CHAPTER 6

95 8 2
                                    

Rizal naik ke atas panggung kayu di atas pasir pantai dengan senyuman yang tak berhenti merekah dari bibir galingnya.

Bagaimana tidak ?, Rizal berhasil menjadi juara kelas dan meraih nilai tertinggi PAS di angkatannya.

selain itu, Rizal pun memenangkan taruhannya dengan Raihan dan tentunya dia akan mendapatkan gadis incarannya dengan mudah tanpa gangguan Raihan.

Miss Clarina memakaikan mendali dan menyerahkan piala kepada Rizal. setelah itu Rizal di persilahkan untuk menyampaikan apresiasinya atas keberhasilan dirinya.

"Selamat malam semua.. terutama untuk si doi yang pake kemeja biru dan berhijab itu." Sontak semua mata tertuju pada Reina yang mengenakan kemeja panjang kotak kotak berwarna biru dan hijab berwarna senada.

Reina Alya Al-Ghiffari, gadis petakilan yang di sukainya dan menjadi incaran utamanya belakang ini.

"Rei, kok kak Rizal manggil kamu si doi, jadian kalian ?," Ucap Hanum antusias.

Reina menggidikkan bahunya, dia sendiri pun tak mengerti dengan pola pikir Rizal. Kemarin- kemarin Rizal berubah drastis pada Reina, dan hal itu membuat Reina ketakutan sendiri.

"Pertama tama saya mengucapkan terimakasih pada tuhan, kedua terima kasih untuk para guru, orang tua, dan terimakasih bro Raihan buat semuanya."

Raihan mendelikkan matanya kesal, ketika tatapan aneh membombardir pertahanannya, di tambah dengan pikirannya yang kalut sekarang.

Bukan karena tak menjadi juara kelas, melainkan dia harus rela menjauh dari Reina, yang dengan susah payah dia dekati untuk menghindarkan nya dari sang pemangsa.

Rizal Pandu Winata.

"Dan saya jug- -," Rizal seketika menoleh ke arah orang yang mengambil microphone nya. Dan ternyata dia adalah Mr Jo.

"Maaf di sini ada kesalahan teknis, yang seharusnya menjadi juara kelas 8 dan peraih nilai PAS tertinggi adalah Raihan Mahardika. Mohon maaf sekali lagi."

Wajah berseri Rizal berubah seketika menjadi merah padam karena berusaha menahan amarahnya, di sertai rasa malu yang sungguh besar.

Setelah mendapat instruksi dari Miss Clarina, Raihan naik ke atas panggung dan berdiri tepat di tempat Rizal berdiri tadi.

Dan mendali serta piala itu pun telah berpindah tangan pada pemilik yang sebenarnya.

"Malem.." Raihan memulai perkataannya. "Gue mau, eh saya mau ucapin makasih ke Miss dan Mister JHS Nasional yang udah mau ajarin anak badung kayak saya ini. Dan buat gadis berkuda putih yang seminggu ini udah mau ajarin saya padahal dia juga harus belajar. Makasih Reina."

"Cieeeee," Ucap seisi pulau pemeungpeuk.

Reina tertunduk malu menyembunyikan rona merah di pipinya.

"Okayy, sekarang saatnya games untuk sang juara juara kelas, horeee," Miss Marun menyerahkan balon pada Rizki, Raihan, dan Vanya.

"Kalian boleh pilih pasangan kalian masing masing. Dan inget, harus lawan jenis yah," Miss Marun pun menyerahkan microphone pada Rizki.

"Nabilla Azzahra anak bapak Syarifudin," Gelak tawa pun terdengar seketika.

"Ekhm Ekhhmm," Reina membalas prilaku Bella meledeknya tadi.

Reina menggeret Bella ke atas panggung. Namun saat dia hendak turun, "Gadis berkuda putih,"

Reina melompat dari atas panggung yang cukup tinggi.

"Masya allah," Nuril geleng geleng dan meminta bantuan pada Makki untuk menggeret Reina naik ke atas panggung.

Reina pun berhasil di derek ke atas panggung, membuatnya kesal bukan main pada Makki.

Kini giliran Vanya yang memanggil teman dansa nya.

"Saya gak ikutan aja deh Miss," Vanya menyerahkan balon itu kembali pada Miss Marun. Namun balon itu gagal di tangkap oleh Miss sehingga terbang.

"Hap !," Tubuh tinggi Makki memudahkannya untuk mengambil balon itu.

"Nahh, Makki sama Vanya aja yah ?," Tanya Miss Marun.

Bukan laki laki gantle namanya jika Makki menolak.

Makki mengangguk mantap dan mulai menghimpitnya balon itu di dahinya tentunya juga pada dahi Vanya.

"Selamat yah," Makki mengawali pembicaraan.

"Iy- iya makasih kak," Vanya menjadi salah tingkah dan berulang kali salah melangkah.

"Gak usah parno gitu kali, saya gak akan galak galak juga, ini kan bukan lagi pelatihan kipper," Makki tertawa renyah, sedangkan Vanya, dia terpaku menatap betapa tampan nya Makki jika di lihat dari dekat.

"Padahal kamu terus lihat kebawah, tapi kok kamu masih bisa yah injak kaki saya ?," Ucap Makki.

Vanya tersenyum kikuk, membetulkan poni jepit di poni nya.

"Kamu cantik," Makki tersenyum ke arah Vanya yang semakin gelagapan.

"Kakak bilang apa tadi ?," Tanya Vanya meski sebenarnya dia mendengar apa yg Makki ucapkan.

"Ouh enggak, itu ad- - "

DOOORRR !!!!

Ketiga balon itu meletus bersamaan, membuat triple pasangan ini memasang ekspresi yang berbeda.

Wajah Vanya dan Makki sangat dekat, dan hanya terhalang sehelai rambut hitam legam milik Vanya.

Saking dekat nya, Vanya dapat merasakan hembusan nafas Makki, begitupun sebaliknya.

"Aduhhh duhh," Jeritan Reina lah yang memecah lamunan dari pasangan Makki dan Vanya.

Mereka langsung tersenyum kikuk satu sama lain.

"Ehh sorry Rei," Raihan mengusap- usap dahi Reina.

Sedangkan Reina memasang ekspresi se datar mungkin, padahal jantung nya sedang loncat loncat di dalam sana.

Berbeda dengan Vanya- Makki atau pun Reina- Raihan, Bella dan Rizki menampilkan ekspresi berbeda.

Bella hampir saja jatuh tadi, untung saja dengan cepat Rizki menahannya, membuat mereka terlihat seperti sedang berpelukan. Namun ekspektasi selalu berbeda dengan realita bukan ?.

Bella membenarkan jilbab nya dan mengucap terimakasih.

Sekarang sorot mata ke enam orang di panggung ini terarah pada Ardi yang memegang dua jarum. Dan satu jarum lagi ada di tangan Virly.

"Pissshh," Virly mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya lalu ngacir entah kemana.

"Hehe kok serem yah ?," Ardi cengengesan sambil memasang pupy eyes nya.

Ketiga pria di atas panggung pun mengangkat tubuh Ardi seperti sedang membawa kambing guling.

1.. 2.. 3..

"ANJEEEERRRR !!!!," Tubuh Ardi terhempas dan tercebur ke laut.

Dia segera bangkit dan menciprat cipratkan air yang rasanya asin itu.

Semua orang tertawa geli melihat tingkah laku Ardi yang sudah seperti manusia pasir sekarang.

Efek baju yang basah dan sempat jatuh ke gundukan pasir, saat dia berdiri, terlihat seperti manusia pasir yang baru saja bangkit dari peristirahatannya.

"Rei !," Rizal mengguncang pelan bahu Reina dan berhasil membuat tawanya terhenti.

"Hmm ?," Balas Reina.

"Lo mau kan jadi cewek gue ?,"

"Hah ?!," Reina terbelalak kaget.

Di sisi lain, diantara kerumunan orang, seorang pria berdiri dan menatap ke arah Rizal dan Reina.

'Gue telat !,' Benak Raihan.

~ ~ ~

Sebenernya kesempatan itu gak dateng dua kali, walau sekarang gue di tolak, seenggak nya gue udah nyoba, dan mungkin gue bakal terus nyoba..

-Rizal Pandu Winata-

Assalamualaikum Readers.. sorry telat update, thanks Vote and comment nya yah laffyuhhh 😚



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PEKA  (proses penulisan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang