07

2.9K 565 97
                                    

Hari Kedelapan.
Ternyata Salah Paham.





















🍀🍀🍀



















Hari ini Jihoon bangun lebih pagi. Ia berkutat di dapur selama kurang lebih satu jam—dan bahkan hampir membakar dapur—untuk membuat bekal makan siang. Entah bagaimana rasa dari masakan spesial ala Park Jihoon. Kalau dilihat dari bentuknya, sepertinya itu masih dapat dimakan. Ya, semoga saja.

Pukul 7:30 Jihoon sudah siap. Pemuda manis itu terlihat semakin manis dengan kotak bekal berbentuk nyancat yang sedari tadi ia peluk. Jihoon memang memiliki barang yang lucu-lucu, mulai dari buku berkepala beruang, pensil bergambar gudetama, sampai ke kotak bekal berbentuk nyancat. Tentu itu semua bukan keinginan si manis, melainkan semua ulah Ny. Park yang tergila-gila dengan keimutan putra sulungnya.

Senyum yang terukir di wajah Jihoon kian merekah kala pintu rumah keluarga Bae terbuka, menampilkan sosok yang telah ia tunggu-tunggu. "Bae~!" panggilnya, melempar winkeu winkeu sebagai ucapan selamat pagi untuk sang kekasih.

Jinyoung seketika badmood. Belum juga selangkah keluar dari rumah, tetapi ia sudah dihadapkan dengan cobaan.

Cobaan yang buat hati doi degeun degeun. Haha.

Berusaha menenangkan detak jantungnya, juga dengan menampilkan raut dingin seperti biasa, Jinyoung melenggang melewati Jihoon begitu saja. Ia masuk ke dalam mobil yang sebelumnya sudah dipanasi oleh supir mamanya. Dan siap berangkat sekolah—





"Ih masa Jihoonie ditinggal~?!"





—bersama Jihoon. Iya, ceritanya itu si bantet main masuk tanpa izin ke dalam mobil Jinyoung. Bahkan ia sudah duduk manis di sebelah pemuda Bae.

"Ngapain lo? Keluar."

Mendapat sambutan tidak bersahabat, Jihoon bukannya takut justru menggeleng imut. Bibirnya mengerucut dengan manik menatap sendu ke arah Jinyoung. "Baejin jahat~! Jihoonie gak suka~!" rengeknya.

Embusan napas kasar meluncur dari yang lebih muda. "Siapa peduli, huh?!" balasnya garang.

Padahal aslinya ambyar. Haha.

"U~eung~!" Jihoon menggeleng-gelengkan kepalanya. "Harus peduli dong~!" Tanpa sadar ia aegyo. Menggemaskan sekali, tapi sayangnya Jinyoung tak akan mengakui fakta tersebut.

"Emang lo siapa?!"

Jihoon mengedipkan matanya beberapa kali saat mendengar pertanyaan Jinyoung. "Pacar~?" tanyanya sembari memiringkan kepala. "Pacar kan harus saling peduli~!" lanjutnya setelah meyakinkan diri kalau mereka berdua berpacaran. Lalu Jihoon tersenyum manis ke arah Jinyoung.
















Reg.














Deg.  Deg.
















"I—ini gue beneran sakit jantung apa gimana sih?!" — Inner Jinyoung, 16 tahun, belum mau mengakui perasaannya.






















ICE CREAM •• DEEPWINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang