Selain makan dan tidur San-san sangat suka mengoleksi novel dan film. Semua novel yang berbau reinkarnasi dan film time travel menjadi pujaanya. Damn!
Semenjak ayahnya terang-terangan mengutarakan ketidak sukanya kepadanya, itu artinya San-san harus menerima takdirnya untuk bersedia menjadi istri seorang bilyuner. Berdoa saja agar suaminya kelak bukan orang seumuran ayahnya, membayangkanya saja San-san sudah bergidik ngeri. Bayangkan saja jika kalian harus berada dalam satu ruangan dengan kakek-kakek dan itu adalah suamimu sendiri. Atau bayangkan saja kamu harus menikah dengan seorang yang umurnya hampir dua puluh tahun diatasmu, lalu bayangkan lagi jika pada saat kamu masih menjadi manusia tampa dosa (bayi) kamu harus bersama dengan pria dewasa dimasa depan. Tolonglah San-san ingin menjadi bayi selamanya. Well, meskipun yang terakhir sedikit berlebihan. Tolongggg! Save me!!
Huh.... memilukan!
San-san baru saja akan membayar tagihan selepas mengambil seporsi soto dan es teh. Makanan khas anak SMA disekolahnya. Namun sebelum, uang itu berhasil mendarat pada tangan ibu kantin suara seseorang berhasil meghentikan gerakan San-san.
"Berapa bu..?" kata seorang yang juga mengenakan seragam yang sama dengan San-san hanya saja set bet kelas yang beda.
Ibu kantin yang tersadar lebih dulu, segera merespon pertanyaan itu. Namun sebelum berbicara ibu kantin berpikir untuk menaikan harganya dua kali lipat. "Empat puluh ribu." kata ibu kantin dengan senyum sumringah. 'Sungguh ibu kantin yang licik' cibir San-san dalam hati. Anak kelas lain(AKL) itupun menyerahkan uang lima puluh ribu, "kembalianya buat ibu aja." katanya. Double kill!!
Ibu kantinpun segera berterimakasih dan mengambil uang berwarna biru itu lalu, segera melarikan diri.
Sebelum San-san ingat untuk berterima kasih. San-san yang tersiksa karena dua tanganya tengah mengeteng mangkuk dan gelas es tanpa nampan. Jelas sangat tersiksa oleh rasa panas dingin yang sebentar lagi akan membuat tanganya mati rasa. San-san pun segera mencari meja makan kosong dan ngacir tanpa menengok kanan kiri. 'Huff.... Tangan idahku.' batinya, setelah meletakan dua benda itu.
"Kamu ngga papa?" kata AKL yang baru disadari San-san ternyata mengikutinya.
Bukanya menanggapi San-san malah merespon dengan jawaban yang lain, dengan mengatakan. "Thank's bro." Meskipun San-san susah memiliki teman, bukan berarti dia susah bergaul. AKL itupun hanya tersenyum dan duduk dibangku depan tempat San-san meletakkan makananya. Merasa sedikit lapar karena tadi pagi belum sempat sarapan San-san segera menyerbu dua bola bola kecil yang sengaja dimintanya tadi pada ibu kantin.
Tiga menit berlalu, menuju lima. San-san yang merasa diperhatikan dengan sedikit enggan melirik AKL dan membuka mulutnya hanya untuk berkata "Mau aku pesenin?" katanya dengan tak suka, meskipun hanya tatapan, San-san masih tak rela membaginya. Apalagi tatapan itu tertuju untuk makananya. Makananya!!! Yang bagi San-san berarti, 'Hidupnya!!!.'
'Damn!!'
'Harusnya kau juga membeli untuk dirimu sendiri!!' batin San-san jengkel.
"Kamu anak kelas mana?" kata AKL itu yang coba mengalihkan fokus orang tertentu. Meskipun AKL itu telah mengalihkan fokus, San-san masih terus melindungi tiga bola bakso yang masih tersisa. Takut-takut jika AKL ini akan mendesaknya dititik terakhir percakapan.
