Sikap Aryan yang misterius, membuat diriku bertanya tanya dalam hati.

Hal yang paling membuatku heran kepada Aryan, tepatnya saat ulangan. Hari itu, pak Edi, guru matematika yang jarang masuk kelas dan paling tak acuh pada murid yang suka mencontek, memasuki kelasku. "Hari ini ulangan. Kalian semua siapkan selembar kertas, tulis nama, no absen dan kelas kalian di pojok kertas. Setelah itu kalian kerjakan soal yang telah dibagikan saya. Saya mau pergi dulu. Kalian gak boleh ribut." Perintah pak Edi pada murid murid.

Semua anak mulai mengerjakan soal yang diberikan pak guru tadi. Karena aku murid terpintar dikelas, aku sering dikode oleh teman teman untuk mamberikan jawaban. Aku memberikan jawaban pada mereka. Begitun aku. Jika aku kesulitan, maka aku akan bertanya pada mereka. Sementara Aryan, ia sedari tadi sibuk mengerjakan soal sendiri. Aku saat itu bertanya pada Aryan jawaban soal no 11 yang ku anggap sulit. Jawaban yang diberikan Aryan sungguh diluar ekspetasi ku. "Maaf aku gak bis a kasih jawaban. Aku juga gak bakal nyontek ke kamu." Jawaban singkat yang membuatku merasa tersambar petir disiang hari bolong.

Aku heran, mengapa ia tidak ikut mencontek, padahalkan tidak ada guru yang mengawasi. Lalu aku bertanya pada Aryan. "Kenapa sih kok kamu gak mau mencontek." Nada suaraku agak meninggi.

Aryan menatapku "karena nenek ku pernah berpesan kepadaku ajar selalu menjadi orang yang jujur. Orang jujur lebih baik dari orang pintar. Begitu pesan nenek ku." Aryan lalu berdiri dari tempat ia duduk. Ia menaruh jawaban dan soal di meja guru. Ia berlalu pergi meninggalkan kelas. Aku masih tak percaya dengan perkataan dia.

Selama tiga tahun itu, aku selalu melihat ia mengerjakan soal tanpa mencontek maupun memberi contekan. Banyak anak anak yang bilang kalau Aryan pelit dalam memberi jawaban. Aku juga agak merasa setuju dengan pendapat teman teman.

Tujuh tahun kemudian...

Aku berdiri tegap didepan sebuah gedung perusahaan terbesar di indonesia. Kaki ku melangkah menuju ke dalam gedung itu. Aku akan melamar pekerjaan di tempat yang sekarang ku pijak ini. Katanya disini sedang membutuhkan manajer, jadi aku berniat untuk melamar disini. Setelah satu minggu aku dapat telpon dari perusahaan yang pernah ku lamar, aku diterima di tempat itu. Aku sangat senang, mungkin kerja keras ku setelah sekian lama membuahkan hasil.

Hari ini aku memantapkan langkahku menuju perusahaan yang pernah kulamar. Aku memasuki ruangan yang sangat besar dengan didampingi satpam yang banyak berjaga disetiap ruangan. Aku sudah memasuki ruangan CEO perusahaan ini. Aku melihat wajah CEO itu. Ternyata dia Aryan, teman sebangku dulu saat SMA. Aku heran, mengapa ia bisa jadi CEO, sedangkan aku jadi bawahan Aryan. Aryan tersenyum kepadaku "ini karena sejak kecil aku sudah terbiasa jujur, pemilik perusahaan ini sudah percaya pada ku sejak aku masih kuliah." Setelah mengatakan hal itu, Aryan menjabat tangan ku. Saat itu juga aku belajar tentang satu hal JUJUR.


Nilai Dari Sebuah Bibit KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang