Seoul, 5 January 2017Matanya mengerjap pelan. Bulu mata lentik nan indah itu bergerak gerak.
Satu kali.
Dua kali.
Dan seterusnya.
Kelopak matanya membuka dengan baik setelah selama tiga minggu penuh menutup rapat seolah tidak mampu membukanya kembali.
Wangi obat– obatan tercium jelas, langit langit putih menjadi sorotan mata lemahnya saat ini.
Selang infusan mulai bergerak menandakan kehidupan dalam jiwa sang pemakai.
Ditatapnya seorang laki laki.
Wajahnya kacau, rambut yang sedikit ikal itu terlihat berantakan tak terurus. Wajahnya cemas, kemejanya kusut bahkan lipatan dasinya tidak benar.
"Kau dengar aku?"
Begitu katanya. Suaranya samar – samar seperti mimpi di dalam mimpi.
Datanglah dua manusia berpakaian putih dengan sigap. Mengecek dengan stetoskop dan berlari kesana kemari seperti kegirangan.
"Yatuhan Kim Yuna" Laki laki itu tersenyum bahagia.
Wajahnya menamparkan sinar kebahagiaan. Seolah kesadaran sang gadis adalah segalanya bagi dirinya.
"Yuna?"
Gadis itu bingung ketika sang laki laki menyebutkan sebuah nama. Sementara seorang perawat sibuk membuka perban pada kepalanya.
Laki laki itu mengerutkan keningnya hebat, " Kau, Kim Yuna"
Sang gadis bingung setengah mati.
Apa yang terjadi pada dirinya, apa yang terjadi sehingga harus membuat dirinya disini.
"Aku ? KimYuna?" Tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri menggunakan jari telunjuknya.
Rasa berrdenyut membuatnya memekik hebat, bahkan menjerit seperti lolongan kawanan serigala pada malam hari.
Kepalanya seperti ditusuk ribuan jarum, dipukul dan dipecahkan secara bersamaan.
"Apa yang terjadi padanya?" Laki laki itu berseru pada sang dokter dengan panik.
Dengan membenarkan jas putih bersihnya itu sang dokter menunduk dengan penuh penyesalan.
"Akibat kecelakaan pesawat yang parah, kemungkinan nona Yuna mengalami trauma sehingga kehilangan beberapa bagian dari ingatanya"
➖➖➖
Setelah melewati rasa sakit akibat bersikeras mengingat dirinya.
Gadis itu hanya dapat terdiam sejenak.
Yang gadis itu tau, namanya adalah Kim Yuna. Lahir di Daegu pada awal bulan desember.
Dalam ingatannya juga, ia tidak pernah tau siapa laki laki dihadapannya ini.
Meskipun wajahnya terasa familiar namun dia bukan siapa siapa bagi Yuna.Ingatannya hanya mampu mengingat sedikit memori.
Ditatapnya laki laki yang masih tetap bersikeras di dalam ruangannya.
"Kau?"
"Apa? Kau mengingatku?" Laki laki itu terlihat antusias , membuat Yuna sedikit risih dan tidak nyaman.
YOU ARE READING
Late
FanfictionSemua yang terjadi, apakah takdir atau kebetulan? Atau bahkan, tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini? ㅡㅡㅡ Update every Tuesday