Four

10 2 0
                                    

Shelin mencoba membuka pintu rumahnya tetapi tak bisa dibuka

"Dikunci?"

mengingat bel rumahnya yang rusak ia akhirnya memilih untuk mengetuk pintu rumahnya. Jangankan dibukakan pintu, mandapat sahutan dari dalam rumahpun tidak. Kini Shelin mulai kesal dan memukul pintu dengan keras hingga tangganya memerah

"Iss pada kemana sih ni orang-orang rumah" Shelin meraih ponselnya di dalam tas dan mendapati ponselnya mati. Dengan wajah kesal ia duduk di teras rumahnya

"ini hp kenapa harus pake acara mati segala sih, coba aja ada pak tono pasti sekarang aku ngga bakal terlantar kayak gini."

Mengingat pak tono yang tidak bisa mengantar Shelin hari ini karena beliau sedang sakit, jadi Shelin harus mengendarai mobilnya sendiri untuk berangkat ke Sekolah.

Lagi-lagi pandangan Shelin tertuju pada rumahh kosong yang tepat berada di depan rumahnya. Shelin menatapi rumah itu dengan tatapan sedih yg mendalam.

"Neta kalo aja kamu ada aku ngga bakal terlantar disini, kenapa kamu ninggalin aku sendirian disini." Mata Shelin mulai berkaca-kaca dibalut dengann perasaan sedih dan kesal mencampur jadi satu yg membuat dada Shelin menjadi sesak.

Kruyukk...kruyukk...

Tetapi perasaan itu terepis oleh rasa lapar yang memecahkan lamunan Shelin.

"Bunda kemana coba, jahat banget ninggalin anaknya sendiri kayak gembel gini" Omel Shelin sambil mengelus-elus perutnya yang lapar.

Shelin memutuskan untuk pergi mencari makan karena rasa laparnya yang tak tertahankan karena ia belum makan apapun sjak tadi di sekolah.

---

"Selamat sore mbak, ada yang bisa saya bantu?" Suara lembut dan senyuman manis dari pegawai kafe tersebut menyambut kedatangan Shelin di kafe itu.

"Mmm nasi goreng seafood sama milkshake coklatnya ya."

"Baik mabak mohon tunggu sebentar." Shelin hanya membalas dengan senyum tipis dan anggulam kecil.

Karena Shelin duduk di disebelah jendela ia memperhatikan orang yang berlalu lalalng di depan kafe itu. Memperhatikan satu persatu orang-orang tersebut. Dari kecil Shelin gemar memperhatikan sesuatu dan pandai menganalisis sesuatu jadi, ia sangat pandai membaca raut wajah seseorang apalagi melalui senyum dan tatapan orang.

Mengingat kejadian sebelumnya, ia bisa secara langsung membaca senyum palsu Al karena Shelin sudah sering melihat senyum seperti itu yang selama ini ia dapat dari orang-orang yang menyebut dirinya 'teman'.

"Silahkan." Lamunan Shelin buyar seketika akibat kedatangan pegawai kafe tersebut sambil membawakan pesanan Shelin.

Baru setengah Shelin menyantap makananya, suara lonceng yang terdengar dari pintu kafe menandakan ada orang yang memasuki kafe sukses membuat mata Shelin melihat ke arah bunyi tersebut. Betapa terkejutnya Shelin mendapati beberapa orang yang masuk itu salah satunya adalah Daniel yang membuka pintu kafe tersebut. Shelin panik, ia belum siap bertemu lagi dengan Daniel. Menghindar adalah jalan satu- satunya yang terpikirkan oleh Shelin saat ini.

"Masker! Gue harus pake masker biar Daniel ngga ngenalin gue." Shelin membongkar isi tasnya untuk mencari masker agar wajahnya tak terlihat oleh Daniel yang sedang duduk tidak terlalu jauh dengan meja Shelin.

"Mbak, mbak..." Shelin melambai- lambaikan tangan mengisyaratkan kepada pegawai kafe tersebut untuk mendatanginya.

"Iya mbak ada yang bisa saya bantu?"

"Saya mau bayar."

"Silahkan ke kasir mbak"

"Disini aja boleh ya mbak, saya lagi keburu banget ni mbak." Shelin mengeluarkan uang dua lembar seratus ribu diikuti dengan sebuah kertas dan bolpoin.

"Kalo lebih ambil aja kembaliannya mbak, kalo kurang telfon ke nomer ini ya rumah saya ngga jauh kok dari sini."

Setelah selesai Shelin langsung pergi meninggalkan kafe itu. Pegawai itu hanya terdiam karena mengetahui uang yg diberikan Shelin sudah lebih dan tidak kurang. Tapi tetap saja prilaku Shelin itu tidak sopan membuat pegawai itu menggelengkan kepala.

---

Shelin memarkirkan mobilnya di garasi dan melihat pintu rumah telah terbuka lebar. Shelin bergegas memasukinya, tetapi tidak ada satupun orang di dalam rumah itu. Shelin mendengar suara suara dari arah dapur.

"Maling?"

Gumam Shelin sambil mengambil sapu untuk berjaga-jaga. ia berjalan dengan memgendap-endap mendekati dapur dan ternyata ia melihat Shella (bunda Shelin) sedang membuat teh.

"Bundaaa abis dari mana aja? Kenapa rumah ditinggal gitu aja? aku udah kayak anak ilang nungguin bunda dari tadi di depan rumah. Terus itu pintu depan dibiarin kebuka gitu aja, bunda mau ngundang maling?" Shelin terus mengoceh tanpa menyadari ada orang yang sedang duduk di meja makan berada tidak jauh dari Shelin.

"Wa'alaikumsalam Shelin, kalo masuk rumah itu ucapin salam dulu main nyosor aja. Itu pintu juga bunda baru buka, mana ada maling sore sore gini lagian kalo sore anak-anak pada rame main di depan. Eh ini salim dulu sama tante lisa." Shelin langsung mengikuti juluran tangan yg menunjuk sosok wanita yang tengah tersenyum menghadapnya.

Tanpa berfikir panjang dan melapas begitu saja sapu yg ia genggam Shelin langsung memeluk sosok wanita tersebut.

"Tante lisaa aku kangen banget sama tante."

"Tante juga kangen sama kamu, kamu kok udah gede aja. Tante ngga terima nih km udah segede ini." Ucap lisa sambil mencubit pelan puncak hidung Shelin.

"Tan, aku kan juga tumbuh dong masa iya aku kecil-kecil terus. Tante lisa ngga ada perubahan ya malah makin cantik."

"Kamu mah bisa aja, ini tulus atau ada maksudnya nih?" Shelin hanya nyengir mendengar ucapan lisa.

"Aku kangen sama cupcake buatan tante, cupcakenya juga pasti kangen sama aku tan."

"Tuh kan ada udang di balik batu."

"Tapi serius kok tan, tante lisa makin cantik."

"Kamu ya ngga berubah-berubah selalu aja gini dari dulu. Udah ah tante mau pulang dulu udah hampir magrib."

"Yahh cepet amat tan, gimana kalo tante makan malem dulu aja disini."

"Ngga bisa Shel, tante lisa juga punya anak, kalo tante lisa disini yg kasi makan anaknya siapa?. Kamu aja yang ditinggal sebentar ngocehnya sampe segitu." Sahut Shella

"Gimana kalo Shelin aja yang ke rumah tante. Ntar tante masakin yang enak deh."

"Mmm besok aja deh tan. Shelin baru pulang belum mandi hehe."

"Yaudah besok ke rumah tante ya, bakal tante buatin cupcake deh."

"Siap tan." Ucap Shelin sambil memberikan sikap hormat kepada lisa layaknya hormat kepada bendera sewaktu upacara.


To be continued....

-----------------------------^-^--------------------------

Jangan lupa vote dan comment ya, author butuh saran dari kalian😉

Sampai jumpa dihalamn berikutnya❤

Never GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang