Bagian 2

16 9 4
                                    


Langit biru mulai menguasai kota. Matahari mulai menampakkan sinarnya.

Aku mulai terbangun dari tidurku. Aku mengambil handuk, lalu beranjak ke kamar mandi, membiarkan air shower mengguyur kepalaku.

Aku keluar dari kamar mandi dan mengenakan baju di kloset. Setelah mengeringkan rambutku, aku mengoles roti dengan selai cokelat dan langsung melahapnya. Aku melirik jam, sudah jam 07.00 langsung saja aku mengambil tasku dan berjalan keluar dari apartemenku. Aku membuka garasi bawah tanah dengan finger print.

Di dalamnya ada puluhan mobil dengan kuncinya di samping masing masing mobil. Aku mengambil mobil sport berwarna silver, lalu melajukannya di jalan kota Jakarta.

Sesampai di perusahaanku, aku memarkirkan mobil di parkiran khusus CEO. Lalu, mengambil jalur melalui lift rahasia yang hanya diketahui olehku. Lift ini menghubungkan parkiran ke kamarku di ruangan CEO.

Aku tersentak melihat pemandangan di depanku. Langsung saja aku mengggebrak meja sehingga menghentikan aktivitas dua insan di depanku.

"Anda tau dimana pintu keluar?" Ujarku pada lelaki itu.

Lelaki yang tidak kuketahui siapa namanya itu, langsung berdecak kesal ia keluar sambil membanting pintu.

Kini pandanganku terarah pada gadis setengah naked di depanku. Ia tertunduk dengan wajah merah.

"Jadi ini yang anda kerjakan selama saya tidak ada disini?"

Gadis itu tidak menjawab pertanyaanku.

"Betulkan baju anda, dan bawa berkas berkas ke ruangan saya."

"Baik miss." Ujarnya gugup.

Ia keluar dari ruangan.

Aku menelepon asisten pribadiku.

"Halo"

"Halo, ada yang bisa saya bantu nona?"

"Carikan saya sekretaris baru"

"Baik, akan saya lakukan."

Tut tut tut

Sambungan langsung kuputuskan karena tidak ada yang perlu kubicarakan lagi.

Tok tok tok

Aku menekan remot khusus untuk membuka pintu.

Dia masuk sambil membawa setumpuk berkas.

"Bereskan dokumenmu, dan silahkan keluar dari perusahaan saya. "

Dia menatapku dengan tatapan tak percaya.

"A-Apa anda m-memecat saya nona?"

"Bukankah sudah jelas?"

"Kumohon jangan pecat saya nona. Saya akan..."

"Keluar sekarang." Tegasku padanya.

Dilla, gadis itu tidak berani berkata berkata lagi dan langsung keluar dari ruanganku.

Aku menyesap hot chocolate yang dibawa oleh seorang Ofice Girl yang ada di perusahaan ini. Lalu menandatangani berkas berkas yang baru dikirim dari perusahaan pusat di Amerika.

Salah satu berkas membuat tanganku berhenti menandatangani. Sebuah sekolah yang termasuk salah satu aset perusahaanku meminta dana untuk perenovasian sekolah, dan itu senilai 3,3 milyar.

 Sebenarnya aku bisa saja memberikan langsung dana itu. Namun sebulan yang lalu, sekolah yang sama juga meminta dana untuk perenovasian sekolah sebesar 5 milyar. Kepala sekolah ini ingin bermain main denganku? Baiklah, akan kuikuti  alur permainannya.

Problem and LoveWhere stories live. Discover now