One Morning - Chapter 2

174 8 0
                                    

Aku sedikit tersenyum melihatnya, jarang sekali aku melihat dirinya yang masih tertidur di pagi hari. Dirinya yang selalu tidur menghadapku dan tidak pernah sekalipun membelakangiku, selalu membuatku merasa nyaman. Karena sebelum menikah, aku pernah berkata padanya, “Jangan pernah meninggalkanku, sesulit apapun itu. Tetaplah disini dan bersamaku. Bahkan jika kau tak menyukainya, kumohon lakukan saja. Jika kau tak bersedia, maka berhentilah disini sebelum kita menikah” Perkataanku itu selalu kuingat, begitupun dengan dirinya. Janji sebelum kami menikah. Janji disaat perasaan kasih belum muncul di hati kami.
Aku menaikkan selimutnya, supaya dia tetap merasa hangat. Lalu kukecup keningnya sejenak. Setelah itu aku berniat untuk segera membersihkan diri dan bekerja. Demi rakyatku yang beberapa diantaranya sekarang masih diselimuti rasa kesepian dan kegelapan. Dia mengernyit dan membuka matanya perlahan. Dengan sigap aku berkata, “Maaf aku tidak berniat membangunkanmu, tidurlah lagi, kau pasti masih lelah, tidurlah lagi”.
“Lalu, bagaimana denganmu? Kamu berkerja dan mengurus semua dokumen itu sampai pukul 3 pagi. Dan aku yakin, tidurmu kurang dari 2 jam, begitukan?” jawabnya segera kemudian duduk. Tepat disampingku,dengan selimut yang masih menutupi kaki kami. Seperti biasa dia selalu mengerti diriku dan selalu mencemaskanku. Ratuku yang begitu penuh dengan kasih ini selalu mendukungku dan menyayangiku. Aku diam saja mendengar jawabannya, dan hanya melihat dirinya dengan pertanda bahwa perkataannya benar. Kemudian ia berkata, “Tetaplah disini dan aku akan menyiapkan air hangat untukmu. Tunggu sebentar, aku akan memanggil ketika airnya sudah siap,” katanya dengan penuh senyum seperti biasa.
Sebelum dia beranjak dari tempat tidur, aku menahan dan memeluknya. “Terima kasih. Karena begitu baik padaku dan merawatku,” kataku sambil meletakkan daguku di atas bahu kanannya. Dia membalas pelukanku dan terasa tersenyum, sambil berkata “Tentu saja, itulah tugas sebagai seorang istri. Dan terima kasih karena telah menjadi raja yang begitu baik untuk rakyatku Tenebrae. Terima kasih karena telah menjadi raja yang adil dari kedua kerajaan ini. Terima kasih karena telah menyatukan keduanya dan berlaku adil. Ini hanya sebagian kecil yang dapat kulakukan untukmu. Bukankah seorang ratu harus selalu mendukung rajanya? Begitukan Paduka Raja?”
Selalu saja, dia mengucapkan hal manis dan sanggup menenangkanku. Aku bersyukur menikah dengannya. Walaupun kenangan pahit pernah mengganggu kami. Saat aku diharuskan melawan dirinya dan seluruh pasukannya di malam itu, dan menyebabkan dia hampir saja mati.
“Nanti saja, aku ingin melihat matahari terbit. Mau melihatnya bersama?” aku melepas pelukannya, dan menatapnya dengan penuh harap dia mau melakukannya. Dia tersenyum dengan wajahnya yang terlihat begitu lelah. Kami beranjak dari tempat tidur dan menuju balkon. Tapi tiba-tiba, ponselku berbunyi dan aku meraihnya, “Sebentar,” kataku pada Stella. Aku mendapat sebuah pesan dari Prompto. Setelah membacanya, aku tersenyum kecil. “Ada apa?” tanya Stella. “Dewan tertinggiku memberikan perintah padaku. Sekarang mereka begitu berani,” aku mengucapkannya lalu sedikit tersenyum.

One Morning (FF Noctis Stella)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang