Don't Leave

229 15 6
                                    

"Ta!" Gilang segera menarik pergelangan tangan gadis yang berjalan menjauh itu. Tarikan tadi sama sekali tak membuat Gatari menoleh ataupun berbalik barang satu senti pun. Gadis itu sudah tak habis pikir lagi dengan pikiran kekanakkan laki-laki di belakangnya itu. Bagaimana mungkin dia menuduh Gatari melakukan apa yang sama sama sekali tidak dilakukannya.

"Lepasin," Tata mencoba melepaskan cengkraman kuat itu. Sekuat mungkin juga tetap menahan diri untuk tidak menoleh. Gilang mengalah, melepaskan cengkramannya dan berjalan pelan ke depan untuk menatap gadis di hadapannya itu.

"Puas udah bikin orang khawatir? Puas ilang tanpa kabar? Nggak ada di rumah, nggak ada di mana-mana. Oh, atau jangan-jangan lo punya pacar baru? Terus semalem lo jalan sama dia?" tuduh Gilang yang membuat mata Tata melotot seketika.

"Gila apa lo ya?!"

Mengambil napas sebentar, Tata kembali bicara, "Sumpah, Lang. Lo kenapa jadi childish gini sih? Seenaknya aja nuduh gue tanpa tau faktanya!"

Amarah Gatari sudah memuncak. Dia sudah muak dengan perubahan drastis sikap Gilang ini. Baru saja mereka berbaikan karena masalah sepele minggu lalu. Juga sebulan yang lalu mereka bertengkar karena dia yang sedang tidak mood membalas pesan ataupun menjawab telepon dari Gilang. Dan hari ini, Tata sudah benar-benar lelah. Lelah dengan sikap Gilang. Lelah untuk terus mengalah di kala sifat keras kepalanya Gilang muncul. Lelah sampai Tata berpikir,

"Kita break dulu ya, Lang. Gue pengen istirahat sebentar. Capek. Lo selalu egois, nggak pernah dengerin gue. Nggak pernah ngerti perasaan gue." Tanpa menunggu persetujuan orang yang diajaknya bicara, Tata cepat-cepat berjalan menjauh. Meninggalkan laki-laki itu terpaku. Mencermati apa yang baru saja di dengarnya.

***

Gilang : Ta, lo masih marah?

Pesan yang sudah ia baca dua jam yang lalu tak kunjung dibalas. Memang begini seharusnya, 'kan?

Ponsel Tata bergetar lagi. Pesan dari Gilang kembali mucul.

Gilang : Keluar. Gue di depan.

Tata masih tak peduli dan hanya membacanya. Dia hanya berbaring di ranjangnya, sesekali berguling tak karuan sambil menatap langit kamar. Pandangannya kosong. Suasana hatinya sedang tidak baik untuk melakukan apapun. Sampai tiba-tiba dia mendengar suara kenop pintu. Pintu dibuka.

Tanpa menengok, Tata sudah tahu siapa yang datang. Dia hanya berdiri di ambang pintu. Air mukanya menunjukkan bahwa dia kecewa dan kesal di waktu yang bersamaan.

"Kenapa nggak bales chat gue?" tanya Gilang tanpa berbasa-basi. Emosinya bisa meledak saat itu juga jika dia tidak berusaha keras menahannya. "Lo nggak punya sopan santun? Masuk kamar cewek tanpa ngetok dan langsung masuk?"

Tanpa membalas pertanyaan Tata, Gilang langsung berjalan mendekat dan menarik paksa lengan Tata. Sontak Tata kaget setengah mati dan hampir terpekik saat menyadari dirinya tiba-tiba terangkat, menjauhi kasurnya. Gilang menyeretnya paksa menuruni anak tangga.

Cekalan tangan Gilang terasa sama dengan yang tadi siang. Kasar dan tidak merasa bersalah. Mereka sampai di depan pintu rumah Tata.

Gilang melepaskan cekalannya. "Maaf, gue nggak bermaksud." tuturnya merasa menyesal saat melihat ada bekas kemerahan di pergelangan tangan yang sedang Tata usap.

"To the point aja, ya, Lang. Kenapa lo jadi kasar sama gue? Kenapa lo makin childish dan sok tau? Kenapa...."

