[3.3] Hermes Squad : Story Part 2

111 18 69
                                    

Perjalanan ke desa yang Rutt ceritakan semalam kami mulai setelah pertengkaran kecil tadi.

Tujuan kami gadis yang bernama Althea Ataraxia, dan Rutt berkata kemungkinan besar ialah pemilik senjata yang kucari.

Jujur saja, aku ingin segera menemui gadis itu. Bukan hanya untuk meminta bantuannya, tapi aku juga ingin memastikan apa benar dia gadis yang pernah kulihat dulu.

Aku memacu kuda dengan cepat, di belakang Rutt dan Leona berboncengan karena Rutt tidak punya kuda. Setelah beberapa menit berlalu, kami menghentikan kuda di salah satu rumah berukuran sedang.

Rutt mengetuk rumah itu. "Al, kau di rumah?"

"Ya. Tolong tunggu sebentar," ucap seseorang dari dalam.

Pintu dibuka dan menampilkan gadis yang terlihat sangat manis. Ia mengulas senyum manis ke arah Rutt.

"Ah, Rutt!" Sapa orang itu.

"Yo, Al. Ada yang menginginkan bantuanmu di sini." Rutt membalas sapaan orang itu dan menunjukku.

Gadis itu keluar dari rumahnya dengan senyum yang manis. Rambut dan matanya yang indah membuatku tak berkutik. Apakah ini yang dikatakan bidadari yang jatuh dari surga?

Tak salah lagi! Dia pasti gadis waktu itu. Aku berjalan kearahnya dan memegang tangannya. "Kau, 'kan!" Seruku.

"Maaf?" Dia tersenyum bingung memiringkan kepalanya sedikit.

"Hei, bukankah kau anak raja? Apakah kau tidak tahu sopan santun?" Cerocos Rutt dengan santainya. Aku tersentak, melepaskan tangan gadis ini.

"Ah. Maaf atas ketidak sopananku, nona." Aku membungkuk meminta maaf.

"Tidak apa. Ada apa ya?" Tanya gadis itu hati-hati.

"Sebelum itu, biarkan kami memperkenalkan diri kami dulu. Saya Azuera Leona, dan lelaki yang bersikap tidak sopan tadi, Pangeran Luciel Arachangel." Leona memotongku yang hendak berbicara dengan tatapannya yang tajam.

Gadis berambut biru itu tersenyum hendak memperkenalkan diri. "Ah, saya Alt-"

"Althea Ataraxia," Potongku sambil tersenyum. Aneh, aku mengingat namanya meski baru sekali mendengar dari Rutt.

Dia terdiam, mungkin di dalam hatinya dia bertanya-tanya. Ah, aku jadi berlebihan karena terlalu semangat.

"Langsung ke intinya saja, kami ingin kau membantu kami." Leona menjelaskan masih dengan tatapan matanya yaang tajam.

Leona? Ada apa dengannya? Bukankah dia terlalu terburu-buru?

"Maaf, Membantu apa? Boleh saja, aku akan membantu kalian sebisaku," Ujarnya dengan antusias.

"Kau tahu penyerangan Jormugand di kerajaan, 'kan? Aku mau kau membantu kami melawannya." Leona menjelaskan, tatapannya tak diubah sederajat pun. Althea tersentak, tatapan dan gerakannya berubah.

"Kenapa harus aku?" Tanya Althea dengan sikap yang berbeda. "Maaf, aku tidak bisa." Lanjutnya menutup pintu, untungnya masih bisa ditahan menggunakan kaki Rutt.

"Rutt, apa yang kau lakukan?" Tanya Althea yang berusaha menutup pintu. Ia terlihat berusaha menutup pintu dengan rapat.

"Al, kakiku sakit. Bisakah kau membuka pintu ini dulu?" Rutt juga mencoba membuka pintu itu.

"Kalau begitu pergilah, Rutt!" Seru Althea dari dalam.

Brak.

Bukan suara pintu yang dibanting, itu suara pintu yang ditendang oleh Leona. Ya, Leona yang melakukan itu.

Special Event: 4 Different WaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang