#3; Accidentally Meeting

119 15 1
                                    

Yogyakarta, kota yang menurut gue adalah kota terbaik dari semua yang pernah gue kunjungi.

Kota ini nggak punya biang lala besar yang nyala kalo malem kayak London, tapi dia punya dremulen yang akan kalian temuin hanya pas pasar malem, entah di alun-alun atau di lapangan lapangan desa. Dan menurut gue itu jauh lebih baik, karena disanalah gue melihat sisi lain dari kehidupan ini, dimana gue lihat bapak-bapak atau even mas mas yang bantu muter dremulennya despite of their unabilities to afford fancy things, mereka masih bisa ketawa dan ikut nyanyi lagu-lagu dangdut dengan bahasa jawa.

Kota ini juga nggak punya pusat perbelajaan kayak soho, tapi kota ini punya Jalan Malioboro. Disana gue nggak bisa nemuin toko brand-brand terkenal, mentoknya juga adidas atau wrangler yang bisa ditemuin kalo harus masuk ke Malioboro Mall. Di malioboro ini gue juga liat sisi lain dari Yogyakarta, sisi romantis, sisi artisik, sisi lain dari kehidupan. Gimana orang orang lalu lalang disana, gimana liat orang pacaran di kursi yang ada disepanjang jalan diiringi sama suara pengamen jalanan yang ada dijalan ini, gimana ramahnya bapak becak atau ibu yang dagang batik dan oleh-oleh khas jogja, gimana orang-orang ngobrol dengan asik di angkringan lek man.

Jogja nawarin gue suatu kehangatan yang nggak bisa digantiin sama kota lainnya. Kehangatan yang bikin gue ngerasa pulang, soalnya di setiap sudut kota ini tuh penuh sama orang-orang baik, orang-orang ramah, orang yang nggak segan untuk nawar lo bantuan even ketika lo gak kenal orang itu.

Yogyakarta selalu mengingatkan gue gimana rasanya pulang.

Ditambah lagi kehadiran cewe satu ini yang lagi duduk didepan gue.

Iya Lala.

Gue akhir-akhir ini sering dipertemukan sama dia, Cuma sekilas doang sih kalo pas gue lagi ke kantin fh nyariin Satria, Gitaris Enamhari. Tapi sekarang beda. Gue lagi di McD malioboro sendirian, nggak tau sih esensinya apaan, lagi pengen aja. Tapi tiba-tiba ada cewe yang manggil gue.

"Brian!"

Pas gue nengok taunya si Lala, lagi bawa nampan dan lagi senyum lebar banget. lucu, pengen gue cubit pipinya.

"Oi! Sendirian, La?"

"Iya nih, abis nyari buku di gramed sama di shopping taunya gaada. Eh gue duduk sama lo boleh kan?"

Si anjir? Beneran nih? Duduk sama dia? Mimpi apaan gue semalem anjir.

"Boleh lah. Duduk aja."

Setelah duduk dan buka bungkusan cheese burgernya, dia nawarin ke gue untuk nyobain. "Mau?"

Yaampun lucu banget sih, La. Ntar gue suka gimana?

"Hahaha. Udah lo aja yang makan gausah bagi-bagi."

"Oiya lupa gue lagi makan sama anak band terfamous se jogja, bisa beli sendiri kalo cheese burger mah."

"Hahaha. Apaan sih la. Gue nggak se famous itu kali."

Dia naroh cheese burgernya, dan ngomong "duh, bri, lo harus tau gimana temen-temen gue tergila-gila sama lo. nih kalo gue snapgramin lo lagi didepan gue, heboh dah itu grup cewe rumpi angkatan gue." Dia ngomngnya berapi-api banget, sambil angkat-angkat handphonenya dia, mraktekin ngefoto gue. Dasar gemes.

"Bahas yang lain kek la. Gue jadi malu dipuji famous mulu."

"Hahahaha. Gue aslinya punya pertanyaan sih buat lo bri."

"Hm?" jawab gue sambil minum sisa-sisa fanta float gue.

"Lo bule ya? Kata temen-temen gue lo bule terus rambut lo tuh rambut aslinya blonde gitu."

"Hahahahaha." Gue nggak sanggup lagi untuk nahan tawa, apaan sih temen-temennya Lala. Random banget masa rambut gue blonde aslinya? Aneh aneh aja. "Gue Indonesia tulen, La. Cuma udah hidup di luar Indonesia dari lama dan karena gue hidup di lingkungan yang jarang asiannya, gue warnain rambut jadi blonde, dan keterusan sampe sekarang, kadang-kadang doang sih tapi."

"Ohh gitu, ntar gue sampein deh ke temen-temen gue." Jawab dia sambil lanjutin makan cheese burgernya dia.

Heran deh gue, ngobrol sama dia kok nggak ada canggung-canggungnya sama sekali ya? Padahal gue sama dia bukan orang yang udah lama kenal. Kita baru ketemu pas konser, terus beberapa kali papasan di fakultasnya dia. Tapi rasanya kok nggak ada canggung-canggungnya sih dia? Apa emang dia ramah gini ke semua orang?

Tiba-tiba gumpalan tissue mendarat di wajah gue yang tampan ini, "Oi, ngelamun aja lo."

"iya nih mikir negara gue."

"Hahahaha, apaan deh random lo."

"Eh, ra. Cerita dong tentang lo, gue nggak tau banyak nih." Jackpot, pinter banget lo Brian memberi pernyataan gituan, too blunt, man. Maki gue ke diri sendiri.

"Hmmmm, lo mau tau bagian mana dari gue? Tempat tinggal? Nama? Nomer telepon? Pekerjaan orang tua? Apa perlu gue tulis di binder lo biar kayak anak TK?"

Ow shit, she got amazing way to flip back situation. I thought I would turn out awkward and make her baper by asking something like that. But, look how adorable and funny she is.

Dan pertemuan gue ini berakhir dengan Lala menceritakan sedikit tentang dia sebelum tiba-tiba telepon masuk di HPnya. ID callernya 'Adit' dan setelah nerima telepon Lala buru-buru banget pulang.

Adit siapa sih?

Pacarnya Lala?

+62274; you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang