Meet Andy

45 5 0
                                    


Ini Carl Vadous original loh.

Akun gue nggak bisa dibuka dan gue mengungsi ke akun ini. Alurnya sama, tokoh sama judulnya pun sama, mungkin bakal ada yang diubah, cuma beberapa.

Happy Reading~

________________________________________________

/Andy POV/

Para Penumpang yang baru saja sampai terlihat keluar dan menemui para penjemput mereka. Oke, dimana tu bocah?

Gue ngelirik foto itu lagi. Rambut hitam, matanya coklat karamel, tingginya nggak beda jauh sih dari gue, terus kurus. Setelah hafal ciri ciri tu orang, gue ngeliat sekitar dan ketemu.

"OI-"

"Kakaak! Aku kangen!" katanya sambil berlari ke arah lain.

e-eh? bukan?

"Andy!"

Gue fokus ke cowok pirang, tinggi berotot, dan bertampang kaya host yang melambai ke gue. Ah, bukan gue kali, paling ama yang disamping.

"Heh, lo nyariin siapa?" tanyanya yang udah ada di depan gue. Nih orang kok SKSD amat?

"Maaf, anda salah orang, om." Kataku.

"Salah orang apaan sih, Dy. Ini gue Ivan."

Suaranya memang mirip, tapi masa?! Cowok yang seingat gue pernah nangis berduka ngeliat kecoa mati yang gue jijilin ke dia dulu itu sekarang se sangar ini?!

Oke, biar gue tes. Dulu sebelum Ivan pergi, kita pernah maen detektif sama mafia. Kebetulan yang jadi mafia itu gue, dan dulu sebelum boleh masuk ke tempat persembunyian mafia, dia harus bilang kata sandinya.

"Silakan sebutkan kata sandinya." Kataku sedikit tak yakin.

"Rudy Tabuti." Jawabnya.

Dengan sangat kaget, gue tarik kerah lehernya.

"Cius?! Ni lo Van?! Lu ngambil tulang ama daging dari siapa?! kasian tuh orang!" bentakku.

"Sialan lo, gue nyesek nih!" balasnya.

Gue melongo, seorang anak manja yang gue kenal bertransformasi jadi Ikemen begini?! Begitu gue perhatiin telinganya, ehm, ada yang nyantol disana.

"Ini apaa?! Ini yang gelantungan di kuping lo apaan, hah?!" kataku sambil menarik telinganya.

"A-ampun, ampun! Ini dikasih temen gue buat hadiah ultah, kan sayang kalau nggak dipake."

"Heleh, alesan."

Kami berjalan bersama ke parkiran, setelah kami masuk dan mulai dalam perjalanan pulang dia membuka suara.

"Bibi ama Om ada?"

"Lagi pergi belanja. Mom antusias banget pengen nyambut lo."

Aku merasakan tangannya yang mendarat di kepalaku. Mulai. Kebiasaannya ternyata nggak ilang. Dengan jahatnya, Ivan mengacak acak rambut gue yang lagi nyetir.

"Hahaha, lu makin pendek aja ya, Dy." Ejeknya.

"Diem nggak lo!"

Setelah kita sampai dirumah dan masuk, gue kaget pas dia tiba tiba aja nutup pintu dan narik gue.

/Ivan POV/

Gue kangen, selama 3 tahun ini gue tahan buat balik. Dan sekarang gue lega, semuanya udah lunas. Kini, orang yang gue kangenin ada disini, dipelukan gue.

"Ivan?"

Suaranya, wangi tubuhnya, semuanya! Ada di genggaman gue!

"Gue kangen sama lu." Bisikku.

"HIIH!" Dia sambil menjerit alay ngedorong gue tuk ngelepas dia dan dia bersembunyi di balik pintu dapur.

"Pe-penyakit lu kambuh lagi ya?!"

"Penyakit?"

"E-elu kan dari dulu suka banget meluk meluk ama nyium gue, ish, inget aja gue ngeri! Gue kira lu disana dapet pencerahan, ternyata kagak!"

"Lah, itu kan wajar, kita kan sepupuan masa pelukan ama kecupan mini nggak boleh..." ujarku membela.

"Gue kan cowok, Bang. Cowok berpedang gue!"

"Gue juga punya pedang kali." Balasku geli.

"Mulai sekarang, kalo lo megang megang gue, gue bakal ngadu ke Kak firda."

"Iye, iye."

Nama yang sudah lama tak gue dengar itu membuat gue merinding. Kak firda? Sorri, gue nggak mau cari masalah ama kakaknya itu. gue mending adu jotos sama kangguru dari pada ama beruang yang namanya firda itu. Udah 'ya salam' duluan gue.

Memang sudah sejak dia nongol, Andy nempel terus sama kak Firda. Hubungan batin antar saudara memang kuat ya. Tapi, bukannya seperti adik, kak Firda memanjakan Andy lebih seperti anak.

Jujur, gue juga punya adik. Cowok, dan jujur kalau bisa, gue pengen masukin lagi tuh bocah ke perut Mama. Tengilnya, cukup tuhan dan keluarga gue yang tau.

Mungkin meluk secara langsung nggak bisa, tapi meluk diem diem boleh kan? ahihihi.

Dia dengan waspada berjalan merapat dengan dinding, lalu menaiki tangga. Kamar dia masih di atas ya.

Haah, gue beresin barang gue dulu dah. Kata bokap gue, gue boleh pulang kesini sampe gue lulus SMA dan balik kesana buat kuliah. Gue sama Andy misah pas kita naik ke kelas 1 smp. Gue nggak bisa nolak, berhubung gue masih belum bisa cari duit sendiri dan masih bergantung sama orang tua.

Sebentar, kamar gue dimana?

"Andy, kamar gue dimana?"

Hening. Gue pun nyamperin dia, takut dia kenapa napa. Eh, pas diliat dia malah tidur.

Meluk dan cium itu cuma kebiasaan gue yang dia tau. dia nggak sadar kalau sebenarnya gue juga ngelakuin itu pas dia tidur, bahkan pernah lebih #ehm.

Mumpung belom dapet kamar dan gue capek, gue tidur disini aja ah.

Segera gue taro koper dan tas yang sedari tadi gue bawa. Merebahkan diri disamping Andy, menatap wajahnya yang tidur pulas.

Udah lama sih nggak gue lakuin, apa sekarang dia bakal ngerasa ya?

Dengan iseng gue taro jari jari gue ke pipinya, rasa lembut dan halus terasa disana. Merasa aman gue deketin wajah gue ke dia. Dan..

"Ha-"

Segera gue menjauh.

"HACHO!"

Andy mengelap cairan lengket dari hidungnya itu dengan bajunya. Ish, jorok banget sih nih bocah. Untung gue ngejauh tadi...

Brother Zone : Remake [BXB]Where stories live. Discover now