3. Dia Nada...

36K 3.3K 206
                                    

Kadang kau harus meladeni petir. 

Ia cinta pada hujan. 

Tapi ia mengerti, tak selamanya petir hadir di saat hujan. 


##################


Lagu 24K Magic dari Bruno Mars mengalun kencang di seantero kamar Nada. Cewek dengan rambut kecokelatan itu menyisir rambutnya di depan kaca, sesekali menjadikan sisir sebagai mikrofonnya; kemudian berteriak seolah dialah penyanyi tersebut.

"Girls, what y'all trying to do?" dia melompat-lompat sambil mengangguk-anggukan kepalanya; membuat rambut kecokelatannya yang terurai indah naik-turun.

Lalu, suara ketukan pintu kamar berbunyi. Nada masih asyik dengan dunianya sendiri sampai ketukan pintu itu berubah menjadi gedoran. Nada mengecilkan volume musiknya, kemudian berjalan ke arah pintu.

"Apaan sih, Bi? Ganggu aja, deh...." Keluhnya pada wanita paru baya yang berdiri di hadapannya.

"Non, itu, tetangga sebelah samperin rumah kita, katanya musik Non Nada berisik banget." Bi Roma berbicara hati-hati, sambil memegang serbet di tangannya.

"Yaelah, tuh tetangga kurang piknik kali yak! Suruh aja dia ikutan karokean bareng gue...."

"Duh, Non, mendingan Non buruan siap-siap. Sarapan udah disediain di ruang makan."

"Iya, Bibi bawel...." Lalu Nada menutup pintu. Kembali menuju meja riasnya. Berhadapan dengan cermin sambil merapikan posisi poninya dan menyelipkan jepit pita berwarna pink.

"Nad, Nad..." ia geleng-geleng kepala. "Lo cantik banget sih...." Cewek itu berdehem, mulai bergaya dramatis. "Perempuan kuat tahu gimana caranya menjalankan hidup dengan baik, bahkan dengan air mata dia tetap bisa berkata; aku baik-baik aja." Nada mengangkat tangan kanannya, berpindah ke dadanya, mengangguk-anggukan kepala. "Gue emang the best merangkai kata-kata, emang nggak salah kalau punya hobby nulis."

Setelah memastikan penampilannya tampak rapi, cewek itu langsung mengambil tas sandangnya dan bergegas menuju ruang makan di lantai pertama.

"Morning, Bi Roma...," sapanya ramah sembari mengambil roti dan mengolesnya dengan Nutella.

"Pagi, Non. Tumben, semangat banget...."

"Harus dong. Kemarin itu aku baru aja kirim naskah lagi sama penerbit, siapa tahu diterima."

"Amiin, Non, Amiin..." Bi Roma tersenyum saat ia sedang mencuci piring di wastafel dapur.

"Dan kabar gembiar kedua, hari ini adalah hari pertama gue ngampus. Seneng banget deh...."

"Wihhh, belajar yang bener ya, Non. Jangan gaya-gayaan mulu di kampus." Bi Roma berujar jenaka sambil cekikikan.

"Oh iya, Bi. Mami sama Papi mana?" lagi-lagi, mungkin hampir tiap hari, Nada selalu melihat ruang makannya sepi. Setiap hari pula, Nada harus sarapan sendirian. Padahal, Nada berharap bisa bertemu dengan orangtuanya hari ini untuk memberitahu kabar bahagia kalau dia sudah menjadi mahasiswa dan beranjak dewasa. Tapi sayang, orangtuanya jarang sekali ada untuknya. Hanya Bi Roma yang setia mendengarkan curahan hati Nada.

"Ng... anu, Non. Udah pergi kerja...."

Ya, harusnya Nada tahu, tanpa perlu bertanya lagi. 

NADA-NADA HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang