Sisi Lain

202 7 2
                                    

Aku punya seorang sahabat yang bernama Hana. Aku mengenal Hana sejak kecil. Ia memiliki hobi yang sama dengan ku, yaitu membaca buku. Kami satu sekolah tepatnya di SMA Nusantara. Setiap hari aku selalu ikut dengan Hana kemana pun ia pergi. Aku juga sering cerita banyak hal padanya. Begitupun Hana.

Hingga pada saat kelas 12, aku tak sekelas dengan Hana. Saat itu, anak yang bernama Gabriel, sekelas dengan Hana. aku benci Gabriel, karena dia alay, sok cantik dan suka deket dekat dengan cowok ganteng manapun. Dari awal masuk sekolah aku sudah benci dengan sifatnya.

Saat itu, Hana mengajakku pulang bareng, aku menunggu Hana didepan kelasnya. Ternyata Hana tidak bisa pulang bareng denganku, katanya ada tugas kelompok. Aku hanya menganggukkan kepala lalu pulang ke rumah.

Esoknya ketika aku sudah ada disekolah, aku melihat Hana sedang berbincang ria dengan Gabriel sesekali mereka tertawa sampai sampai Hana tidak menyadari keberadaan ku. Aku lalu pergi dan masuk ke kelas ku. Aku merasa cemburu dengan kehadiran Gabriel di kehidupan ku.

Emosi ku makin memuncak ketika aku mengajak Hana pergi ke kantin. Hana menolak ajakanku dengan alasan sakit perut. Aku tidak bisa berbuat banyak, aku pamit pada Hana dan langsung melesat ke arah kantin. Kini aku sedang duduk dimeja paling pojok seorang diri sambil memakan mie ayam pesanan ku.

Saat sedang asik asiknya makan, aku melihat dua orang anak perempuan sedang duduk tak jauh dari tempatku duduk. Yang satu sedang makan mie ayam, sedangkan yang satunya lagi sedang bermain handphone. Sesekali mereka berdua mengobrol dan tertawa bersama. Aku merasa mengenali dua orang itu. Ternyata mereka Hana dan Gabriel. Seketika aku jadi tak selera makan. Ku tinggalkan mie ayam yang tinggal setengah mangkuk, dan pergi meninggalkan mereka. Hatiku sakit melihat Hana yang tidak mau ikut denganku ke kantin, sedangkan Hana malah pergi dengan Gabriel, cewek yang aku benci.

Bel pulang berbunyi, aku mendapatkan pesan dari Hana. Ku buka dengan malas pesan itu.

To : Gabriel

"Sorry yah aku gak bisa pulang bareng kamu, soalnya aku mau mampir ke toko buku dengan teman ku."

Aku yang membaca pesan itu bertanya tanya dalam hati, siapa teman yang dimaksud Hana, biasanya Hana selalu ke toko buku bersamaku, Pikirnya.

***

Aku sudah lama tidak bertemu dengan Hana. Mungkin juga Hana tidak peduli dengan diriku lagi.

Hari ini, tepatnya saat jam istirahat, aku seorang diri melangkahkan kakiku ke kantin. Tiba tiba pergelangan tangan kananku di tarik paksa oleh seseorang menjauhi keramaian kantin. Hana yang menarikku kemudian kami berjalan menuju taman sekolah dan duduk berhadapan.

"Boleh aku bicara sebentar dengan kamu?" Tanya Hana memelas.

"Boleh." Jawabku singkat.

"Kamu marah sama aku ?"

"Gak."

"Maaf ya kalau selama ini aku jarang ketemu kamu." Ucap Hana masih memegang tangan ku.

"Iya gak papa. Aku tahu kamu sudah punya teman baru dan dia lebih cocok buat jadi sahabat kamu ketimbang aku." Jawabku berusaha meredam emosi.

"Enggak kok. Emang siapa orang yang kamu maksud ?"

"Gabriel. Anak yang alay itu."

Hana tampak berpikir. "Jadi kamu masih benci sama gabriel ?"

Aku hanya diam mendengar pertanyaan Hana.

"Ya udah biar aku jelasin kenapa aku deket dengan dia. Awalnya aku benci banget sama dia. Sama sepertimu. Suatu hari, saat Gabriel sakit, aku disuruh bu guru menemaninya di uks. Saat di uks Gabriel tertidur pulas tetapi suhu tubuhnya panas sekali. Aku awalnya ingin meninggalkan dia sendirian. Tapi saat aku akan pergi, aku mendengar Gabriel mengigau kemudian dia bangun dan menangis. Aku yang masih ada disitu berusaha menenangkan dia dan bertanya mengapa ia sampai mengigau dan menangis. Kemudian dia bercerita padaku tentang masa lalunya.

Dulu saat Gabriel masih kecil, kira kira umurnya 7 tahun. Ia melihat kedua orang tuanya bertengkar hebat dihadapannya. Gabriel kecil ketakutan dan menangis. Dan saat itu kedua orang tua Gabriel tidak pernah akur. Mereka selalu sibuk dengan kehidupan masing masing. Gabriel diasuh oleh pembantunya. Setelah berusia 9 tahun, kedua orang tua Gabriel bertengkar hebat. Saat itu gabriel sedang disekolah. Ia tidak mengetahui kedua orang tuanya berkelahi. Ketika pulang, Gabriel melihat ibunya sudah tak bernyawa lagi. Gabriel marah besar pada ayahnya karena telah membunuh satu satunya wanita yang ia sayangi. Selama 3 hari Gabriel mengurung dirinya dikamar, ia tidak makan maupun minum. Hatinya lebih sakit daripada perutnya yang lapar. Mengetahui putrinya mengurung diri dikamar, ayahnya segera mendobrak pintu dan menceritakan bahwa ibunya meninggal bukan karena dibunuh, melainkan terkena serangan jantung. Gabriel yang mendengarkan penjelasan ayahnya langsung menangis dan memeluk ayahnya.

Beberapa hari setelah kejadian itu, gabriel sudah mulai masuk sekolah, saat pulang sekolah, Gabriel begitu semangat pulang. Sehingga ia tidak berhati hati saat menyebrang. Sebuah mobil mini menabrak dirinya. Dan dia tak sadarkan diri selama satu bulan.

Setelah sadar, ia melihat ayahnya cemas. Lalu sang ayah memeluk dirinya yang sudah sadar. Saat itu juga Gabriel merasa bahagia. Disaat yang bersamaan, ia juga sedih karena sang ayah sudah memiliki istri baru tanpa sepengetahuan dirinya. Sejak saat itu, sang ayah selalu bekerja keras demi menuruti kemauan istrinya dan Gabriel tidak dapat mendapatkan perhatian kedua orang tuanya." Hana bercerita panjang lebar padaku. Aku saat itu hanya terdiam dan merasa bersalah pada Gabriel.

"Mungkin dia melampiaskannya dengan mencari perhatian dari teman temannya. Tapi aku salut pada Gabriel, selama beberapa tahun. Ia masih bertahan dikeluarga yang broken home. Dan dia tidak melampiaskannya pada obat obatan terlarang ataupun pergaulan bebas. Makanya aku selalu menemani dia karena aku merasa jika aku diposisinya dia, mungkin aku sudah memilih mengakhiri hidup." Hana mengakhiri ceritanya sambil terkekeh pelan.

Aku berpisah dengan Hana karena mendengar bunyi bel masuk. Aku langsung pergi ke toilet dan menangis sepuasnya disana. Aku merasa bersalah dengan Gabriel, gadis yang kelihatannya selalu gembira ternyata mempunyai masa lalu yang buruk.

Maaf ya kalau updatenya lama. Soalnya kadang, cerita ini berasal dari pengalaman author maupun pengalaman orang disekitar author dan saya ingin kalian mengambil hikmah dari cerita ini

Maaf juga kalau masih banyak typo bertebaran. Mohon vote dan comment yah. 😄

Nilai Dari Sebuah Bibit KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang