Hari Kesembilan Belas.
Lai Guanlin.🍀🍀🍀
Hari ini Jihoon menghindari Samuel. Semalam, pemuda manis itu baru saja sadar apa yang telah ia katakan kemarin. Bodoh. Berulang kali Jihoon mengumpati diri sendiri. Tapi memang bodoh. Selama ini ia sudah berpura-pura tidak tahu akan perasaan Samuel, namun dalam sekejap justru membongkarnya. Rasa bersalah itu datang, bersama rasa malu yang mendampingi.
Jihoon memang jahat. Tapi Jihoon tidak sejahat itu. Ia berpura-pura tidak tahu bukan karena ia tidak menyukai Samuel. Dia suka Samuel, bahkan sayang. Dan karena itu ia tak mau merusak persahabatan mereka dengan cinta. Ia tak mau persahabatan mereka berakhir karena cinta. Jihoon sudah terlalu nyaman berada di zona pertemanan.
"Hoon?"
Panggilan beserta lambaian tangan memecah lamunan Jihoon. Ia menoleh ke samping, dan menemukan Guanlin yang sedang tersenyum ke arahnya. "Lho? Kok lo di sini, Guan?"
"Bolos hehe," Guanlin tersenyum semakin lebar, yang sukses membuat Jihoon ikut tersenyum. "Lo bolos juga?"
"Iya hehe," Jihoon menjawab sembari membuang tatapannya ke depan. Ia menatap lapangan basket, di mana kelasnya sedang memakai lapangan tersebut untuk pelajaran olahraga.
"Kalo banyak masalah, cerita aja, gue pendengar yang baik, kayak yang pernah gue bilang."
Jihoon kembali menatap Guanlin. Kemudian menghela napas setelah menimang-nimang apakah ia harus bercerita atau tidak. Masalahnya tidak terdengar penting, namun memang cukup rumit.
"Yang pertama, gue nyerah sama Jinyoung. Kedua, gue bego banget udah jadiin Samuel pelampiasan gue."
Ya, Jihoon memutuskan untuk cerita. Ia pikir dirinya memang butuh teman cerita. Dan ia sendiri pun butuh saran untuk menyelesaikan masalah hatinya.
Tapi lima menit menunggu, Guanlin tak kunjung memberikan tanggapannya. "Guan—"
Chu!
"—Kalo lo butuh pelampiasan, gue ikhlas jadi pelampiasan lo. Jadi, kalo lo gak mau nyakitin Samuel, lo boleh nyakitin gue, Hoon. Lo bahagia, gue bahagia."
"...."
Jihoon bingung. Ia gigit bibir bawahnya sembari berkata, "a-apa boleh?"
"Tentu saja!"
🍀🍀🍀
Jihoon mengumpat. Kemarin Samuel, sekarang Guanlin. Kepalanya rasanya mau pecah. Jihoon merasa sangat bodoh. Sekarang bukan hanya satu hati, tapi dua hati yang sedang ia permainkan.
Berhasil menghindar dari Samuel, Jihoon justru bertemu Guanlin. Ibarat keluar dari kandang singa, tapi masuk ke mulut buaya. Eh, tunggu, apa kebalik ya pepatahnya?
Yang jelas, kini Guanlin sedang mengekori Jihoon. Padahal berulang kali Jihoon sudah menegaskan, kalau apa yang terjadi di atap sekolah beberapa waktu lalu tidak seperti apa yang Guanlin pikir. Iya, si manis takut adik kelasnya itu berpikir yang tidak-tidak.
"Jadi, Park Jihoon, lo gak mau kencan ke taman bermain sama gue?"
Dan pertanyaan Guanlin sukses buat langkah kaki Jihoon berhenti. Ia berbalik menghadap Guanlin, lalu melempar tatapan tajam ke arah pemuda tampan itu. "Gak! Gak mau!"
"Kalau pergi nonton gak mau?"
Tatapan tajam Jihoon berubah membola. "Ish! Maksud gue, gue gak mau kencan sama lo!"
"Oke, kita kencannya ke cafe aja. Gue tau tempat yang enak."
"Yaa! Lai Guanlin!"
Baru saja Jihoon akan melempar tasnya ke arah Guanlin, seseorang memegang tangannya dari belakang dan menyela di antara pertengkaran keduanya. "Maaf ya, tapi Jihoon udah ada janji kencan sama gue."
Bukan suara Samuel. Itu suara Bae Jinyoung. Lho—?
TBC.
.
.
.
.Yey aku double update! Biar kalian seneng ♡
Tapi gadanta banget wkwkw maaf ya ceritanya gak jelas banget. Iya, aku tau, iya :") huhu.
Jangan lupa votment ♡ siders bisulan, ya selamat menikmati bisulnya /eoy
KAMU SEDANG MEMBACA
ICE CREAM •• DEEPWINK
Short Story"Like a ice cream, Baejin itu dingin tapi manis di saat bersamaan." - Park Jihoon. [ BxB •• Top!Jinyoung Bott!Jihoon •• Bahasa Semi-Formal ]