Jaka semakin lama semakin tak nampak. BTS sudah berjalan semakin jauh. Diluar yang tadinya gerimis sekarang menjadi hujan. Dan hujan, mengikatkanku pada dua tahun yang lalu. Kesalahan fatal yang aku lakukan, penyesalan yang sampai sekarang terus saja membayangiku.
***
"LINE!!" suara ponselku berdering
Aku melepaskan diri dari pelukan Rio. Ku ambil ponselku, ternyata pesan dari Jaka.
'Sayang, kamu lagi apa? Malam ini jadi kan? Aku udah masak spesial buat kamu.'
Kulihat jam di ujung layar ponsel sudah menunjukkan pukul 18.30. Sial, aku hampir lupa kalau aku ada kencan sama Jaka. Aku segera beranjak dari kasur bergegas ke kamar mandi.
"Kamu mau kemana?" tanya Rio.
"Aku lupa kalau aku ada janji dengan temanku. Aku mau numpang mandi ya." Jawabku.
"What?? Kamu enggak mau nginap di sini lagi malam ini? Kita bahkan belum selesai." Kata Rio
"Maaf, tapi ini penting. Aku sudah janji sama temanku sebelumnya. Kita lanjut lagi besok. Aku janji." Kataku.
Aku bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Sudah tiga malam berturut-turut aku menginap bersama Rio, dan baru tiga hari pula aku mengenalnya. Kami berkenalan lewat aplikasi dating online. Selama mengenal Rio aku serasa kembali bergairah lagi, seperti merasakan hidup lagi. Rio bukanlah orang yang romantis, namun dia sangat energik, frontal, tidak bisa ditebak. Semua perlakuan dan apa pun yang dilakukan Rio sangat berbeda dengan Jaka. Apabila Jaka selalu bertanya pendapatku sebelum melakukan sesuatu, Rio selalu melakukan segalanya dengan spontan dan percaya diri. Menyuruhku melakukan hal-hal yang bagiku sendiri belum pernah terpikirkan bisa melakukannya. Dan selama tiga hari ini dengan mudahnya aku dapat jatuh cinta pada Rio. Tapi pada kenyataannya aku masih terikan dengan Jaka.
Aku memang merasa bersalah telah mengkhianati Jaka. Namun setelah menjalani hubungan dengannya selama tiga tahun, semuanya terasa hambar. Sejujurnya aku bosan dengan Jaka. Aku bosan berhubungan dengan cara yang sama. Aku ingin sesuatu yang baru, sesuatu yang membangkitkan gairahku. Dan itu tidak aku temukan pada Jaka, namun aku sekarang menemukannya pada Rio.
Setelah keluar dari hotel aku menuju ke rumah Jaka. Kami sudah janjian untuk bertemu malam ini. Aku hampir lupa kalau aku ada janji dengannya, Rio benar-benar sudah mengalihkan perhatianku dari Jaka. Sudah beberapa hari ini aku belum bertemu dengan Jaka, dan dia bilang juga masih repot mengurus sesuatu sehingga belum bisa bertemu. Aku sendiri maklum dan ternyata itu memberiku kesempatan untuk bersama Rio.
Sambil menunggu BTS di halte aku mengirim pesan pada Jaka, 'aku sedang di jalan, tunggu ya <3'.
Pukul 19.20 aku sampai di rumahnya. Aku terlambat 20 menit. Tapi kurasa tak apa, Jaka tak akan marah. Dan ini juga Cuma bertemu santai. Bukan meeting atau pekerjaan.
"Hei, masuk lah." Kata Jaka saat membukakan pintu.
Suasana rumah berbeda dengan biasanya. Tidak seterang biasanya, sepertinya Jaka sengaja mendekorasinya menjadi temaram. Lampu yang biasanya sebagai penarangan dimatikan, dan kini di gantikan dengan lampu kuning kecil-kecil di beberapa tempat. Suara musik jazz bergema dari speaker dari ruang tengah. Sepertinya Jaka benar-benar sengaja membuat rumahnya menjadi seperti ini.
"Jaka, aku pikir kita hanya bertemu seperti biasanya. Kamu ingin kita berkencan di rumah malam ini?" kataku.
Setelah menutup pintu dia mendekat, direngkuhnya pinggangku lalu dia menciumku. Bibir kami bertemu, aroma mint terasa di mulutku. Ciuman mesra yang sangat aku kenali.
YOU ARE READING
Move On
Short StoryHendri selalu terbayang-bayang oleh kejadian yan dialaminya di masa lalu. Penyesalan akan yang dia perbuat selalu menghantui hari-harinya. Namun hari itu, pertemuan dengan Jaka, mantan pacar yang dia campakan. membuka semua keberaniannya. Hanya Jak...