"12 Ipa A" kata San-san, dan segera menyendok satu bola kemudian. Two again, and you will winner. San-san benar benar merasa akan merayakan kemenagan sebentar lagi.
"Oh.. Oke, lanjutin aja makanya. Maaf, aku harus pergi lebih dulu." katanya dengan segera berdiri dan meninggalkan kantin. 'Oh, kasihan!!' padahal San-san sangat jelas dengan raut wajah itu.
******
Merasa sedikit sedih dan bosan San-san beberapa kali melempar batu ke danau yang memang persis berada dibelakang sekolahnya. Kini San-san benar benar tertekan. Selain handphone satu satunya yang tersisa hanyalah atm itupun hanya berisi beberapa ratus ribu, padahal sebelum ini ayahnya memanjakan semua anaknya dengan harta yang luar biasa. Siapa sangka, jika kamu adalah salah satu magsanya kamu benar benar tak akan bisa berkutik.
Rasanya San-san tak ingin pulang saja. Tapi San-san benar benar tak punya apa apa dan siapa siapa sekarang ini. Dia benar benar sendiri. "huufffff.... Benar benar membingungkan hidup didunia ini." cicit San-san dan kembali melemparkan batu ke arah danau, hingga berbunyi 'celepuk..'
"Kakak kamu disini, rupanya." Kata Si Yihan mendekati bola daging ehm... *(San-san)
"Ahhh... Yihan kamu sudah selesai." Kata San-san menoleh ke belakang.
"Hemm.." Kata Si Yihan megiyakan perkataanya, "Kakak apakah kamu ingin makan sesuatu?" Kata Si Yihan kembali, sejujurnya Si Yihan sangat iba dengan kakaknya yang satu ini. Meskipun perilakunya yang sedikit aneh dan pemalas sejujurnya dia cukup bersahabat dan baik.
"Adik kecil, kamu sangat baik. Suatu saat pasti kakak ini akan membalasmu." Kata San-san terharu. Namun kalimat yang keluar dari mulut San-san selanjutnya benar benar membuat hati kecil seseorang tertentu menjerit jerit seperti tengah tertusuk ribuan jarum. Si Yihan menyesal pernah menawarkan sesuatu untuknya. Dimasa depan dia pasti tidak akan mengulanginya.
"Baiklah karena adik kecil mengatakan seperti itu kakak tak akan malu malu lagi, mari kita pergi ke ujung sudut sekolah kakak ini sedikit merindukan daging gemuk berlemak." Katanya dengan ekspresi sedikit mengiler.Mendengar kata-kata kakaknya yang memang tak tahu malu, sedikit rasa menyesal meghingapi hatinya. Harusnya dia yang pergi memilih tempat makan tersebut dan bukan kakaknya ini, sungguh 'kakak kamu benar benar tak tahu malu.'
***
ᎻᎪᏞᎾ ᎡᎬᎪᎠᎬᎡ ᎢᎬᎡᏟᏆNᎢᎪ!!
ᏚᎬᏩᏆNᏆ ᎪᏓᎪ YᎪ ᎠᏌᏞᏌ ᎻᏌᎻᏌᎻᏌᎻ.....ѕejυjυrnya ιngιn ĸυ ĸeтιĸ panjang panjang тapι nanтι ĸalιan вoѕen jadι ѕegιтυ aja ya dυlυ...
~ѕalaм ғυjoѕι
KAMU SEDANG MEMBACA
Mommy, Daddy Where Are You !!!
RomansaBercerita tentang seorang gadis yang terlahir kaya dan sangat pemalas dimana dia harus rela untuk dijodohkan dengan seorang anak dari rekan bisnis ayahnya. "well, jangan dekat-dekat." "memangnya mengapa?" "ahh.. Jangan di sebelah situ.. Kau menyiksa...