10

100 13 11
                                    

3 hari sudah aku tidak lagi berbicara dengan Louis, bahkan kami sudah tidak pernah bertemu lagi atau saling mengirimi pesan seperti biasanya.

Seketika semuanya berubah saat kejadian malam sialan itu yang membuat Louis dan aku berjaga jarak sampai saat ini.

Kelicikan Eleanor mengalahkan segalanya, kejadian itu mungkin salah satu kejadian yang sangat buruk yang pernah terjadi untukku.

Aku merindukan Louis, bagaimana cara dia memperlakukan ku, bagaimana cara dia menyemangati ku, bagaimana caranya membuatku percaya bahwa hidup harus tetap berjalan.

Aku kehilangan sosok Louis yang selama ini membuatku mencintainya, aku sedih, dimana Louis? Bukankah Dia selalu bilang 'fuck what im doing, I'll be there for you' disaat aku membutuhkannya?

Hanya buku dan pulpen pink pastel ini yang kupunya, menuliskan setiap kalimat sedih didalamnya. Kenapa hidupku begini? Masalalu memang selalu jahat.

Kenapa aku harus berjaga jarak dengan lelaki yang aku cintai? Kenapa semuanya kacau disaat aku mulai membuka hatiku untuk lelaki lagi? Dan hatiku jatuh untuk Louis. Kenapa?

Flashback on

Aku keluar dari toilet dan seseorang langsung menyambar bibirku. Sontak aku memberontak dan mendorongnya namun tenaga ku lebih lemah dibandingkan dengan tenaga lelaki sialan ini.

Dia mencengkram tanganku hingga Louis datang dan menggeram hebat. Lelaki itu melakukan aktivitas sialannya padaku. Aku menatap Louis dengan tatapan takut.

Tidak lama Eleanor datang dan dengan cepat Louis menabrakan bibirnya pada bibir Eleanor.

Sakit. Itu yang kurasakan sampai air mata itu jatuh untuk Louis, dan ini untuk yang pertama kalinya Louis melakukan hal itu.

Mereka berciuman, Eleanor menampilkan senyum kemenangannya padaku, setelah mereka selesai, Louis pun pergi keluar dari toilet dan Eleanor menyusulnya.

Aku menatap kesal lelaki dihadapanku ini yang bodoh karena telah menyium ku, dia tertunduk bersalah, "aku minta maaf, aku hanya suruhan——"

"Eleanor, kan? Sudah kuduga, tidak apa" akupun menghapus air mataku secara kasar lalu pergi meninggalkan lelaki berengsek ini

Louis juga berengsek!

Aku berlari kecil berusaha air mata ini tidak jatuh lagi tapi tetap saja terjauh, tidak bisa disembunyikan sama sekali.

Aku segera menghampiri Harry berniat untuk pamit pulang, karena walau bagaimanapun ini acara Harry, aku harus menghormatinya, "Harry, a-aku pamit pulang ya" ucapku tertunduk berusaha agar Harry tidak melihat wajahku yang sudah terlihat kacau

"masih jam setengah sepuluh, kau yakin? Bukankah kau kesini bersama Louis? Dimana Dia?" Damn, Harry menyadarinya kalau aku memang datang bersama Louis

"L-Louis belum mau pulang, jadi aku pulang duluan saja karena Ibuku sudah menelponku tadi. Dan aku berpesan salamkan kepada Ibumu Anne, aku harus pulang"

"kau kenapa? Kau menangis ya?"

"tidak, Harry. Aku harus pulang, selamat malam" ucapku lalu pergi

"salamkan salamku untuk Ibumu Lauren Christabelle!" teriak Harry aku hanya menengok mengangguk sambil tetap melangkahkan kaki keluar dari rumah Harry

Air mataku jatuh lagi, merasa bayangan Louis menyium Eleanor masih ada dipikiranku. Ini gila.

"Ayna!" kukenali panggilan itu, sudah pasti itu Zayn. Akupun tetap berjalan tidak menengok kearahnya

CRYING IN THE CLUBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang