CHAPTER 2

94 14 2
                                    

Kumpulan murid sudah berkumpul di tengah lapang, bersiap untuk melaksanakan upacara bendera.

Di luar pagar sekolah, berdiri lah seorang gadis yang sedang melompat lompat, berusaha untuk melihat apa yang terjadi di dalam pagar.

"Kesiangan ?," Tanya seorang remaja pria yang baru saja datang.

Reina menatap ke arah pria itu, lalu mengangguk setelahnya.

"Lo murid baru yah," Ucapnya.

Reina memberikan tanggapan yang sama, yaitu anggukan.

"Oh, ngomong ngomong, jam segini biasanya guru guru lagi pada sibuk tuh ngurusin anak anak buat baris, lo mau gak gue ajak lewat pager sebelah sana ?," Ucap Raihan.

Reina menimang perkataan pria itu lalu mengangguk kembali.

"Lo tuh ya, bisu atau gimana sih, gak bisa ngomong lu yah ?," Ucap Raihan dengan ekspresi jengkel.

"Bisa, lagi gak mood aja, ayo cepet, mana pagernya ?," Kata Reina.

Raihan memincingkan matanya, lalu berkata, "Lo serius bisa manjet tuh pager." Sambil menunjukkan pagar yang tinggi di ujung benteng sekolah.

"Ngeremihin nih ?, jangankan pager, benteng juga aku bisa kok," Balas Reina tak kalah garang.

"Ok sip, ayo buruan," Jawab Raihan.

Mereka berjalan mengendap ngendap, hingga tibalah di depan sebuah pagar yang menjulang tinggi.

"Gue dulu, nanti lo gue bantuin," Ucap Raihan.

Reina setuju dan berkata, "Iya."

Raihan dengan lihainya memanjat pagar dengan tangan dan kaki yang di pijakkan pada besi yang di rangkai sedemikian rupa.

"Pegang tangan gue," Raihan berucap.

Dengan cepat, Reina menarik tangan Raihan dan menjadikan nya topangan untuk menjaga keseimbangan.

Setelah berhasil turun ke bawah, mereka kembali mengendap dan bersembunyi di balik pohon cemara.

"Lo berapa kilo sih berat banget," Ucap Raihan.

Reina memainkan jarinya, membentuk angka 4 dan 3, yang menunjukkan berat badanya adalah 43 kilogram.

"Anjay, berat banget lu, ohiya kan sebelah pipi bapau lu aja udah 3 kilo yah," Ucap nya sambil tertawa.

Reina meninju pelan bahu Raihan lalu berkata, "Ngk gitu juga kali."

Raihan mengintip keadaan di luar pohon, lalu mengacungkan jari telunjuknya, memberi isyarat bahwa sekarang aman.

Raihan melangkah ke arah yang berbeda dengan Reina.

"Ehh, Mau kemana ?," Tanya Reina.

"Mau ke barisan kelas 8 lah," Ucapnya.

"Oh, makasih yah," Kata Reina.

Pria itu mengacungkan ibu jarinya lalu berkata, "Sip."

Reina berlari dan langsung menyelinap masuk ke barisan teman teman sekelasnya berada.

"Anak baru udah kesiangan aja," Terdengar bisikan yang keluar dari mulut Syaima menuju telinga Vanya.

Reina mendengar percakapan itu. Dia menepuk bahu Syaima dan berkata, "Ngomong apa kamu tadi ?, coba ulang."

Merasa ketahuan, Syaima mencubit lengan Vanya untuk minta pertolongan.

"Aww," Vanya meringis dan pergi menjauh dari Syaima dan menukar barisan nya dengan Tia, sehingga Vanya berbaris di belakang dengan Valda.

PEKA  (proses penulisan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang