/Ivan POV/
Sambil mengepel lantai tempat ganti di deket lapangan, gue ngeluh, "Ini keringet bisa nggak berenti dulu netesnya? Gue lagi ngepel nih!"
Ini tempat terakhir, kalau ini udah bersih, artinya gue bisa istirahat. Kenapa nggak sekalian dipulangin aja gue? Seragam udah lepek begini..
selesai mengepel, gue lepas baju dan gue keringin di net lapangan. Sambil duduk di pinggir lapangan indoor, gue lirik otot perut gue yang nyut-nyutan. Yah, nggak apa apa lah, anggap aja pemanasan.
"HEH! Tiang! Lu ngapain telanjang?!" aku mengangkat kepalaku, mendapati Andy yang menutupi wajahnya dengan kantung pelastik yang dia bawa. "Gue mandi keringet, inih lagi dikeringin." Balasku terengah engah. Saking capeknya ngomong pun kaya males gitu bawaannya.
Dia mendekat, lalu melepar kantong itu, "Tuh makan, jam istirahat udah abis dari tadi." Gue buka tu kantong yang isinya ada roti dua bungkus ama air mineral.
"Eeeeh? Ini doang??" ujarku, "Orangmah bersyukur di beliin, lu malah protes." Balasnya gedek. "Ya gue bersyukur sih, cuma lu kan tau segini juga nggak kenyang buat gue."
Perkataanku tak ia balas, ku kira dia sudah pergi lagi, pas gue liat dia memperhatikan sesuatu dengan saangat serius. ABS gue.
"Mau pegang?" tawarku, "Enggak kok, siapa juga yang mau pegang." Katanya.
"Nggak usah malu malu gitu." Ucapku, lalu memakan roti. Dia duduk disampingku, dan masih terus memperhatikan Abs-ku meskipun aku pura pura tidak tau. che, dasar.
"L-lu sejak kapan serius bikin Abs?" tanyanya, "Udah lama. Pertamanya gue iseng iseng, cuma buat ngencengin otot tangan sama kaki, soalnya waktu itu gue maen basket"."Hmmm.." sahutnya, "Eh, karena dapet banyak feedback dari cewek, jadi gue terusin."
"Ooh, jadi karena cewek juga ujungnya." Katanya, dengan nada yang agak sewot kayaknya.
Kulirik dia yang menatap lurus ke depan, lalu mulai menatap perutnya. Gue tau apa yang lu pikirin. Jadi, gue ambil tangannya, dan gue arahin buat megang perut gue. "Lu- apaan-!"
"Udah pegang aja, dari pada lu kepikiran gitu."
Dia yang awalnya kaku tuk melebarkan telapak tangannya, kini mulai menyentuh perutku dan mengusapnya perlahan. Aku bisa liat dia ber Woah tanpa suara. Mumpung sikon lagi bagus, gue terusin dong. Gue perlahan mendekat, dia mungkin nggak begitu sadar kalau kepala gue udah hampir nyentuh kupingnya, aku mendekati wajahnya dan-
"Itu dia cogan-nya!!" dan ada yang teriak ngehancurin suasana. Sialan siapa itu yang-
Anjrit! Itu gerombolan cewek kenapa semangat banget larinya?! Udah gitu ke arah gue sama andy lagi!!
"Andy cabut, dy!"
Aku menariknya masuk ke ruang ganti, sebelum bersembunyi ke dalam loker, gue buka pintu belakang, jadi keliatannya kita kabur kesana, padahal kagak. Setelah gue sama Andy berhasil mengamankan diri di loker yang kosong, gue denger suara ribut ribut.
"Itu cogan kemanain?!"
"Kayaknya lari ke lapangan lagi dah, itu pintu belakangnya kebuka!"
"Terus kejar!"
Aku bernafas lega begitu suara itu sudah tak terdengar, "Andy, lu nggak apa apa kan?"
Dia mengangguk cepat, hmm? Kok ni anak badannya panas gitu? "Dy, lu beneran kagak ngapa ngapa kan?" tanyaku tuk konfirmasi.
/Andy POV/
Dammit!
"Andy, lu nggak apa apa kan?" tanyanya, suaranya yang begitu dekat dengan telingaku membuatku bergidik, dengan cepat aku mengangguk. Sekarang gue nempel banget sama dia-berhubung lokernya kecil, dan abs-nya... abs-nya nempel di perut.. gue.
Njir, gue bisa ngerasain bentuknya dari perut gue!!! Rasanya kaya ada yang ganjel!
"Dy, lu beneran kagak ngapa ngapa kan?" tanyanya lagi, dan aku mengangguk lagi.
"Yaudah, ayo kita-"
Siku gue nggak sengaja nyenggol pintu loker, alhasil itu pintu perlahan ke buka di ikuti suara decitan yang horor.
Dan semakin bertambah horor begitu ada cewek berdiri disana, menangkap basah gue dan Ivan.
"Pe-permisi.." kataku sambil berusaha keluar. Setelah bebas dari gencetan, gue liat lagi tu cewe yang mematung. Dan tak lama kemudian, darah menetes dari lubang hidungnya.
"E-elo nggak apa apa?!" kataku yang lalu menyadarkannya, dia dengan panik mengeluarkan tisu dari kantongnya, menyumpal hidungnya, lalu membelakangi kami.
"Ce-cepetan pergi, entar cewek cewek yang tadi balik kesini lagi.." katanya.
"Oh iya, makasih ya.." ujarku yang lalu menarik Ivan pergi. Ternyata gue sama Ivan masuk ke ruang ganti cewek!! Semoga aja tu cewek nggak remes mulutnya.. bisa bisa ketemu izrail sekolahan nanti...