"Karena gue nggak mau lo lepas dari gue!" Gilang melanjutkan, "Gue merasa lo makin jauh, Ta." Tata terdiam. Apa yang dikatakan Gilang ada benarnya juga.

Gilang menatap manik mata gadis di depannya, menunggu mengucapkan sesuatu. Tapi gadis itu tak kunjung membuka suara. "Apa lo udah nggak ada rasa sama gue?" Tata segera menolehkan kepalanya ke arah lain. Tak ingin terus menatap sepasang mata yang selalu ada untuknya dulu. "Ngomong dong, Ta. Gue kayak ngomong sama batu."

Gatari masih bergulat dengan pikirannya. Banyak yang ingin dia sampaikan tapi lidahnya kelu. Tatapannya berpindah ke bawah, menatap sandal jepitnya. "Lo egois, Lang."

"Bukan itu yang gue tanya." Tatapan penuh harapnya berubah seketika menjadi tatapan Gilang yang dulu. Tatapan sebelum Gilang mempermalukan Tata di koridor sekolah. Tajam dan tidak menghargai lawan bicaranya. Tata yang tau bahwa Gilang mulai merasa kesal, tidak ingin memperkeruh keadaan. "Oke! Perasaan gue udah nggak kayak dulu lagi, Lang. Tapi bukan berarti gue udah nggak ada rasa sama lo," Gilang mencari-cari sorot kebohongan dari matanya, Tapi nihil. Tata bicara bersungguh-sungguh.

"Kenapa?" tanyanya lirih. Benar sudah dugaan Gilang selama ini.

"Gue nggak tau. Makanya gue nggak mau ketemu lo. Tapi, dengan lo marah sama gue, lo kasar sama gue dan lo yang sok tau, bikin perasaan gue makin lama makin ilang."

"Tapi kenapa lo baru bilang sekarang? Kenapa lo baru bilang disaat gue nggak mau kehilangan lo? Disaat gue lagi sayang-sayangnya ke lo?"

"Karena gue nggak mau nyakitin lo, Lang!"

"Tapi dengan kayak gini, lo justru udah nyakitin gue sebelum lo jujur!" Tata kalah telak. Mau bagaimana pun caranya, apapun yang dikatakan Gilang semuanya benar. Tata yang terlalu menyalahkan Gilang. Tata yang selalu menganggap Gilang egois. Jika saja dia segera berbicara saat apa yang dirasakannya mulai hilang, mungkin mereka tidak bertengkar seperti saat ini. Mungkin Gilang bisa mengerti dan memperbaiki hubungan mereka. Mungkin mereka baik-baik saja. Tetapi semua kemungkinan itu hanya bayangan.

Tata bingung harus berkata apa lagi. Ini sudah kesekian kali mulutnya tak bisa terbuka di hadapan Gilang. Tidak bisa mengeluarkan satu kata pun.

Perlahan dia bersuara. "Then, what should I do?" Dia tidak yakin Gilang akan menjawabnya. Dia yakin Gilang pasti sudah muak dengannya. Karena dia sudah terlalu banyak menyakitinya.

"Stay here, Ta. Don't leave." Gilang menatapnya lekat. Tata masih belum menjawab.

***

Don't Leave - Snakehips ft.

[a.n]

Maaf kalo cerita ini cheesy, alay, menye-menye. Maaf juga kalo gitu doang. Gua ga terlalu suka cerita yg kompleks bgt. Makanya jadinya gini. Gajelas. Gantung. Jelek lagi, ih.

Maaf kalo karakter nya gamirip. Udah rada lupa soalnyaa. Lagian chapter yg diapus banyak bgt :v

THANKS BUAT KA aintnocaptain YG UDAH MEMBUAT KONTES MENULIS INI. GUA SEBENERNYA GA MAU, TAPI HADIAHNYA... BUSEEEH. SIAPA YG GA MAU NOVEL GRATIS? FEEL REAL PULA! PENULISNYA KA RADIN PULA! NIKMAT TUHAN MANA LAGI YANG INGIN KAMU DUSTAKAN?

MAAP JUGA KEBANYAKAN BACOT. GUA TERLALU EXCITED OMG!!

Udah ah cape.
Untuk Ka Radin, pilih aku please!!

Don't Leave (Feel Real)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang