Setelah memarkirkan mobilnya, Gilang langsung memasuki rumahnya hendak menuju tangga dan memasuki kamar, tetapi suara seseorang menginterupsi langkahnya.
“Sekarang apa lagi, Lang?”
Gilang diam ditempatnya, enggan menjawab.
“Kamu tuh ya, ngga pernah kapok. Mama sampe capek nerima laporan gini terus dari sekolah, setelah pindah pun masih ngga berubah.” keluh Andien.
“Gilang capek Ma, mau istirahat.” Jawab Gilang lelah lalu menaiki tangga dan memasuki kamarnya. Laki-laki itu tidak menghiraukan Mamanya yang masih berbicara.
Setelah membuka pintu kamar, ia menjatuhkan tas yang sedari tadi ia sampirkan di bahunya dengan sembarang dan menghempaskan tubuhnya ke atas kasur.
Gilang mencoba mengingat kejadian di sekolah tadi, dan tiba-tiba laki-laki itu ingat kalau ia sempat menabrak bahu seorang perempuan dengan cukup keras namun ia tidak menghiraukan perempuan tersebut dan berlalu begitu saja.
Ia mengusap wajahnya dengan kasar dan mencoba untuk berhenti memikirkan siapa nama perempuan itu.
***
Setelah duduk di salah satu bangku kelas hari ini, Gilang merasa sangat malas untuk mengikuti pelajaran. Ia memutar-mutar pulpennya untuk melampiaskan rasa bosan.
Saat tidak sengaja melihat ke sekelilingnya, ia menemukan seorang perempuan yang sedang fokus dengan materi yang disampaikan guru dan mencatatnya di buku catatan. Perempuan itu adalah orang yang ditabrak kemarin, dan Gilang merasa bahwa dia harus meminta maaf pada perempuan tersebut.
Ketika kelas berakhir, Gilang mengekori Gatari tanpa sepengetahuan perempuan tersebut. Gatari yang hendak pergi ke kamar mandi wanita merasa dirinya diikuti, lalu ia berhenti secara mendadak dan menoleh ke belakang untuk memastikan. Gilang yang menyadari perempuan tersebut berhenti berjalan, refleks ia juga berhenti dan mengangkat wajahnya—sebelumnya menunduk melihat sepatu yang dikenakan dirinya—agar dapat melihat wajah perempuan itu.
“Lo ngapain ngikutin gue?!” Gatari tidak percaya bahwa laki-laki yang ada di hadapannya sekarang adalah Gilang.
“Emang gue ngikutin lo?” jawab Gilang dengan santai. “Geer banget jadi cewe”
“Gila ya lo,” sambar Gatari dengan raut wajah tidak percaya. “Udah jelas-jelas lo ngikutin gue.”
Seketika Gilang merasa malas untuk berbicara lebih banyak lagi dengan perempuan—yang menurutnya agak keras kepala dan mungkin memiliki percaya diri terlalu tinggi—yang sedang berhadapan dengannya saat ini. “Berisik lo!” ketus Gilang, lalu berjalan melewati perempuan itu, ia mengurungkan niatnya untuk meminta maaf pada perempuan tersebut.
“Dasar cowo ngga jelas!” umpat Gatari setelah Gilang sudah berjalan jauh.
Sekembalinya Gatari dari toilet, dilihatnya Adel dan Fea telah menunggu dirinya didepan kelas. “Lama banget sih lo ke toilet doang juga.” Sambar Adel “Toiletnya di Belanda ya, Ta?” lanjut Fea. Mendengar ocehan kedua temannya itu, Gatari teringat kembali kejadian dimana ia bertemu Gilang dan percakapan yang menurutnya sangat menjengkelkan sebelum ia memasuki toilet.
“Tadi tuh Gilang ngikutin gue pas mau ke toilet.”
“GILANG?!” seru Adel dan Fea saat Gatari memberitahu alasannya telat kembali.
“Lo kenal Gilang, Ta?” tanya Fea tidak percaya.
“Gilang anak baru itu, Ta? Wah wah, Tata mainnya anak baru nih sekarang.” ledek Adel.
”Ck. Udah deh ah, nanti gue ceritain. Gue laper nih, ayo ke kantin nanti keburu kelas lagi.”
Setelah mendapat tempat duduk dan sepakat siapa yang akan memesan makanan mereka hari ini, Gatari berdiri dan pergi menuju tempat langganannya belanja di kantin. “Bu seperti biasa ya.” pesan Gatari “Siap neng.”
YOU ARE READING
Feel Real (oneshot)
Novela JuvenilBetapa singkatnya perubahan diantara mereka semenjak 'Pertama Kali Bertemu' Giveaway Feel Real by aintnocaptain