Chapter 2 : Air yang Tenang

12 3 2
                                    

“Yo!”

“Oh, kalian sudah datang”

Ketika sampai di ruang OSIS langsung saja kami disambut oleh dua orang menyebalkan yang selalu pacaran di ruang OSIS, Waketos Rize dan Bendahara Tom.

“Pacaran terus, kerjain tugaslu sana! Nanti repot lagi pas deadline!”

Akavsky berbicara seperti itu, tapi ia langsung duduk di depan komputer sambil mengenakan mouse gaming dan Headset miliknya. Tentu bisa ditebak kalau ia ingin main game. Yah, aku tidak bisa berbuat apa-apa juga sih.

“Ish, kalian ini! What's wrong my friend? Nothing is wrong right?” Tom hanya menjawab Akavsky dengan santai.

“Kebanyakan gaya lu!” ucapan Rize sepertinya sangat menusuk hati Tom, mukanya saja menjadi terlihat menyedihkan.

“Rize, tadi Pak Aries titip pesan”

“Oh, apa”

“dia bilang sampaikan ke Aria bahwa hubungi Arsiel dan Archmage Mesta untuk membantu menemukan pelaku Teleport Gate di gua itu”

“Gua apa?”

“Oh, ya kau tidak ikut waktu itu. Nanti aku ceritakan”

“Ok, aku hubungi mereka berdua dulu”

Rize langsung buru-buru pergi keluar, kurasa telepati juga butuh sinyal yang bagus, hahaha.

“F*cking Noob team!” Akavsky tiba tiba marah dan membanting keyboardnya

“Kalah lagi, gan? Ntar main ama gw aja, Slow.”

“Gw hampir 'Rampage!' tadi, Ngeselin!”

Yah, aku tidak mengerti apa yang mereka katakan. Bahkan aku tidak mengerti apa serunya game yang bergenre MOBA itu.

“FILIAAAA!!!”

“Hah? Heh?” Tentu saja aku kaget ketika Rize datang dan teriak-teriak seperti itu.

“Mas Arsi bilang nanti malem Defenders jaga sekolah ini. Takutnya terjadi apa-apa”

“Oh, oke!”

Aku hanya mengiyakan saja, yah kurasa aku akan meminta ke pak kepsek untuk meminta beberapa guru berjaga bersama kami. Entah ini perasaanku, atau Akavsky memang melirik ketika Rize memintaku menjaga sekolah, ah sudahlah.

Ketika malam hari.....

“Bosan nih, mabar apaan kek, kuy!” Razali sepertinya benar-benar bosan, yah kurasa bukan hanya dia

“Sabar! Bukan hanya kau yang bosan, aku juga!” dan seperti biasa Garald bersikap seperti orang tua, yah badan besar dan dengan nada suara seperti itu memang mirip sih

“Mabar ini kuy!”

Razali mengeluarkan hpnya, dan menunjukan sebuah game yang tidak asing. Mungkin karena game seperti itu sedang naik daun.

“Halah, gachalu ampas!” Sepertinya Tom ingin memulai pertempuran.

“R kok dipajang, SSR dong!” Garald juga ikut-ikutan

Aku tidak menyangka Garald ikutan, tapi aku hanya diam saja melihat mereka yang semakin ricuh, aku malas meladeni orang seperti mereka.

“WOY, BISA DIAM, NGAK? RIZE SAMA ESTAR LAGI TIDUR!”

“Eh, maaf kami malah menggangu”

“Sorry!”

“Amvun :v”

Suasana hening ketika wakil ketua yang lebih galak dan disiplin dari aku membentak mereka. Lilia Aster Krahdin, itulah namanya, entah apa maksud Krahdin, mungkin orangtuanya kehabisan ide.

“Filia, aku hanya mendengar sekilas tentang Teleport Gate di gua artifisial itu, jadi bisa kau jelaskan lebih lengkap?”

“Ah, kalau itu aku bisa. Kurasa aku harus mulai da-”

*BOOM*

Tiba-tiba disini seperti kebun binatang, hanya aku, Lilia dan Garald yang mengucapkan istighfar. Yang membuatku heran, Rize masih tidur lelap, walau Estar langsung bangun dan bersumpah serapah.

“Tom, bangunkan Rize! Aku, Lilia, dan Garald akan ke tempat ledakan! Razali, Rize dan Tom berjaga-jaga di sekeliling sekolah, aku takut ledakan tadi hanya pengalihan!”

“Lalu, aku dan Estar bagaimana?”

“Yunata dan Estar cari para guru!”

Kami langsung mengambil senjata dan berpencar sesuai arahanku. Terlihat kilatan cahaya dan ledakan di depan kantor kepsek.

“Hahaha, syeferthinye kau mendapat bantuan tuan kepalah. Saya heran, saaaangat heran, kenapa mereka tidak pingzan zeperti para goeroeh!” 4 orang berbaju hitam bertarung melawan pak guru, kurahap 3 lainnya tidak menyebalkan seperti orang yang satu ini.

“hah, kau saja belum bisa menembus pertahananku!”

Kurasa, pertarungan kali ini akan sedikit sulit.

CHAPTER 2 END....

Foot Note : Chapter 3 belum dijadwalkan

Seven FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang