"Praaaaaaannnngggg...!!!" bunyi pecahan kaca itu mengagetkan Om Sam yang sedang membaca koran di halaman belakang dan segera Om Sam berlari cepat-cepat ke arah sumber suara pecahan kaca itu. Dan betapa kagetnya Om Sam melihat Livia yang mengerang kesakitan sambil memegang perutnya yang sekarang sudah makin membesar.
"Tuan, sepertinya nona Livia akan segera melahirkan." ujar pelayan Om Sam yang sedang memapah Livia dan ikut panik melihat Livia yang tengah kesakitan. Tak menunggu lama, Om Sam segera menghubungi Edric dan ambulan untuk membawa Livia ke rumah sakit.
Suasana di ruang tunggu di depan ruang bersalin kini terasa tegang dan dingin. Om Sam yang ditemani Edric menunggu cemas proses bersalin Livia karena seharusnya menurut perhitungan dokter, belum waktunya Livia melahirkan saat ini. Tapi mereka berdua yakin, Livia adalah wanita yang tegar dan kuat, bahkan Livia pernah mengambil keputusan untuk menjadi single parent. Dan kecemasan mereka kini berganti kelegaan yang luar biasa setelah mendengar suara tangis bayi yang cukup keras dari dalam ruang bersalin. bertambah lagi kelegaan mereka berdua saat dokter keluar dan mengabarkan Livia dalam keadaan yang baik-baik saja.
"Selamat ya Livvy, Om really really happy now.. Our family grow bigger.." Kata Om Sam lembut sambil mengecup kening Livia yang saat ini sudah dipindahkan ke kamar rawat inap.
"Iya Om.. Livia juga sangaaaattt bahagia." Livia tersenyum lebar, akan tetapi Om Sam tau ada sedikit kesedihan yang terpancar dari wajahnya, dan Om Sam tau apa yang menyebabkan kesedihan itu.
Di tengah-tengah pembicaraan Livia dan Om Sam, ada dua orang suster yang masuk sambil membawa ranjang dorong kecil berisi bayi laki-laki Livia. Semua orang yang ada di ruangan tersebut begitu gembira menyambut jagoan kecil yang saat ini masih tertidur pulas itu. Walaupun lahir beberapa minggu lebih awal, bayi Livia tampak begitu sehat dan masih kemerahan.
"Permisi. Maaf mengganggu. Saya datang untuk menanyakan apakah namanya sudah disiapkan?" tanya salah seorang suster menyela kegembiraan mereka.
Livia tersenyum. "Iya. Namanya..."
"Livvyyyy...!!!" laki-laki itu terlihat tergesa-gesa memburu masuk ke dalam ruangan, rambut dan kemejanya kusut, basah karena keringat. "Are you okay? Oh God.. I'm really scared.. if there is anything happen to you.." Ujarnya sambil terengah-engah dan memeluk Livia.
Livia tertawa kecil, "I'm okay." Livia mengelus rambut laki-laki yang saat ini memeluk erat dirinya, "take a look honey, our baby.."
Wilson menoleh, dan dilihatnya bayi mungil yang sedang tertidur pulas, walaupun dirinya tengah menimbulkan kegaduhan di kamar itu. Tak terasa mata Wilson berkaca-kaca dan dia mengecup bayi kecil itu dnegan rasa bahagia, bayi kecil Livia, putra mereka.
Om Sam tersenyum bahagia melihat keluarga kecil itu dari kejauhan, setelah semua huru hara yang terjadi, Livia kini mendapatkan kebahagiaannya. Menikah dengan laki-laki yang dicintainya dan begitu mencintai Livia. Wilson yang seharusnya kini masih di Jepang untuk bertemu investor, tapi memutuskan untuk segera kembali setelah mendapat telepon dari Edric dan menemui Livia secepat mungkin, dilihat dari kantung matanya yang hitam, laki-laki itu sepertinya bahkan tidak tidur karena cemas. Untungah, Wilson bisa sampai dengan selamat dan kini bisa melihat putra kecilnya.
"Congrats Liv, glad to see you are fine. Congrats bro," Ujar Fandy yang datang membawa sekeranjang buah-buahan, karangan hand flowers, dan balon-balon meriah. Senyum lebar mengembang di wajah setiap orang.
"By the way, apakah kamu menyadari Liv, sewaktu kamu akan melahirkan, kami memanggil ambulans untuk mengantarkanmu ke rumah sakit." Ujar Edric tiba-tiba "So, kamu nggak takut lagi kan buat naik kendaraan lagi?"
Livia sedikit tercengang, "saat itu aku begitu kesakitan, dan aku mungkin ga sadar atau bahkan melupakan fobiaku itu.."
"So, it's a new life for you Liv, aku yakin kamu bisa melawan fobia yang kamu miliki." Ujar Wilson lembut sambil membelai rambut Livia. Dan disambut anggukan setuju semua orang yang ada di sana.
"I know..!!" Seru fandy tiba-tiba, "bagaimana kalau kita mulai merancang skema untuk Livia agar dia bisa kembali naik kendaraan lagi, tanpa dia sadari.."
"Astagaaa... Fandy.. come on..!! Not another scheme.." seru Edric sambil mencoba menjitak kepala Fandy dan Fandy dengan gesit mencoba menghindar dari Edric, kini kedua pria itu malah saling kejar mengejar seperti sepasang sejoli di film-film India. "It's a joke, you know..." teriak Fandy. Dan semuanya tertawa melihat tingkah laku konyol Edric dan Fandy kali ini, dan kenangan tentang skema yang kedua pria itu lakukan di waktu lalu muncul kembali ke ingatan Livia dan Wilson.
"Kalau dilihat-lihat, rencana-rencana Fandy dan Edric tidak sepenuhnya merugikan kita Liv. Berkat mereka, aku bertemu dengan seorang malaikat, mengenal cinta, dan aku benar-benar berterimakasih karenanya." ucap Wilson lirih di telinga Livia, membuat Livia begitu terharu. Wilson kemudian menangkup pipi Livia dan membawanya mendekat untuk memberikan satu kecupan lembut di bibir merah Livia. Seakan-akan tak ada orang lain di sekitar sana, hanya mereka berdua, Livia menyambut ciuman Wilson yang makin memanas.
"Ehem.. permisi.. maaf, saya masih menunggu, apakah sudah ada nama bayinya?" tanya suster yang rupanya masih ada di ruangan tersebut. Dan sepertinya Livia, Wilson, dan Om Sam melupakan kehadiran suster itu. Apalagi Edric dan Fandy yang tengah bergurau sendiri.
Dengan pipi kemerahan karena malu, "namanya.. William Johannes Xian" jawab Livia dan disambut senyum lebar dari semua orang yang ada di ruangan itu.
End
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dear pembaca Tempting You.. terimakasih semua sudah membaca cerita ini dari awal sampai akhir dan bersedia menunggu sekian lama saat author menghilang.. Sebelumnya author ingin curcol dikit ya.. awalnya author menulis cerita ini hanya untuk menyalurkan hobi saja dan tidak menyangka responnya sebegini besar.. sampai terharu.. T__T sewaktu kembali update, respon pembaca juga makin menyemangati author untuk menulis kembali, yah, walaupun tulisan ini gak cetar membahana, banyak typo dimana-mana, banyak kesalahan bahasa dan eyd.. but, author seneng banget membaca saran dari teman-teman semua.. ^^
Terimakasih buat vote, comment, follow dari teman-teman semua, dan maaf tidak bisa membalas satu-persatu, tapi author usahakan buat keep in touch dengan teman-teman semua, jadi berfikir apakah perlu membuat Instagram juga.. hehehhehe..
Oya, author juga berencana untuk menulis ceria baru lagi yang tentunya gak kalah seru dengan Tempting You. Silahkan baca karya terbaru author dan support author terus yaa.. ^^ enjoy..
https://www.wattpad.com/story/117871708-greedy-for-yourlove
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempting You
RomanceLivia Johnson selalu menolong Edric apabila sepupunya itu berada dalam masalah. Akan tetapi kali ini Edric meminta bantuan di luar akal sehat Livia, yaitu mendekati CEO Xian Enterprise, Wilson Xian. Livia tidak ingin menyanggupi permintaan Edric, ta...